AS Buka Pintu bagi Warga Rusia yang Melarikan Diri dari Perang
loading...
A
A
A
WASHINGTON - Amerika Serikat (AS) menyambut baik warga Rusia yang mencari suaka dari perang "tidak populer" yang digelorakan Presiden Vladimir Putin . Hal itu diungkapkan Sekretaris Pers Gedung Putih, Karine Jean-Pierre mengatakan pada Selasa.
"Kami percaya bahwa terlepas dari kebangsaan mereka, mereka dapat mengajukan suaka di Amerika Serikat dan klaim mereka dididik berdasarkan kasus per kasus," kata Jean-Pierre, seperti dikutip dari Reuters.
Sejak Putin mengumumkan langkah mobilisasi parsial bagi 300.000 pasukan cadangan, banyak warga Rusia yang melarikan diri ke luar negeri, baik menggunakan pesawat ataupun menempuh perjalanan darat. Salah satu warga Rusia yang menghindari mobilisasi adalah Vsevolod.
Ia membutuhkan empat hari berkendara dari Moskow ke perbatasan selatan Rusia dengan Georgia. Dia harus meninggalkan mobilnya pada satu titik dan melanjutkan dengan berjalan kaki. Pada hari Selasa, dia akhirnya menyelesaikan perjalanannya sejauh 1.800 dan melintasi perbatasan untuk melarikan diri dari panggilan untuk berperang dalam perang Rusia di Ukraina.
“Pada usia 26 tahun, saya tidak ingin dibawa pulang dengan berlapis seng (peti mati) atau menodai tangan (saya) dengan darah seseorang karena perang satu orang yang ingin membangun sebuah kerajaan,” katanya kepada The Associated Press.
Vsevolod meminta agar nama belakangnya tidak digunakan karena dia takut akan pembalasan dari Rusia. Dia adalah salah satu dari lebih dari 194.000 warga negara Rusia yang telah melarikan diri ke negara tetangga Georgia, Kazakhstan dan Finlandia.
Menurut layanan online Yandex Maps, kemacetan lalu lintas menuju Verkhny Lars, perbatasan yang melintasi Georgia dari wilayah Ossetia Utara Rusia, membentang sekitar 15 kilometer pada hari Selasa. Media sosial menunjukkan ratusan pejalan kaki berbaris di pos pemeriksaan setelah penjaga perbatasan Rusia melonggarkan peraturan dan mengizinkan orang untuk menyeberang dengan berjalan kaki.
Demikian pula antrian panjang dilaporkan di beberapa penyeberangan ke Kazakhstan. Kementerian Dalam Negeri Georgia mengatakan lebih dari 53.000 orang Rusia telah memasuki negara itu sejak pekan lalu, sementara pejabat Kementerian Dalam Negeri di Kazakhstan mengatakan 98.000 menyeberang ke negara itu.
Badan Penjaga Perbatasan Finlandia mengatakan lebih dari 43.000 tiba pada periode yang sama. Laporan media juga mengatakan 3.000 orang Rusia lainnya memasuki Mongolia, yang juga berbatasan dengan negara itu.
Pihak berwenang Rusia berusaha untuk membendung arus tersebut, melarang beberapa orang pergi dan mengutip undang-undang mobilisasi. Praktik itu tampaknya tidak meluas, tetapi desas-desus tetap ada bahwa Moskow akan segera menutup perbatasan bagi semua pria yang sudah cukup umur untuk berperang.
Lihat Juga: Cara Mohammed bin Salman Ubah Tatanan Dunia: Jinakkan AS Pakai Minyak, Berdamai dengan Iran
"Kami percaya bahwa terlepas dari kebangsaan mereka, mereka dapat mengajukan suaka di Amerika Serikat dan klaim mereka dididik berdasarkan kasus per kasus," kata Jean-Pierre, seperti dikutip dari Reuters.
Sejak Putin mengumumkan langkah mobilisasi parsial bagi 300.000 pasukan cadangan, banyak warga Rusia yang melarikan diri ke luar negeri, baik menggunakan pesawat ataupun menempuh perjalanan darat. Salah satu warga Rusia yang menghindari mobilisasi adalah Vsevolod.
Ia membutuhkan empat hari berkendara dari Moskow ke perbatasan selatan Rusia dengan Georgia. Dia harus meninggalkan mobilnya pada satu titik dan melanjutkan dengan berjalan kaki. Pada hari Selasa, dia akhirnya menyelesaikan perjalanannya sejauh 1.800 dan melintasi perbatasan untuk melarikan diri dari panggilan untuk berperang dalam perang Rusia di Ukraina.
“Pada usia 26 tahun, saya tidak ingin dibawa pulang dengan berlapis seng (peti mati) atau menodai tangan (saya) dengan darah seseorang karena perang satu orang yang ingin membangun sebuah kerajaan,” katanya kepada The Associated Press.
Vsevolod meminta agar nama belakangnya tidak digunakan karena dia takut akan pembalasan dari Rusia. Dia adalah salah satu dari lebih dari 194.000 warga negara Rusia yang telah melarikan diri ke negara tetangga Georgia, Kazakhstan dan Finlandia.
Menurut layanan online Yandex Maps, kemacetan lalu lintas menuju Verkhny Lars, perbatasan yang melintasi Georgia dari wilayah Ossetia Utara Rusia, membentang sekitar 15 kilometer pada hari Selasa. Media sosial menunjukkan ratusan pejalan kaki berbaris di pos pemeriksaan setelah penjaga perbatasan Rusia melonggarkan peraturan dan mengizinkan orang untuk menyeberang dengan berjalan kaki.
Demikian pula antrian panjang dilaporkan di beberapa penyeberangan ke Kazakhstan. Kementerian Dalam Negeri Georgia mengatakan lebih dari 53.000 orang Rusia telah memasuki negara itu sejak pekan lalu, sementara pejabat Kementerian Dalam Negeri di Kazakhstan mengatakan 98.000 menyeberang ke negara itu.
Badan Penjaga Perbatasan Finlandia mengatakan lebih dari 43.000 tiba pada periode yang sama. Laporan media juga mengatakan 3.000 orang Rusia lainnya memasuki Mongolia, yang juga berbatasan dengan negara itu.
Pihak berwenang Rusia berusaha untuk membendung arus tersebut, melarang beberapa orang pergi dan mengutip undang-undang mobilisasi. Praktik itu tampaknya tidak meluas, tetapi desas-desus tetap ada bahwa Moskow akan segera menutup perbatasan bagi semua pria yang sudah cukup umur untuk berperang.
Lihat Juga: Cara Mohammed bin Salman Ubah Tatanan Dunia: Jinakkan AS Pakai Minyak, Berdamai dengan Iran
(esn)