Isi Perjanjian Abraham Saat Normalisasi Hubungan Diplomatik Israel dan UEA
loading...
A
A
A
TEL AVIV - Kesepakatan Abraham atau Abraham Accords merupakan perjanjian yang dilakukan demi menjaga dan memperkuat perdamaian di seluruh dunia, terutama Timur Tengah.
Melansir laman resmi Departemen Luar Negeri (Deplu) Amerika Serikat (AS), deklarasi ini mendorong adanya promosi dialog antaragama dan budaya. Hal ini demi perdamaian agama dapat tercipta.
Salah satu negara yang memutuskan normalisasi hubungan adalah Uni Emirat Arab (UEA) dengan Israel pada Agustus 2020.
Adanya normalisasi hubungan diplomatik antara UEA dan Israel tersebut membuat Donald Trump, Presiden AS yang menjabat saat itu, menyebutnya sebagai momen bersejarah.
Trump juga menyatakan peristiwa itu merupakan terobosan baru menuju perdamaian.
Perdamaian Israel dan UEA tertuang dalam Abraham Accords. Ada beberapa hal yang menjadi poin penting dalam perjanjian tersebut, tentunya selain menormalisasi hubungan diplomatik dan perdamaian.
Contohnya adalah terciptanya kerja sama dan kesepakatan di bidang lainnya, yakni fasilitas kesehatan, sains, teknologi dan penggunaan ruang angkasa secara damai.
Sementara itu, ada pula kerja sama di bidang olahraga, pendidikan, kesenian, telekomunikasi, keamanan pangan dan pertanian, serta air.
Para pihak diharapkan bergabung dengan AS untuk memperluas diplomasi regional, perdagangan, dan kerja sama lain di Timur Tengah.
Hal tersebut dilakukan tak lain untuk menciptakan perdamaian, stabilitas, dan kemakmuran Timur Tengah secara keseluruhan. Termasuk di dalamnya, membuka peluang ekonomi.
Namun demikian, adanya perdamaian ini dianggap Palestina sebagai satu hal yang kontras. Melansir Info Singkat DPR (2020) bertajuk ‘Normalisasi Hubungan Uni Emirat Arab-Israel dan Isu Palestina’, negara jajahan Israel memandang normalisasi hubungan diplomatik antara UEA dan Israel justru semakin melemahkan soliditas dukungan negara-negara Arab dalam mendukung perjuangan bangsa Palestina untuk merdeka.
Maka, menjadi catatan bagi masyarakat internasional bahwa isu Palestina sama sekali tidak dapat dikesampingkan atau bahkan diabaikan di tengah gencarnya Israel memperbaiki hubungan dengan negara-negara Arab lainnya.
Melansir laman resmi Departemen Luar Negeri (Deplu) Amerika Serikat (AS), deklarasi ini mendorong adanya promosi dialog antaragama dan budaya. Hal ini demi perdamaian agama dapat tercipta.
Salah satu negara yang memutuskan normalisasi hubungan adalah Uni Emirat Arab (UEA) dengan Israel pada Agustus 2020.
Adanya normalisasi hubungan diplomatik antara UEA dan Israel tersebut membuat Donald Trump, Presiden AS yang menjabat saat itu, menyebutnya sebagai momen bersejarah.
Trump juga menyatakan peristiwa itu merupakan terobosan baru menuju perdamaian.
Perdamaian Israel dan UEA tertuang dalam Abraham Accords. Ada beberapa hal yang menjadi poin penting dalam perjanjian tersebut, tentunya selain menormalisasi hubungan diplomatik dan perdamaian.
Contohnya adalah terciptanya kerja sama dan kesepakatan di bidang lainnya, yakni fasilitas kesehatan, sains, teknologi dan penggunaan ruang angkasa secara damai.
Sementara itu, ada pula kerja sama di bidang olahraga, pendidikan, kesenian, telekomunikasi, keamanan pangan dan pertanian, serta air.
Para pihak diharapkan bergabung dengan AS untuk memperluas diplomasi regional, perdagangan, dan kerja sama lain di Timur Tengah.
Hal tersebut dilakukan tak lain untuk menciptakan perdamaian, stabilitas, dan kemakmuran Timur Tengah secara keseluruhan. Termasuk di dalamnya, membuka peluang ekonomi.
Namun demikian, adanya perdamaian ini dianggap Palestina sebagai satu hal yang kontras. Melansir Info Singkat DPR (2020) bertajuk ‘Normalisasi Hubungan Uni Emirat Arab-Israel dan Isu Palestina’, negara jajahan Israel memandang normalisasi hubungan diplomatik antara UEA dan Israel justru semakin melemahkan soliditas dukungan negara-negara Arab dalam mendukung perjuangan bangsa Palestina untuk merdeka.
Maka, menjadi catatan bagi masyarakat internasional bahwa isu Palestina sama sekali tidak dapat dikesampingkan atau bahkan diabaikan di tengah gencarnya Israel memperbaiki hubungan dengan negara-negara Arab lainnya.
(sya)