Percaya Kiamat Segera Datang, 20.000 Warga Kamboja Ngungsi untuk Saksikan Akhir Dunia
loading...
A
A
A
Veasna mulai membagikan ramalan kiamatnya di Facebook minggu lalu, di mana dia memiliki pengikut lebih dari 370.000 orang. Menurut pihak berwenang, sekitar 20.000 orang termasuk anak-anak dan orang tua telah pindah ke rumah pertaniannya.
Veasna menghibur mereka dengan ceramah harian dari pukul 13.00 siang sampai pukul 19.00 malam, yang disuarakan dengan pengeras suara. Namun, penduduk setempat yang bingung mengeluhkan kekacauan yang dibuat para pengikutnya, termasuk buang air besar di tempat umum.
Politisi itu telah lama menjadi kritikus dan oposisi terhadap pemerintah Kamboja. Partainya memperoleh 310.000 suara dalam pemilu 2018, pemilu yang dianggap dicurangi untuk mendukung Partai Rakyat Kamboja yang berkuasa.
Astrid Norén-Nilsson, dosen senior di Pusat Studi Asia Timur dan Tenggara Universitas Lund, mengatakan kepada Vice World News: "Meskipun oposisi telah diizinkan untuk bangkit sampai batas tertentu, Kamboja masih sangat ditandai oleh bagaimana ini adalah periode mandat satu partai."
"Khem Veasna mencela politik dan membawa pengikutnya bersamanya dalam perjalanan untuk menjadi semacam gerakan sosial milenarian," ujarnya.
"Ini jelas berbicara kepada orang-orang di masa-masa yang tidak pasti dan agak gelap secara global ini," paparnya, yang dilansir Kamis (1/9/2022).
Para pengikut Veasna telah mengabaikan seruan dari otoritas lokal untuk membubarkan diri dan tetap berada di rumah pengungsian tersebut.
Sebuah utimatum dikeluarkan bagi para pendukung untuk pergi hari ini atau menghadapi tindakan hukum yang sesuai, meskipun tidak jelas tindakan apa yang dimaksud.
Alih-alih membubarkan diri, mereka sekarang mendirikan tenda di dekat rumah tersebut atau memesan kamar hotel, berharap ketika banjir datang mereka masih bisa melarikan diri dari naiknya air di safehaven.
Veasna menghibur mereka dengan ceramah harian dari pukul 13.00 siang sampai pukul 19.00 malam, yang disuarakan dengan pengeras suara. Namun, penduduk setempat yang bingung mengeluhkan kekacauan yang dibuat para pengikutnya, termasuk buang air besar di tempat umum.
Politisi itu telah lama menjadi kritikus dan oposisi terhadap pemerintah Kamboja. Partainya memperoleh 310.000 suara dalam pemilu 2018, pemilu yang dianggap dicurangi untuk mendukung Partai Rakyat Kamboja yang berkuasa.
Astrid Norén-Nilsson, dosen senior di Pusat Studi Asia Timur dan Tenggara Universitas Lund, mengatakan kepada Vice World News: "Meskipun oposisi telah diizinkan untuk bangkit sampai batas tertentu, Kamboja masih sangat ditandai oleh bagaimana ini adalah periode mandat satu partai."
"Khem Veasna mencela politik dan membawa pengikutnya bersamanya dalam perjalanan untuk menjadi semacam gerakan sosial milenarian," ujarnya.
"Ini jelas berbicara kepada orang-orang di masa-masa yang tidak pasti dan agak gelap secara global ini," paparnya, yang dilansir Kamis (1/9/2022).
Para pengikut Veasna telah mengabaikan seruan dari otoritas lokal untuk membubarkan diri dan tetap berada di rumah pengungsian tersebut.
Sebuah utimatum dikeluarkan bagi para pendukung untuk pergi hari ini atau menghadapi tindakan hukum yang sesuai, meskipun tidak jelas tindakan apa yang dimaksud.
Alih-alih membubarkan diri, mereka sekarang mendirikan tenda di dekat rumah tersebut atau memesan kamar hotel, berharap ketika banjir datang mereka masih bisa melarikan diri dari naiknya air di safehaven.
(min)