Mengapa Rusia Mendukung Kemerdekaan Luhansk dan Donetsk dari Ukraina? Ternyata Ini Alasannya

Jum'at, 30 September 2022 - 14:05 WIB
loading...
Mengapa Rusia Mendukung Kemerdekaan Luhansk dan Donetsk dari Ukraina? Ternyata Ini Alasannya
Pemilih memberikan suara dalam referendum gabung Rusia di Donbass. Foto/katehon.com
A A A
MOSKOW - Konflik Rusia dengan Ukraina kian memanas ketika Vladimir Putin mendukung kemerdekaan Donetsk dan Luhansk dalam pidatonya.

Melansir dari Aljazeera, Donetsk yang berada di wilayah cekungan Donbass ini merupakan pusat penghasil baja di Ukraina.

Sementara Luhansk merupakan kota industri. Dimana keberadaan dua kota ini di wilayah timur dan berbatasan langsung dengan Rusia.

Sebelumnya dua wilayah tersebut sempat berkonflik dengan tentara Kiev pada tahun 2014 dimana pemberontakan tersebut juga didukung Kremlin.



Dikatakan pemberontakan tersebut terjadi akibat diskriminasi yang dialami etnis Rusia di Ukraina. Presiden Rusia Vladimir Putin juga menunjukkan berbagai bukti bahwa Ukraina telah melakukan genosida di wilayah tersebut.

Untuk menyelesaikannya maka dibentuklah perjanjian Minsk tahun 2015. Namun hal tersebut tak berjalan lancar.

Dilansir dari BBC, sebulan setelah invasi, Rusia mengurangi ambisinya untuk merebut ibu kota Kiev dan mengalihkan fokusnya ke Donbass. Pada akhir Maret, dia mengklaim telah menguasai 93% Luhansk dan 54% Donetsk.



Menurut Sam Cranny-Evans dari Royal United Services Institute. Jika Rusia berhasil menduduki Donetsk dan Luhansk maka hal tersebut akan menjatuhkan mental pasukan Ukraina.

Sebagian besar penduduk di dua wilayah ini juga fasih berbahasa Rusia. Kemungkinan besar, inilah alasan Vladimir Putin mendukung kemerdekaan Donetsk dan Luhansk.

Pernyataan Vladimir Putin tentang dukungan ini mendapat banyak respon negatif dari beberapa petinggi dunia.

Perdana Menteri Inggris Boris Johnson mengatakan pengakuan itu "jelas melanggar hukum internasional" dan "pelanggaran mencolok terhadap kedaulatan dan integritas Ukraina."

Sementara Kepala kebijakan luar negeri Uni Eropa Josep Borrell mengatakan kepada wartawan di Brussels bahwa blok itu "siap bereaksi dengan front persatuan yang kuat" jika Rusia mengakui wilayah tersebut.

Kepala NATO Jens Stoltenberg bergabung dalam kecaman internasional atas langkah tersebut. "Ini semakin merusak kedaulatan dan integritas teritorial Ukraina, mengikis upaya menuju resolusi konflik, dan melanggar Perjanjian Minsk, di mana Rusia adalah salah satu pihak," ujar dia.

(sya)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1310 seconds (0.1#10.140)