Rusia Merudal Mal Penuh Sesak di Ukraina, Korban Tewas Menjadi 16 Orang
loading...
A
A
A
KIEV - Korban tewas akibat serangan rudal Rusia di sebuah mal yang penuh sesak pusat kota Kremenchuk, Ukraina , pada hari Senin telah meningkat menjadi 16 orang tewas. Sebanyak 59 lainnya terluka.
Data korban tewas dan luka itu diperbarui layanan darurat Ukraina pada Selasa (28/6/2022) pagi.
“Sampai sekarang, kami mengetahui 16 orang tewas dan 59 luka-luka, 25 di antaranya dirawat di rumah sakit. Informasi sedang diperbarui,” kata Kepala Layanan Darurat Ukraina, Sergiy Kruk, di Telegram.
Dia mengatakan tugas utamanya adalah pekerjaan penyelamatan, pemindahan puing-puing, dan pemadaman kebakaran setelah serangan hebat di pusat perbelanjaan yang ramai tersebut.
Sebelumnya, Presiden Volodymyr Zelensky mengatakan lebih dari 1.000 warga sipil berada di mal tersebut ketika rudal menghantam kota, yang berpenduduk 220.000 orang sebelum perang pecah.
"Mal terbakar, penyelamat sedang memadamkan api. Jumlah korban tidak mungkin dibayangkan," tulis Zelensky di Facebook, seperti dikutip AFP.
Sebuah video yang dibagikan oleh presiden Ukraina menunjukkan mal dilalap api dengan puluhan penyelamat dan sebuah truk pemadam kebakaran berada di luar.
Layanan darurat Ukraina juga menerbitkan gambar yang menunjukkan sisa-sisa bangunan yang membara, di mana petugas pemadam kebakaran dan penyelamat berusaha membersihkan puing-puing.
Kementerian Pertahanan Ukraina mengatakan serangan itu sengaja dilakukan bertepatan dengan jam tersibuk mal dan menyebabkan jumlah korban maksimum.
Angkatan Udara Ukraina mengatakan mal itu dihantam oleh rudal anti-kapal Kh-22 yang ditembakkan dari pesawat pengebom Tu-22 dari wilayah Kursk di Rusia barat.
"Tembakan rudal di Kremenchuk menghantam daerah yang sangat sibuk yang tidak memiliki hubungan dengan permusuhan," tulis wali kota setempat, Vitali Maletsky, di Facebook.
Lunin mengecam serangan itu sebagai "kejahatan perang" dan "kejahatan terhadap kemanusiaan", dengan mengatakan itu adalah "tindakan teror sinis terhadap penduduk sipil".
Menteri Luar Negeri Ukraina Dmytro Kuleba meminta sekutu Kiev untuk memasok lebih banyak senjata berat dan menjatuhkan sanksi baru kepada Rusia.
"Rusia adalah aib bagi kemanusiaan dan harus menghadapi konsekuensinya," tulisnya di Twitter.
Pembantu presiden Zelensky, Mykhaylo Podolyak, menuduh Rusia sebagai "negara teroris".
Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken mengatakan di Twitter bahwa dunia ngeri dengan serangan rudal Rusia yang menghantam pusat perbelanjaan Ukraina yang ramai.
Perdana Menteri Inggris Boris Johnson mengatakan serangan itu menunjukkan kedalaman kekejaman dan barbarisme pemimpin Rusia Vladimir Putin.
Kementerian Luar Negeri Prancis juga mengutuk serangan itu.
“Dengan mengebom warga sipil dan infrastruktur sipil tanpa pandang bulu, Rusia melanjutkan pelanggaran mengerikan terhadap hukum humaniter internasional,” tuli kementerian itu di Twitter.
"Rusia harus bertanggung jawab atas tindakannya."
Sejuah ini, pemerintah maupun militer Rusia belum berkomentar atas serangan rudal terhadap mal tersebut.
Data korban tewas dan luka itu diperbarui layanan darurat Ukraina pada Selasa (28/6/2022) pagi.
“Sampai sekarang, kami mengetahui 16 orang tewas dan 59 luka-luka, 25 di antaranya dirawat di rumah sakit. Informasi sedang diperbarui,” kata Kepala Layanan Darurat Ukraina, Sergiy Kruk, di Telegram.
Dia mengatakan tugas utamanya adalah pekerjaan penyelamatan, pemindahan puing-puing, dan pemadaman kebakaran setelah serangan hebat di pusat perbelanjaan yang ramai tersebut.
Sebelumnya, Presiden Volodymyr Zelensky mengatakan lebih dari 1.000 warga sipil berada di mal tersebut ketika rudal menghantam kota, yang berpenduduk 220.000 orang sebelum perang pecah.
"Mal terbakar, penyelamat sedang memadamkan api. Jumlah korban tidak mungkin dibayangkan," tulis Zelensky di Facebook, seperti dikutip AFP.
Sebuah video yang dibagikan oleh presiden Ukraina menunjukkan mal dilalap api dengan puluhan penyelamat dan sebuah truk pemadam kebakaran berada di luar.
Layanan darurat Ukraina juga menerbitkan gambar yang menunjukkan sisa-sisa bangunan yang membara, di mana petugas pemadam kebakaran dan penyelamat berusaha membersihkan puing-puing.
Kementerian Pertahanan Ukraina mengatakan serangan itu sengaja dilakukan bertepatan dengan jam tersibuk mal dan menyebabkan jumlah korban maksimum.
Angkatan Udara Ukraina mengatakan mal itu dihantam oleh rudal anti-kapal Kh-22 yang ditembakkan dari pesawat pengebom Tu-22 dari wilayah Kursk di Rusia barat.
"Tembakan rudal di Kremenchuk menghantam daerah yang sangat sibuk yang tidak memiliki hubungan dengan permusuhan," tulis wali kota setempat, Vitali Maletsky, di Facebook.
Lunin mengecam serangan itu sebagai "kejahatan perang" dan "kejahatan terhadap kemanusiaan", dengan mengatakan itu adalah "tindakan teror sinis terhadap penduduk sipil".
Menteri Luar Negeri Ukraina Dmytro Kuleba meminta sekutu Kiev untuk memasok lebih banyak senjata berat dan menjatuhkan sanksi baru kepada Rusia.
"Rusia adalah aib bagi kemanusiaan dan harus menghadapi konsekuensinya," tulisnya di Twitter.
Pembantu presiden Zelensky, Mykhaylo Podolyak, menuduh Rusia sebagai "negara teroris".
Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken mengatakan di Twitter bahwa dunia ngeri dengan serangan rudal Rusia yang menghantam pusat perbelanjaan Ukraina yang ramai.
Perdana Menteri Inggris Boris Johnson mengatakan serangan itu menunjukkan kedalaman kekejaman dan barbarisme pemimpin Rusia Vladimir Putin.
Kementerian Luar Negeri Prancis juga mengutuk serangan itu.
“Dengan mengebom warga sipil dan infrastruktur sipil tanpa pandang bulu, Rusia melanjutkan pelanggaran mengerikan terhadap hukum humaniter internasional,” tuli kementerian itu di Twitter.
"Rusia harus bertanggung jawab atas tindakannya."
Sejuah ini, pemerintah maupun militer Rusia belum berkomentar atas serangan rudal terhadap mal tersebut.
(min)