Rusia Panggil Dewan Keamanan PBB Bahas Darurat Nuklir Ukraina
loading...
A
A
A
MOSKOW - Rusia memanggil sesi darurat Dewan Keamanan PBB untuk membahas situasi di pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) Zaporozhye Ukraina. PLTN itu menjadi sasaran serangan penembakan reguler.
Moskow ingin kepala pengawas nuklir PBB, Badan Energi Atom Internasional (IAEA), memberi tahu Dewan Keamanan PBB tentang situasi tersebut.
Langkah tersebut, yang dilaporkan media Rusia pada Selasa (9/8/2022), dikonfirmasi wakil kepala misi Rusia untuk PBB, Dmitry Polyansky, yang mengatakan masyarakat perlu belajar tentang “provokasi Ukraina.” Pertemuan itu diperkirakan berlangsung pada Kamis (11/8/2022).
Rusia mengatakan Ukraina bertanggung jawab atas serangkaian serangan pesawat tak berawak (drone) dan serangan artileri di lokasi nuklir. Penembakan terbaru dilaporkan akhir pekan lalu.
Kiev membantah tuduhan tersebut dan mengklaim Rusia telah menembaki fasilitas itu sendiri untuk mendiskreditkan Ukraina.
Dewan Keamanan Nasional Kiev juga menuduh Moskow menggunakan PLTN itu sebagai pangkalan militer, menyimpan senjata berat dan personel di sana.
IAEA tidak memiliki akses ke situs tersebut sejak sebelum konflik Rusia-Ukraina meningkat pada akhir Februari dan bergantung pada laporan dari Ukraina untuk menilai situasi di lapangan.
PLTN Zaporozhye diawaki pekerja nuklir Ukraina meskipun berada di bawah kendali Rusia.
Pada Sabtu, Direktur Jenderal Rafael Mariano Grossi menyatakan keprihatinan IAEA atas serangan artileri, dengan menyatakan mereka menggarisbawahi “risiko yang sangat nyata dari bencana nuklir yang dapat mengancam kesehatan masyarakat dan lingkungan di Ukraina dan sekitarnya.”
"Saya mengutuk setiap tindakan kekerasan yang dilakukan di sekitar atau di dekat pembangkit listrik tenaga nuklir Zaporozhye atau terhadap stafnya," papar dia.
Grossi diharapkan memimpin inspeksi fasilitas untuk penilaian independen terhadap situasi dan verifikasi bahwa perlindungan non-proliferasi tetap ada.
PLTN Zaporozhye adalah yang terbesar di Eropa dan menyimpan puluhan ton uranium dan plutonium yang diperkaya di inti reaktornya dan penyimpanan bahan bakar bekas, menurut IAEA.
Kepala pengawas sebelumnya mengatakan dia khawatir keamanan bahan radioaktif dapat dikompromikan di tengah permusuhan Rusia-Ukraina.
Kiev maupun Moskow menyatakan mereka sangat ingin agar inspeksi yang diusulkan dilakukan. Namun, itu belum terwujud karena masalah keamanan.
Kementerian Luar Negeri Rusia mengatakan pada Selasa bahwa penundaan berada di tangan Kiev dengan membiarkannya melanjutkan serangan provokatifnya.
Moskow meminta Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres meningkatkan kewenangannya untuk mempercepat kunjungan IAEA.
“Departemen Keselamatan dan Keamanan PBB bertindak tidak bertanggung jawab dengan menunda kunjungan,” papar juru bicara Kementerian Luar Negeri Maria Zakharova dalam wawancara pada Rabu.
Guterres pekan lalu mengatakan, “Setiap serangan ke pembangkit nuklir adalah hal yang bunuh diri.”
Para diplomat dan pejabat militer Rusia menyatakan serangan terhadap pembangkit listrik Zaporozhye dapat mengakibatkan bencana yang lebih buruk daripada kehancuran reaktor Chernobyl dan ledakan pada tahun 1986.
Moskow ingin kepala pengawas nuklir PBB, Badan Energi Atom Internasional (IAEA), memberi tahu Dewan Keamanan PBB tentang situasi tersebut.
Langkah tersebut, yang dilaporkan media Rusia pada Selasa (9/8/2022), dikonfirmasi wakil kepala misi Rusia untuk PBB, Dmitry Polyansky, yang mengatakan masyarakat perlu belajar tentang “provokasi Ukraina.” Pertemuan itu diperkirakan berlangsung pada Kamis (11/8/2022).
Rusia mengatakan Ukraina bertanggung jawab atas serangkaian serangan pesawat tak berawak (drone) dan serangan artileri di lokasi nuklir. Penembakan terbaru dilaporkan akhir pekan lalu.
Kiev membantah tuduhan tersebut dan mengklaim Rusia telah menembaki fasilitas itu sendiri untuk mendiskreditkan Ukraina.
Dewan Keamanan Nasional Kiev juga menuduh Moskow menggunakan PLTN itu sebagai pangkalan militer, menyimpan senjata berat dan personel di sana.
IAEA tidak memiliki akses ke situs tersebut sejak sebelum konflik Rusia-Ukraina meningkat pada akhir Februari dan bergantung pada laporan dari Ukraina untuk menilai situasi di lapangan.
PLTN Zaporozhye diawaki pekerja nuklir Ukraina meskipun berada di bawah kendali Rusia.
Pada Sabtu, Direktur Jenderal Rafael Mariano Grossi menyatakan keprihatinan IAEA atas serangan artileri, dengan menyatakan mereka menggarisbawahi “risiko yang sangat nyata dari bencana nuklir yang dapat mengancam kesehatan masyarakat dan lingkungan di Ukraina dan sekitarnya.”
"Saya mengutuk setiap tindakan kekerasan yang dilakukan di sekitar atau di dekat pembangkit listrik tenaga nuklir Zaporozhye atau terhadap stafnya," papar dia.
Grossi diharapkan memimpin inspeksi fasilitas untuk penilaian independen terhadap situasi dan verifikasi bahwa perlindungan non-proliferasi tetap ada.
PLTN Zaporozhye adalah yang terbesar di Eropa dan menyimpan puluhan ton uranium dan plutonium yang diperkaya di inti reaktornya dan penyimpanan bahan bakar bekas, menurut IAEA.
Kepala pengawas sebelumnya mengatakan dia khawatir keamanan bahan radioaktif dapat dikompromikan di tengah permusuhan Rusia-Ukraina.
Kiev maupun Moskow menyatakan mereka sangat ingin agar inspeksi yang diusulkan dilakukan. Namun, itu belum terwujud karena masalah keamanan.
Kementerian Luar Negeri Rusia mengatakan pada Selasa bahwa penundaan berada di tangan Kiev dengan membiarkannya melanjutkan serangan provokatifnya.
Moskow meminta Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres meningkatkan kewenangannya untuk mempercepat kunjungan IAEA.
“Departemen Keselamatan dan Keamanan PBB bertindak tidak bertanggung jawab dengan menunda kunjungan,” papar juru bicara Kementerian Luar Negeri Maria Zakharova dalam wawancara pada Rabu.
Guterres pekan lalu mengatakan, “Setiap serangan ke pembangkit nuklir adalah hal yang bunuh diri.”
Para diplomat dan pejabat militer Rusia menyatakan serangan terhadap pembangkit listrik Zaporozhye dapat mengakibatkan bencana yang lebih buruk daripada kehancuran reaktor Chernobyl dan ledakan pada tahun 1986.
(sya)