Alasan Mengapa China Tak Tembak Jatuh Pesawat Ketua DPR AS di Taiwan

Kamis, 04 Agustus 2022 - 12:40 WIB
loading...
Alasan Mengapa China Tak Tembak Jatuh Pesawat Ketua DPR AS di Taiwan
Ketua DPR AS Nancy Pelosi bersama delegasi Kongres Amerika mendarat di Taiwan pada Selasa lalu, mengabaikan peringatan keras dari China. Foto/REUTERS
A A A
JAKARTA - Ketua DPR Amerika Serikat (AS) Nancy Pelosi leluasa mendarat dengan pesawatnya di Taiwan pada Selasa malam WIB meski China jauh hari sudah melontarkan peringatan keras.

Alih-alih diganggu, Pelosi justru memberi sentilan menohok pada China sebelum meninggalkan pulau Taiwan pada Rabu (3/8/2022).

"Meskipun mereka [China] dapat mencegah Taiwan mengirim para pemimpinnya ke forum global, mereka tidak dapat mencegah para pemimpin dunia atau siapa pun dari bepergian ke Taiwan untuk menghormati demokrasi yang berkembang, untuk menyoroti banyak keberhasilannya dan untuk menegaskan kembali komitmen kami untuk melanjutkan kolaborasi,” kata Pelosi yang dikutip dari situs webnya, Kamis (4/8/2022).



Pelosi sebelumnya tidak terang-terangan mencantumkan Taiwan sebagai lokasi tur Asia-nya. Kantornya hanya menyebutkan Singapura, Malaysia, Korea Selatan dan Jepang sebagai negara tujuan lawatan.

Namun, pada Selasa malam pesawat yang membawa Pelosi dan delegasi Kongres AS benar-benar mendarat di Taiwan. Mereka mengabaikan peringatan keras dari China.

Sebelum pesawat Pelosi mendarat di Taiwan, juru bicara Kementerian Luar Negeri China Zhao Lijian memperingatkan; "Jika Anda bermain api, Anda akan terbakar. Saya percaya AS sepenuhnya menyadari pesan yang kuat dan jelas yang disampaikan oleh China.”

"Jika Pelosi datang ke Taiwan PLA [Tentara Pembebasan Rakyat] tidak akan tinggal diam dan akan mengambil tindakan balasan yang tegas dan kuat untuk melindungi kedaulatan dan integritas teritorial China," katanya.

"Jika dia berani pergi, mari kita tunggu dan lihat," imbuh Zhao.



Memang ada seruan agar militer China menembak jatuh pesawat Pelosi jika nekat mendarat di Taiwan. Namun, itu bukan ancaman atau pernyataan resmi dari pemerintah China, melainkan dari media dan tokoh di negara tersebut.

Hu Xijin, mantan pemimpin redaksi media pemerintah Global Times, adalah tokoh China yang menyarankan militer China menembak jatuh pesawat Pelosi jika nekat mengunjungi Taiwan.

"Jika jet tempur AS mengawal pesawat Pelosi ke Taiwan, itu adalah invasi,” tulis Hu Xijin di Twitter.

“PLA memiliki hak untuk secara paksa menghalau pesawat Pelosi dan jet tempur AS, termasuk menembakkan tembakan peringatan dan melakukan gerakan taktis penghalang. Jika tidak efektif, tembak jatuh," lanjut Hu sebelum tweet provokatifnya dihapus.

Global Times sebelumnya juga membuat seruan agar jet tempur China menembakkan peluru di depan pesawat Pelosi sebagai peringatan jika nekat mendarat di Taiwan.

Mengutip pakar penerbangan militer China, Fu Qianshao, Global Times melaporkan bahwa Angkatan Udara negara itu mampu melakukan patroli rutin di sekitar Taiwan, yang berarti bahwa upaya pejabat AS untuk mencapai pulau itu tidak akan luput dari perhatian.

“Jika pesawat Pelosi memasuki area latihan kami, kami harus mengambil tindakan untuk mengeluarkan, mencegat, mengawal, dan mengirim peringatan radio,” kata pakar tersebut.

"Tetapi jika tindakan itu tidak berhasil dan Pelosi berhasil, pesawat tempur kami mungkin akan menembakkan peluru secara diagonal di depan pesawat Pelosi sebagai peringatan lebih lanjut,” tegas Fu.

Sementara itu, mantan Ketua DPR AS Newt Gingrich—yang mengunjungi Taiwan pada 1997—mengatakan dalam wawancara dengan Fox News pada Selasa (2/8/2022) bahwa Pelosi harus pergi ke Taiwan karena mundur akan mendorong lebih banyak perilaku buruk dari China.

“Saya pikir Pelosi sekarang tidak punya pilihan. Sekarang Partai Komunis China menari-nari dan membuat ancaman dan semua itu, dia harus pergi ke Taiwan, karena mundur sekarang akan mendorong setiap sikap intimidasi agresif dari kediktatoran, dan saya pikir itu akan menjadi bencana," katanya.

Dia saat itu berharap melihat Pelosi di Taiwan segera dan berpikir Partai Komunis China kemudian akan tenang. Dia menyebut semua ancaman dari China terhadap laporan kunjungan Pelosi ke Taiwan sebagai gertakan dan omong kosong.

“Faktanya adalah bahwa mereka tidak akan menghadapi Amerika Serikat, mereka tidak akan menghadapi ketua DPR, dan semua berbagai ancaman ini adalah omong kosong. Itu tidak akan terjadi,” kata Gingrich.

Bereaksi terhadap pembawa acara Fox News Sean Hannity yang mengatakan bahwa China telah mengancam akan menembak jatuh pesawat Pelosi, mantan ketua DPR itu mengatakan, “Kasus terburuk adalah mereka menembak jatuh pesawatnya. Itu akan menjadi tindakan perang, dan kita tidak punya pilihan selain membalas secara besar-besaran. Orang-orang cenderung lupa bahwa AS, terlepas dari kelemahan Pentagon, terlepas dari semua perilaku yang benar-benar terbangun dan bodoh, masih memiliki militer yang kuat.”

Gingrich kemudian menunjukkan bahwa China tidak dalam posisi yang kuat untuk menggertak AS, yang dapat mengisolasi China dengan sangat cepat.

“Dengan sekutu kami di Australia dan di Jepang dan di tempat lain, kami dapat mengisolasi China dengan sangat cepat. Jika mereka [China] tidak dapat mengekspor, mereka mulai bangkrut, dan kota-kota mereka mulai memiliki pengangguran. Jika mereka tidak dapat mengekspor, mereka mulai kelaparan, jadi orang Cina tidak selalu dalam posisi yang kuat untuk mencoba menggertak kita, dan saya pikir kita perlu mengenalinya," paparnya.

Mantan ketua DPR itu melanjutkan dengan mengatakan bahwa jika AS menyerah pada ancaman China, itu akan meningkatkan ambisi China untuk menduduki Taiwan.

“Sangat penting ketika Anda berhadapan dengan kediktatoran untuk melawan mereka dan membuat mereka menyadari bahwa kenyataannya adalah bahwa ada batasan untuk apa yang dapat mereka capai,” kata Gingrich, menambahkan bahwa jika AS menyerah sekarang, China mungkin akan memutuskan untuk mendorong lebih jauh dengan mencoba menduduki Taiwan.

Argumen Gingrich itu kemungkinan menjadi salah satu pertimbangan China untuk tidak mengganggu pesawat Pelosi saat mendarat di Taiwan.
(min)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1102 seconds (0.1#10.140)