Dukung Aksi Protes, Eks Bintang Porno Mia Khalifa Kecam Rezim Iran
loading...
A
A
A
WASHINGTON - Mantan bintang film porno Mia Khalifa angkat bicara terkait aksi protes yang terjadi di Iran. Ia memberikan dukunganya terhadap aksi yang meletus setelah kematian Mahsa Amini, yang diduga tewas akibat dipukuli oleh polisi Iran.
Perempuan keturunan Lebanon-Amerika itu membuat serangkaian postingan yang mengkritik pemerintah Iran, saat aksi protes di negara itu meluas.
Selama akhir pekan, dia memposting pembaruan cerita Instagram yang kritis terhadap Presiden Iran Ebrahim Raisi dan permintaannya agar jurnalis terkenal Christiane Amanpour mengenakan jilbab ketika mewawancarainya saat dia berada di New York untuk Sidang Umum PBB.
"Mengapa kita memberi fasis semacam itu platform di media Amerika dan tunduk pada tuntutan mereka?" tanyanya seperti dikutip dari Al Araby, Kamis (29/9/2022).
Pada hari Minggu, dia membagikan video kompilasi yang awalnya diposting ke TikTok, tentang kerabat pejabat rezim yang berpesta di luar negeri sementara pengunjuk rasa dibunuh oleh pasukan keamanan.
"Tidak terlihat hijab bagi anak-anak/cucu rezim Islam! Polisi moral tidak punya Snapchat??" dia bertanya.
Pada hari yang sama, ia membagikan video buku biografi tentang mantan permaisuri Iran, Farah Pahlavi, janda Shah yang memimpin Iran hingga revolusi Islam 1979.
"Iran, hari-hari yang lebih baik," tweetnya. Namun, mantan Shah Iran juga memerintah negara itu dengan tangan besi melalui dinas intelijen SAVAK yang terkenal kejam.
Protes telah mencengkeram Iran sejak kematian Mahsa Amini pada 16 September lalu.
Amini ditangkap oleh polisi moral Iran karena melanggar aturan berpakaian ketat Iran untuk wanita, yang menuduhnya tidak mengenakan jilbab 'dengan benar'.
Wanita berusia 22 tahun itu ditahan, di mana keluarganya mengatakan dia dipukuli dan dihina oleh pasukan keamanan Iran. Dia meninggal beberapa jam kemudian di rumah sakit Teheran.
Perempuan Iran telah melakukan demonstrasi dengan melepas dan terkadang membakar jilbab mereka di depan umum.
Di dunia maya, pria dan wanita di Iran serta di seluruh dunia telah memposting video di media sosial memotong rambut mereka sendiri dan mencukur rambut mereka sebagai solidaritas dengan Amini dan para pengunjuk rasa.
Sementara dukungan terhadap aksi protes mendapat dukungan secara internasional, termasuk di antara selebriti, sokongan dari tokoh-tokoh terkenal Iran yang menyatakan solidaritasnya untuk para pengunjuk rasa justru memantik kemarahan pasukan keamanan Iran.
Pekan lalu, Korps Garda Revolusi Islam Iran menyerukan penangkapan pensiunan pesepakbola Ali Karimi setelah dia menyuarakan dukungan untuk protes dan mengatakan dia percaya klaim keluarga Amini bahwa polisi bertanggung jawab atas kematiannya.
Khalifa sendiri selama ini telah vokal tentang isu-isu internasional lainnya, termasuk pendanaan AS untuk militer Israel.
Perempuan keturunan Lebanon-Amerika itu membuat serangkaian postingan yang mengkritik pemerintah Iran, saat aksi protes di negara itu meluas.
Selama akhir pekan, dia memposting pembaruan cerita Instagram yang kritis terhadap Presiden Iran Ebrahim Raisi dan permintaannya agar jurnalis terkenal Christiane Amanpour mengenakan jilbab ketika mewawancarainya saat dia berada di New York untuk Sidang Umum PBB.
"Mengapa kita memberi fasis semacam itu platform di media Amerika dan tunduk pada tuntutan mereka?" tanyanya seperti dikutip dari Al Araby, Kamis (29/9/2022).
Pada hari Minggu, dia membagikan video kompilasi yang awalnya diposting ke TikTok, tentang kerabat pejabat rezim yang berpesta di luar negeri sementara pengunjuk rasa dibunuh oleh pasukan keamanan.
"Tidak terlihat hijab bagi anak-anak/cucu rezim Islam! Polisi moral tidak punya Snapchat??" dia bertanya.
Pada hari yang sama, ia membagikan video buku biografi tentang mantan permaisuri Iran, Farah Pahlavi, janda Shah yang memimpin Iran hingga revolusi Islam 1979.
"Iran, hari-hari yang lebih baik," tweetnya. Namun, mantan Shah Iran juga memerintah negara itu dengan tangan besi melalui dinas intelijen SAVAK yang terkenal kejam.
Protes telah mencengkeram Iran sejak kematian Mahsa Amini pada 16 September lalu.
Amini ditangkap oleh polisi moral Iran karena melanggar aturan berpakaian ketat Iran untuk wanita, yang menuduhnya tidak mengenakan jilbab 'dengan benar'.
Wanita berusia 22 tahun itu ditahan, di mana keluarganya mengatakan dia dipukuli dan dihina oleh pasukan keamanan Iran. Dia meninggal beberapa jam kemudian di rumah sakit Teheran.
Perempuan Iran telah melakukan demonstrasi dengan melepas dan terkadang membakar jilbab mereka di depan umum.
Di dunia maya, pria dan wanita di Iran serta di seluruh dunia telah memposting video di media sosial memotong rambut mereka sendiri dan mencukur rambut mereka sebagai solidaritas dengan Amini dan para pengunjuk rasa.
Sementara dukungan terhadap aksi protes mendapat dukungan secara internasional, termasuk di antara selebriti, sokongan dari tokoh-tokoh terkenal Iran yang menyatakan solidaritasnya untuk para pengunjuk rasa justru memantik kemarahan pasukan keamanan Iran.
Pekan lalu, Korps Garda Revolusi Islam Iran menyerukan penangkapan pensiunan pesepakbola Ali Karimi setelah dia menyuarakan dukungan untuk protes dan mengatakan dia percaya klaim keluarga Amini bahwa polisi bertanggung jawab atas kematiannya.
Khalifa sendiri selama ini telah vokal tentang isu-isu internasional lainnya, termasuk pendanaan AS untuk militer Israel.
(ian)