Tandingi China, India Kerahkan Banyak Pasukan di Dekat Ladakh
loading...
A
A
A
NEW DELHI - India , untuk pertama kalinya, mengakui telah mengerahkan banyak pasukan di dekat Ladakh, wilayah di Himalaya yang jadi sengketa dengan China .
New Delhi klaim pasukan yang dikerahkan menyamai dengan jumlah pasukan yang dikerahkan Beijing. Aksi saling kerahkan pasukan ini terjadi setelah bentrok mematikan kedua negara bersenjata nuklir tersebut bulan ini.
Kementerian Luar Negeri India menuduh China menyebabkan ketegangan dengan memulai penyebaran militer lebih dulu. Kementerian itu memperingatkan hubungan kedua negara dapat dirusak jika pertikaian berlanjut. (Baca: Cerita 120 Tentara India Dikepung Pasukan China, Sebagian Dimutilasi )
Seperti diketahui, militer kedua negara bentrok pada 15 Juni di wilayah Ladakh. Sebanyak 20 tentara India terbunuh, sedangkan China menolak mengonfirmasi tentang kemungkinan adanya korban jiwa di pihaknya.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri India Anurag Srivastava mengatakan; "(Pasukan) kedua belah pihak tetap dikerahkan dalam jumlah besar di wilayah tersebut, sementara kontak militer dan diplomatik terus berlanjut."
Srivastava mengatakan "tindakan China" di perbatasan tidak resmi—yang dikenal sebagai Garis Kontrol Aktual (LAC)—menyebabkan bentrok mematikan bulan ini dengan batu dan pentungan. Tidak ada tembakan dalam konflik tersebut.
"Inti masalahnya adalah bahwa sejak awal Mei, pihak China telah mengumpulkan kontingen besar pasukan dan persenjataan di sepanjang LAC," tuduh Srivasta, seperti dikutip AFP, Sabtu (27/6/2020).
Dia menambahkan bahwa China telah menghalangi patroli India karena melanggar perjanjian yang dibuat untuk menghindari pertikaian kedua pihak. Kedua negara bersenjata nuklir ini pernah berperang di perbatasan pada tahun 1962 dan secara teratur terlibat bentrok sejak itu.
Srivastava mengatakan pasukan China telah membangun "struktur" di sisi India dari garis demarkasi mereka di Lembah Galwan, Ladakh. (Baca: Konflik dengan India, China Kerahkan 10.000 Tentara dan Sistem Rudal )
"Meskipun ada beberapa pemberangkatan di masa lalu, tindakan pasukan China tahun ini sepenuhnya mengabaikan semua norma yang disepakati bersama," ujarnya.
New Delhi klaim pasukan yang dikerahkan menyamai dengan jumlah pasukan yang dikerahkan Beijing. Aksi saling kerahkan pasukan ini terjadi setelah bentrok mematikan kedua negara bersenjata nuklir tersebut bulan ini.
Kementerian Luar Negeri India menuduh China menyebabkan ketegangan dengan memulai penyebaran militer lebih dulu. Kementerian itu memperingatkan hubungan kedua negara dapat dirusak jika pertikaian berlanjut. (Baca: Cerita 120 Tentara India Dikepung Pasukan China, Sebagian Dimutilasi )
Seperti diketahui, militer kedua negara bentrok pada 15 Juni di wilayah Ladakh. Sebanyak 20 tentara India terbunuh, sedangkan China menolak mengonfirmasi tentang kemungkinan adanya korban jiwa di pihaknya.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri India Anurag Srivastava mengatakan; "(Pasukan) kedua belah pihak tetap dikerahkan dalam jumlah besar di wilayah tersebut, sementara kontak militer dan diplomatik terus berlanjut."
Srivastava mengatakan "tindakan China" di perbatasan tidak resmi—yang dikenal sebagai Garis Kontrol Aktual (LAC)—menyebabkan bentrok mematikan bulan ini dengan batu dan pentungan. Tidak ada tembakan dalam konflik tersebut.
"Inti masalahnya adalah bahwa sejak awal Mei, pihak China telah mengumpulkan kontingen besar pasukan dan persenjataan di sepanjang LAC," tuduh Srivasta, seperti dikutip AFP, Sabtu (27/6/2020).
Dia menambahkan bahwa China telah menghalangi patroli India karena melanggar perjanjian yang dibuat untuk menghindari pertikaian kedua pihak. Kedua negara bersenjata nuklir ini pernah berperang di perbatasan pada tahun 1962 dan secara teratur terlibat bentrok sejak itu.
Srivastava mengatakan pasukan China telah membangun "struktur" di sisi India dari garis demarkasi mereka di Lembah Galwan, Ladakh. (Baca: Konflik dengan India, China Kerahkan 10.000 Tentara dan Sistem Rudal )
"Meskipun ada beberapa pemberangkatan di masa lalu, tindakan pasukan China tahun ini sepenuhnya mengabaikan semua norma yang disepakati bersama," ujarnya.