Rusia Beri Ancaman Baru pada 2 Negara Calon Anggota NATO

Jum'at, 02 September 2022 - 11:19 WIB
loading...
Rusia Beri Ancaman Baru...
Pesawat Korps Marinir AS AV-8B Harrier diparkir di atas kapal serbu amfibi kelas Wasp USS Kearsarge (LHD 3) selama latihan Baltops 22 di Laut Baltik, 8 Juni 2022. Foto/REUTERS/Stoyan Nenov
A A A
MOSKOW - Menteri Luar Negeri (Menlu) Rusia Sergey Lavrov memperingatkan Moskow harus meningkatkan “kemampuannya” di barat laut jika instalasi NATO muncul di Finlandia dan Swedia.

Diplomat top Rusia itu membuat pernyataan pada Kamis ketika dia bertemu para mahasiswa dan staf di Institut Hubungan Internasional Negara Moskow (MGIMO).

“Jika pangkalan (NATO) dibuat di wilayah Finlandia dan Swedia, atau lebih tepatnya, jika mereka memutuskan membuat pangkalan ini untuk mereka, saya yakin Amerika akan memiliki kata kuncinya… Tergantung pada bagaimana semua ini terwujud, tentu saja, kami akan membuat keputusan untuk memperkuat kemampuan kami di barat laut Rusia,” ungkap Lavrov, tanpa memberikan rincian lebih lanjut.



Dia menjelaskan, bagaimanapun, meluncurkan pangkalan NATO di wilayah kedua negara Nordik akan “secara radikal” memperluas “garis kontak” antara Rusia dan aliansi tersebut.

Finlandia dan Swedia bergegas bergabung dengan blok pimpinan Amerika Serikat (AS) awal tahun ini, dengan alasan konflik yang sedang berlangsung antara Rusia dan Ukraina.

Sementara secara resmi mempertahankan status netral selama beberapa dekade, kedua negara Nordik telah bekerja sama erat dengan aliansi militer itu untuk waktu yang lama.



Proses aksesi menemui jalan buntu setelah negara besar NATO, Turki, keberatan dengan rencana menerima Swedia dan Finlandia.

Ankara menuduh kedua negara itu berfungsi sebagai “rumah tamu bagi organisasi teroris” dan menampung anggota kelompok Kurdi yang dianggapnya sebagai “teroris” oleh Turki.

Kebuntuan itu akhirnya diselesaikan pada Juni selama KTT NATO di Madrid setelah serangkaian negosiasi yang intens.

Turki setuju secara resmi mendukung aksesi Stockholm dan Helsinki ke blok militer dengan syarat mereka menindak kelompok yang dianggap Ankara sebagai “teroris” dan mengatasi masalah bilateral lainnya, seperti embargo senjata.

Namun, pembahasan tentang bagaimana tepatnya untuk mengimplementasikan kesepakatan itu masih berlangsung.

(sya)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1176 seconds (0.1#10.140)