Penikaman Salman Rushdie Novelis Ayat-Ayat Setan Awalnya Dikira Prank
loading...
A
A
A
NEW YORK - Salman Rushdie , novelis "The Satanic Verses" atau "Ayat-Ayat Setan" ditikam di leher dan dada berkali-kali di atas panggung acara sastra di New York, Amerika Serikat, pekan lalu. Serangan itu awalnya dikira sebagai lelucon atau prank.
Hal itu disampaikan Henry Reese, pria yang hendak mewawancarai Salman Rushdie dalam acara tersebut.
Menurutnya, dia tersentak ketika adegan yang dia kira sebagai lelucon itu menjadi kenyataan ketika dia melihat darah.
Reese (73), presiden kelompok nirlaba City of Asylum, juga terluka dalam serangan pisau tersebut.
Dia mengatakan butuh beberapa saat untuk memahami apa yang sedang terjadi.
"Itu sangat sulit untuk dipahami. Itu terlihat seperti lelucon yang buruk dan tidak memiliki rasa realitas," kata Reese kepada CNN, yang dilansir Senin (15/8/2022).
"Lalu ketika ada darah di belakangnya, itu menjadi nyata."
Reese, yang muncul di stasiun televisi CNN pada hari Minggu dengan perban besar di mata kanannya yang memar dan bengkak, menolak untuk membahas secara spesifik tentang serangan itu.
Namun dia mengatakan bahwa ketika seorang pria naik ke atas panggung, dia mengira insiden itu adalah "referensi buruk" terhadap dekrit agama atau fatwa yang dikeluarkan oleh para pemimpin Iran yang menyerukan umat Islam untuk membunuh Rushdie.
Tersangka penyerang, Hadi Matar (24), diseret ke tanah oleh staf acara dan penonton lainnya sebelum dibawa ke tahanan polisi.
Rushdie menghabiskan bertahun-tahun di bawah perlindungan polisi setelah para pemimpin Iran menyerukan pembunuhannya atas penggambarannya tentang Islam dan Nabi Muhammad dalam novelnya "The Satanic Verses."
Reese mengatakan dia akan berdiskusi dengan Rushdie untuk City of Asylum, gerakan yang berusaha melindungi kebebasan berekspresi dan yang menurut Reese dia luncurkan setelah mendengar pidato Rushdie yang menginspirasi pada tahun 1997.
"Itu adalah ironi yang suram--atau mungkin niat--untuk tidak hanya menyerang tubuhnya, tetapi untuk menyerang semua yang dia wakili," kata Reese.
Hal itu disampaikan Henry Reese, pria yang hendak mewawancarai Salman Rushdie dalam acara tersebut.
Menurutnya, dia tersentak ketika adegan yang dia kira sebagai lelucon itu menjadi kenyataan ketika dia melihat darah.
Reese (73), presiden kelompok nirlaba City of Asylum, juga terluka dalam serangan pisau tersebut.
Dia mengatakan butuh beberapa saat untuk memahami apa yang sedang terjadi.
"Itu sangat sulit untuk dipahami. Itu terlihat seperti lelucon yang buruk dan tidak memiliki rasa realitas," kata Reese kepada CNN, yang dilansir Senin (15/8/2022).
"Lalu ketika ada darah di belakangnya, itu menjadi nyata."
Reese, yang muncul di stasiun televisi CNN pada hari Minggu dengan perban besar di mata kanannya yang memar dan bengkak, menolak untuk membahas secara spesifik tentang serangan itu.
Namun dia mengatakan bahwa ketika seorang pria naik ke atas panggung, dia mengira insiden itu adalah "referensi buruk" terhadap dekrit agama atau fatwa yang dikeluarkan oleh para pemimpin Iran yang menyerukan umat Islam untuk membunuh Rushdie.
Tersangka penyerang, Hadi Matar (24), diseret ke tanah oleh staf acara dan penonton lainnya sebelum dibawa ke tahanan polisi.
Rushdie menghabiskan bertahun-tahun di bawah perlindungan polisi setelah para pemimpin Iran menyerukan pembunuhannya atas penggambarannya tentang Islam dan Nabi Muhammad dalam novelnya "The Satanic Verses."
Reese mengatakan dia akan berdiskusi dengan Rushdie untuk City of Asylum, gerakan yang berusaha melindungi kebebasan berekspresi dan yang menurut Reese dia luncurkan setelah mendengar pidato Rushdie yang menginspirasi pada tahun 1997.
"Itu adalah ironi yang suram--atau mungkin niat--untuk tidak hanya menyerang tubuhnya, tetapi untuk menyerang semua yang dia wakili," kata Reese.
(min)