Demonstran Tolak Afrika Jadi Tempat Percobaan Calon Vaksin Covid-19
loading...
A
A
A
JOHANNESBURG - Demonstran turun ke jalanan di Johannesburg untuk menyuarakan penolakan atas tes manusia pertama untuk calon vaksin Covid-19 di benua Afrika.
Universitas Witwatersrand bermitra dengan Universitas Oxford mengumumkan tes klinis pertama di Afrika Selatan yang akan melibatkan 2.000 relawan.
Keterlibatan Afrika Selatan dalam tes vaksin itu bertujuan memastikan benua itu akan memiliki akses pada vaksin yang murah dan tidak tertinggal di belakang antrean.
Sebanyak 50 orang menggelar protes di Universitas Witwatersrand di Johannesburg untuk menyuarakan mereka tidak ingin warga Afrika dijadikan kelinci percobaan. Mereka khawatir warga Afrika dijadikan uji coba vaksin meski tak tahu risikonya.
“Saya tidak senang sama sekali! Saya merasa ini seperti 1980-an lagi saat pandemi AIDS baru muncul di Afrika Selatan,” ungkap Tebogo Legoale, desainer grafis berumur 29 tahun.
Beberapa spanduk bertulis, “Kami bukan marmut.”
Aktivis Walter Mashilo, 29, menyatakan vaksin itu harus terlebih dulu dites pada anggota parlemen dan anak anggota parlemen, bukan orang miskin.
“Kita jelas teman-teman, kami tidak ingin tes vaksin ini,” tegas para demonstran. (Lihat Video: Diburu Peminat Sepeda Lipat, Kreuz Produksi Ratusan Sepeda)
Afrika Selatan memiliki tingkat tertinggi infeksi Covid-19 di benua Afrika, dengan kasus lebih dari 150.000 dan lebih dari 2.600 kematian. (Lihat Infografis: AU India Lebih Diunggulkan, Jika Perang Udara dengan AU China)
Universitas Witwatersrand bermitra dengan Universitas Oxford mengumumkan tes klinis pertama di Afrika Selatan yang akan melibatkan 2.000 relawan.
Keterlibatan Afrika Selatan dalam tes vaksin itu bertujuan memastikan benua itu akan memiliki akses pada vaksin yang murah dan tidak tertinggal di belakang antrean.
Sebanyak 50 orang menggelar protes di Universitas Witwatersrand di Johannesburg untuk menyuarakan mereka tidak ingin warga Afrika dijadikan kelinci percobaan. Mereka khawatir warga Afrika dijadikan uji coba vaksin meski tak tahu risikonya.
“Saya tidak senang sama sekali! Saya merasa ini seperti 1980-an lagi saat pandemi AIDS baru muncul di Afrika Selatan,” ungkap Tebogo Legoale, desainer grafis berumur 29 tahun.
Beberapa spanduk bertulis, “Kami bukan marmut.”
Aktivis Walter Mashilo, 29, menyatakan vaksin itu harus terlebih dulu dites pada anggota parlemen dan anak anggota parlemen, bukan orang miskin.
“Kita jelas teman-teman, kami tidak ingin tes vaksin ini,” tegas para demonstran. (Lihat Video: Diburu Peminat Sepeda Lipat, Kreuz Produksi Ratusan Sepeda)
Afrika Selatan memiliki tingkat tertinggi infeksi Covid-19 di benua Afrika, dengan kasus lebih dari 150.000 dan lebih dari 2.600 kematian. (Lihat Infografis: AU India Lebih Diunggulkan, Jika Perang Udara dengan AU China)
(sya)