Pertama Kalinya, Penerbangan ke Israel Lewat Langit Arab Saudi

Kamis, 04 Agustus 2022 - 11:36 WIB
loading...
Pertama Kalinya, Penerbangan...
Cathay Pacific yang terbang dari Hong Kong ke Tel Aviv, Israel, melewati langit Arab Saudi untuk pertama kalinya. Foto/Cathay Pacific/Ilustrasi
A A A
TEL AVIV - Sebuah penerbangan komersial yang menuju Israel memasuki wilayah udara atau langit Arab Saudi pada Kamis (4/8/2022).

Ini merupakan kejadian yang pertama kali sejak Arab Saudi membuka langitnya untuk semua penerbangan, termasuk penerbangan Israel, bulan lalu.

Penerbangan yang dioperasikan oleh maskapai Cathay Pacific Hong Kong lepas landas dari Hong Kong dan dijadwalkan mendarat di Tel Aviv pada Kamis pagi.

Layanan pelacakan penerbangan, yang dikutip Times of Israel, menunjukkan pesawat terbang di atas Uni Emirat Arab dan Teluk Persia sebelum melintasi garis pantai Arab Saudi di dekat kota Damman.



Pesawat itu terbang di atas Arab Saudi utara dan Yordania, dan memasuki wilayah Israel di utara Laut Mati.

Penerbangan Cathay Pacific lainnya dari Hong Kong ke Tel Aviv awal pekan ini mengambil rute yang berbeda, terbang ke barat laut di atas China, Kazakhstan dan Turki, dan memasuki wilayah udara Israel dari Laut Mediterania.

Bulan lalu, Arab Saudi mengumumkan telah membuka wilayah udaranya untuk semua penerbangan sipil, beberapa jam sebelum Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden menjadi pemimpin Amerika pertama yang terbang langsung dari Israel ke Kerajaan Arab Saudi.

Pernyataan Kerajaan Arab Saudi mengatakan telah membuka wilayah udaranya untuk semua maskapai penerbangan yang memenuhi persyaratan otoritas untuk terbang di atas wilayah kerajaan. Pernyataan itu berarti maskapai Israel dapat mempersingkat perjalanan dengan melintasi wilayah udara Saudi.

Sebelum pengumuman tersebut, Arab Saudi juga telah melarang penerbangan dari perusahaan non-Israel yang bepergian ke atau dari negara Yahudi tersebut.

Maskapai penerbangan Israel masih belum terbang di atas wilayah udara Saudi sejak pengumuman tersebut.

Pada hari Rabu, lembaga penyiaran publik Israel, Kan, mengatakan maskapai nasional Israel El Al telah menerima persetujuan resmi dari Riyadh untuk mulai menggunakan wilayah udaranya.

Dalam laporan yang bertentangan, Channel 13 mengatakan pada hari Rabu bahwa El Al dan maskapai Israel Arkia masih menunggu persetujuan akhir dari Arab Saudi, dan diharapkan untuk menerimanya pada akhir pekan.

Israel dan AS memuji keputusan Arab Saudi untuk mencabut pembatasan penerbangan sebagai perkembangan besar dalam hubungan antara Tel Aviv dan Riyadh.

Menjelang kunjungan Biden ke Israel dan Arab Saudi, para pejabat Israel menyatakan harapan tinggi untuk kemajuan menuju normalisasi dengan Arab Saudi.

Arab Saudi, bagaimanapun, menentang posisi itu, dengan mengatakan keputusannya membuka wilayah udara untuk semua maskapai tidak ada hubungannya dengan hubungan diplomatik Arab Saudi dengan Israel.

Arab Saudi mulai mengizinkan maskapai penerbangan Israel untuk terbang di atas wilayahnya di koridor udara khusus untuk penerbangan ke dan dari Uni Emirat Arab (UEA) dan Bahrain setelah Kesepakatan Abraham ditandatangani pada tahun 2020, tetapi tidak mengizinkan penerbangan ke tujuan yang lebih jauh ke timur.

Namun, dengan perubahan yang diambil berarti penerbangan ke dan dari India, Thailand, China, dan lokasi lain di timur dapat memotong semenanjung Saudi, menghemat jam waktu penerbangan.

Penerbangan ke Asia dari Tel Aviv harus melewati Semenanjung Arab sampai sekarang, menambah waktu tempuh antara dua hingga tiga jam.

Selain menjadi keuntungan bagi wisatawan, keputusan Arab Saudi itu juga akan menguntungkan umat Islam Israel yang ingin berpartisipasi dalam ibadah haji, karena penerbangan charter langsung ke Arab Saudi akan tersedia setiap tahun untuk para peziarah.

Israel dan Arab Saudi tidak memiliki hubungan diplomatik resmi, tetapi hubungan rahasia telah menghangat dalam beberapa tahun terakhir karena Riyadh dan penguasa de facto-nya, Putra Mahkota Mohammed bin Salman, dilaporkan melihat Israel sebagai mitra strategis dalam pertempuran melawan pengaruh Iran di wilayah Timur Tengah.

Kerajaan Arab Saudi menolak untuk menandatangani Kesepakatan Abraham yang ditengahi Washington pada tahun 2020 seperti yang diharapkan AS dan Israel, tetapi Riyadh diyakini telah memberikan lampu hijau ke Bahrain, di mana ia mempertahankan pengaruh yang menentukan, untuk bergabung dengan perjanjian normalisasi dengan Israel bersama UEA dan Maroko.
(min)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1225 seconds (0.1#10.140)