Dua Hal Ini Diduga Jadi Penyebab Perubahan Sikap Korut
loading...
A
A
A
TOKYO - Menyusul menghilangnya Pemimpin Korea Utara (Korut) Kim Jong-un secara misterius dari radar publik pada bulan April dan kemunculannya kembali pada bulan Mei, sikap negara itu pun berubah dalam berhubungan dengan tetangganya Korea Selatan (Korsel). Puncaknya adalah penghancuran kantor penghubung antar-Korea di Kaesong minggu lalu. (Baca: Korut Ledakkan Kantor Penghubung Dua Korea, Waswas Perang Pecah )
Menurut Menteri Pertahanan (Menhan) Jepang , Taro Kono, tindakan Korut terhadap Korsel baru-baru ini dapat dijelaskan oleh serangkaian faktor internasl yang mempengaruhi kebijakan luar negeri negara tersebut.
Kono menyebut masalah kesehatan Kim Jong-un, yang sejauh ini belum dikonfirmasi, dan masalah ekonomi yang disebabkan oleh panen yang buruk pada 2019 sebagai salah satu alasan utama.
"Kami memiliki kecurigaan tentang kesehatannya. Ekonomi di Korea Utara tidak baik, jadi Kim Jung-un atau rejimnya memerlukan kambing hitam sehingga orang akan melihat ke luar Korea Utara", kata pejabat Jepang itu seperti dikutip dari Sputnik, Sabtu (27/6/2020).
Menhan Jepang kemudian menilai Korut sedang berjuang untuk menahan penyebaran pandemi Covid-19, meskipun Pyongyang secara resmi menyangkal keberadaan penyakit tersebut di negara itu. Kono mendukung tuduhannya dengan menyebut bahwa pandemi adalah alasan di balik jarangnya Kim Jong-un muncul di hadapan publik karena khawatir akan tertular virus mematikan tersebut.
Pejabat Jepang itu mengatakan bahwa saat ini pihaknya sedang mengumpulkan informasi tentang situasi di dalam negeri Korut menyusul bentrokan baru-baru ini dengan Korsel.
Pekan lalu, setelah penghentian hubungan dengan Seoul, Korut menghancurkan kantor penghubung antar-Korea di kota perbatasan Kaesong. Korut juga mengancam Korsel dengan aksi militer jika aktivis negara itu melanjutkan provokasi yang melibatkan selebaran propaganda anti-Pyongyang yang terbang di atas perbatasan melalui balon. (Baca: Gara-gara Pembelot, Korut Ancam Kerahkan Militer ke Korsel )
Ancaman "aksi militer" dibuat oleh saudara perempuan Pemimpin Korut, Kim Yo-jong, yang secara luas dianggap di media telah memperoleh kekuatan politik dan oleh beberapa wartawan dinilai sebagai pesaing posisi kakaknya. Namun ancaman itu dibatalkan segera setelah pembongkaran gedung penghubung, yang merupakan jalur komunikasi utama antara kedua negara. (Baca: Korut Hentikan Berbagai Rencana Aksi Militer Melawan Korsel )
Menurut Menteri Pertahanan (Menhan) Jepang , Taro Kono, tindakan Korut terhadap Korsel baru-baru ini dapat dijelaskan oleh serangkaian faktor internasl yang mempengaruhi kebijakan luar negeri negara tersebut.
Kono menyebut masalah kesehatan Kim Jong-un, yang sejauh ini belum dikonfirmasi, dan masalah ekonomi yang disebabkan oleh panen yang buruk pada 2019 sebagai salah satu alasan utama.
"Kami memiliki kecurigaan tentang kesehatannya. Ekonomi di Korea Utara tidak baik, jadi Kim Jung-un atau rejimnya memerlukan kambing hitam sehingga orang akan melihat ke luar Korea Utara", kata pejabat Jepang itu seperti dikutip dari Sputnik, Sabtu (27/6/2020).
Menhan Jepang kemudian menilai Korut sedang berjuang untuk menahan penyebaran pandemi Covid-19, meskipun Pyongyang secara resmi menyangkal keberadaan penyakit tersebut di negara itu. Kono mendukung tuduhannya dengan menyebut bahwa pandemi adalah alasan di balik jarangnya Kim Jong-un muncul di hadapan publik karena khawatir akan tertular virus mematikan tersebut.
Pejabat Jepang itu mengatakan bahwa saat ini pihaknya sedang mengumpulkan informasi tentang situasi di dalam negeri Korut menyusul bentrokan baru-baru ini dengan Korsel.
Pekan lalu, setelah penghentian hubungan dengan Seoul, Korut menghancurkan kantor penghubung antar-Korea di kota perbatasan Kaesong. Korut juga mengancam Korsel dengan aksi militer jika aktivis negara itu melanjutkan provokasi yang melibatkan selebaran propaganda anti-Pyongyang yang terbang di atas perbatasan melalui balon. (Baca: Gara-gara Pembelot, Korut Ancam Kerahkan Militer ke Korsel )
Ancaman "aksi militer" dibuat oleh saudara perempuan Pemimpin Korut, Kim Yo-jong, yang secara luas dianggap di media telah memperoleh kekuatan politik dan oleh beberapa wartawan dinilai sebagai pesaing posisi kakaknya. Namun ancaman itu dibatalkan segera setelah pembongkaran gedung penghubung, yang merupakan jalur komunikasi utama antara kedua negara. (Baca: Korut Hentikan Berbagai Rencana Aksi Militer Melawan Korsel )
(ber)