Negara-negara Mayoritas Islam yang Buka Hubungan Diplomatik dengan Israel

Minggu, 21 Agustus 2022 - 06:01 WIB
loading...
Negara-negara Mayoritas Islam yang Buka Hubungan Diplomatik dengan Israel
(Foto kiri ke kanan) Menlu Bahrain Abdullatif bin Rashid al-Zayani, Menlu Mesir Sameh Shoukry, Menlu Israel Yair Lapid, Menlu AS Antony Blinken, Menlu Maroko Nasser Bourita dan Menlu Uni Emirat Arab Sheikh Abdullah bin Zayed Al Nahyan berpose saat KTT Neg
A A A
KAIRO - Setelah Israel mencaplok wilayah Palestina dan mendirikan negara di sana pada 1948, negara-negara di dunia menentukan sikapnya masing-masing, termasuk dalam hal hubungan diplomatik.

Hingga kini, sebagian besar negara anggota PBB telah memiliki hubungan diplomatik dengan Israel, di antaranya negara-negara Arab.

Mesir dan Yordania diketahui telah lebih dulu menjalin hubungan diplomatik dengan Israel. Sementara pada 2020, terjadi normalisasi hubungan empat negara Liga Arab lainnya dengan Israel, yakni Uni Emirat Arab (UEA), Bahrain, Sudan, dan Maroko.

Diketahui, Uni Emirat Arab dan Bahrain sudah membuka kedutaan besarnya di Israel. Selain itu, Turki, meski bukan negara Liga Arab, termasuk negara mayoritas Islam yang juga memiliki hubungan diplomatik dengan Israel.

Berikut beberapa negara mayoritas Islam yang membuka hubungan diplomatik dengan Israel.

1. Uni Emirat Arab

Pada September 2020, Uni Emirat Arab (UEA) menormalisasi hubungan dengan Israel. Dengan kesepakatan yang ditengahi Amerika Serikat, Israel dan UEA mengumumkan mereka membangun hubungan diplomatik penuh.

Selain menjadi bukti diplomasi dan visi yang berani dari para pemimpin ketiga negara, kesepakatan ini juga dipandang akan memajukan perdamaian di kawasan Timur Tengah.

Hampir setahun setelah penandatanganan kesepakatan, tepatnya pada Juli 2021, Uni Emirat Arab secara resmi membuka kedutaan besarnya di Israel.

Hal ini menyusul langkah Israel yang telah lebih dulu membuka kedutaan besar di UEA pada bulan sebelumnya.

Normalisasi hubungan telah membuat kedua negara mengadakan perjanjian di berbagai bidang, mulai dari ekonomi, budaya, teknologi, hingga perjalanan udara.

2. Bahrain

Menyusul Uni Emirat Arab, Bahrain juga menormalisasi hubungan diplomatiknya dengan Israel pada September 2020.

Negara pimpinan Hamad bin Isa Al Khalifa ini menandatangani kesepakatan dengan Israel di Manama, ibu kota Bahrain.

Difasilitasi oleh Amerika Serikat, keputusan untuk membuka hubungan diplomatik sepenuhnya dengan Israel ditempuh Bahrain karena menilai Israel dan AS mampu menjamin keselamatan Bahrain dari ancaman Iran.

Hal yang sama dirasakan oleh Uni Emirat Arab hingga melakukan normalisasi hubungan dengan Israel.

Tidak hanya menjadi mitra penting dalam hubungan bilateral, Bahrain juga dianggap Israel sebagai jembatan bagi kerja sama dengan negara lainnya di kawasan Timur Tengah.

Memperkuat hubungannya, Bahrain membuka kedutaan besar di Israel pada September 2021. Akan tetapi, walaupun menormalisasi hubungan dengan Israel, Bahrain tetap mendorong terwujudnya kemerdekaan Palestina.

3. Mesir

Mesir merupakan negara Arab yang pertama berdamai dengan Israel. Setelah perjanjian damai antara Mesir dan Israel ditandatangani pada 1979, kedua negara menjalin hubungan ekonomi dan diplomatik.

Di bawah pemerintahan Anwar Sadat, Mesir secara resmi memulai hubungan diplomatik dengan Israel pada Januari 1980.

Hal ini ditandai dengan dibukanya kedutaan besar Mesir di Tel Aviv. Begitu pula Israel, yang memiliki kedutaan besar di Kairo.

Sejak itu hubungan kedua negara mengalami pasang surut. Ketika terjadi Arab Spring pada 2011, Israel khawatir terjadi ketegangan dengan Mesir.

Namun, Mesir menyatakan tetap menjunjung perjanjian damai tahun 1979. Kedua negara menunjukkan hubungan yang kian erat hingga kini.

4. Turki

Jika Mesir merupakan negara Arab pertama yang membuka hubungan dengan Israel, maka Turki adalah negara mayoritas Islam di dunia pertama yang menjalin hubungan dengan negara Zionis tersebut.

Hubungan diplomatik Turki dan Israel terjalin sejak tahun 1949, tak lama setelah Israel mendeklarasikan terbentuknya negara tersebut.

Di tahun berikutnya, Turki meresmikan misi diplomatiknya dengan membuka kedutaan di Israel. Namun, hubungan kedua negara tidak selalu mulus.

Beberapa peristiwa membuat hubungan Turki-Israel memanas, sebagian terkait kekerasan Israel terhadap Palestina.

Pada 2010, misalnya, pasukan Israel menyerang armada bantuan Turki dan menewaskan sedikitnya 10 aktivis pro-Palestina, membuat Israel dan Turki menarik duta besar mereka dari Ankara dan Tel Aviv.

Kemudian, pada 2018, konfrontasi terjadi dan menewaskan sekitar 100 warga Palestina oleh tentara Israel, menyusul dipindahkannya kedutaan Amerika Serikat dari Tel Aviv ke Yerussalem, kota yang diinginkan sebagai ibu kota negara masa depan Palestina.

Hal ini membuat Turki dan Israel saling mengusir duta besar dari masing-masing negara.

Namun, hubungan antara kedua negara kembali pulih. Israel dan Turki mengumumkan pada Rabu (18/8/2022) bahwa mereka memulihkan kembali hubungan diplomatik di antara mereka serta akan mengangkat lagi duta besar kedua negara di Ankara dan Tel Aviv.

Meski demikian, Turki menyatakan tidak akan meninggalkan perjuangan atas kemerdekaan Palestina.

(sya)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1559 seconds (0.1#10.140)