Rusia Klaim Berhasil Kuasai Severodonetsk
loading...
A
A
A
MOSKOW - Kota besar Severodonetsk telah berada di bawah kendali penuh Republik Rakyat Lugansk. Demikian pernyataan juru bicara militer Rusia , Letnan Jenderal Igor Konashenkov, dalam sebuah pernyataan pada hari Sabtu.
Dia mengatakan kota-kota Severodonetsk dan Borovskoye, bersama dengan pemukiman Voronovo dan Sirotino, telah "benar-benar dibebaskan" setelah operasi ofensif yang berhasil oleh pasukan republik, yang didukung oleh pasukan Rusia.
"Pengumuman hari ini berarti seluruh wilayah tepi kiri sungai Seversky Donets di dalam perbatasan Republik Rakyat Lugansk telah berada di bawah kendali penuhnya,” tambah juru bicara militer Rusia itu seperti dilansir dari Russia Today, Minggu (26/6/2022).
Awal bulan ini, Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky menyebut Severodonetsk sebagai “pusat konfrontasi di Donbass.”
“Dalam banyak hal, nasib Donbass kita ditentukan di sana,” katanya pada saat itu.
Pada hari Jumat, Sergey Gaidai, yang dianggap Ukraina sebagai kepala Wilayah Lugansk, mengumumkan bahwa pasukan negara itu telah diperintahkan untuk meninggalkan Severodonetsk. Sebelumnya, dia mengatakan bahwa 90% dari kota telah hancur.
Dengan perang di Ukraina melewati empat bulan pada hari Jumat, pasukan Rusia terus merebut wilayah di Donbass.
Awal bulan ini, seorang komandan tinggi Ukraina, Volodymyr Karpenko, mengungkapkan bahwa negaranya telah kehilangan hingga 50% dari stok senjata beratnya, termasuk 400 tank, sejak peluncuran serangan Rusia pada akhir Februari.
Pengumuman Karpenko datang segera setelah pembantu presiden Ukraina Alexey Arestovich mengungkapkan bahwa angkatan bersenjata negara itu telah kehilangan sekitar 10.000 personel. Bagaimanapun dia mengklaimbahwa kerugian Moskow beberapa kali lebih besar.
Arestovich tidak memberikan bukti untuk mendukung pernyataannya. Angka-angka yang dirilis oleh Kementerian Pertahanan Rusia mengenai kerugian Angkatan Darat Ukraina secara signifikan lebih tinggi daripada yang dikutip oleh Arestovich yaitu 23.367, pada 18 April.
Moskow sendiri belum mengungkapkan kerugian terbarunya terkait dengan peralatan atau personel.
Rusia menyerang negara tetangganya pada akhir Februari, menyusul kegagalan Ukraina untuk mengimplementasikan ketentuan perjanjian Minsk, yang pertama kali ditandatangani pada 2014, dan akhirnya Moskow memberikan pengakuan atas republik Donbass di Donetsk dan Lugansk.
Protokol yang ditengahi Jerman dan Prancis itu dirancang untuk memberikan status khusus kepada dua wilayah tersebut di dalam negara Ukraina.
Kremlin sejak itu menuntut agar Ukraina secara resmi menyatakan dirinya sebagai negara netral yang tidak akan pernah bergabung dengan blok militer NATO yang dipimpin AS. Kiev menegaskan serangan Rusia benar-benar tidak beralasan dan telah membantah klaim bahwa pihaknya berencana untuk merebut kembali kedua republik dengan paksa.
Lihat Juga: Negara Pendiri BRICS yang Mulai Ragu Tinggalkan Dolar AS, Salah Satunya Musuh Amerika Serikat
Dia mengatakan kota-kota Severodonetsk dan Borovskoye, bersama dengan pemukiman Voronovo dan Sirotino, telah "benar-benar dibebaskan" setelah operasi ofensif yang berhasil oleh pasukan republik, yang didukung oleh pasukan Rusia.
"Pengumuman hari ini berarti seluruh wilayah tepi kiri sungai Seversky Donets di dalam perbatasan Republik Rakyat Lugansk telah berada di bawah kendali penuhnya,” tambah juru bicara militer Rusia itu seperti dilansir dari Russia Today, Minggu (26/6/2022).
Awal bulan ini, Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky menyebut Severodonetsk sebagai “pusat konfrontasi di Donbass.”
“Dalam banyak hal, nasib Donbass kita ditentukan di sana,” katanya pada saat itu.
Pada hari Jumat, Sergey Gaidai, yang dianggap Ukraina sebagai kepala Wilayah Lugansk, mengumumkan bahwa pasukan negara itu telah diperintahkan untuk meninggalkan Severodonetsk. Sebelumnya, dia mengatakan bahwa 90% dari kota telah hancur.
Dengan perang di Ukraina melewati empat bulan pada hari Jumat, pasukan Rusia terus merebut wilayah di Donbass.
Awal bulan ini, seorang komandan tinggi Ukraina, Volodymyr Karpenko, mengungkapkan bahwa negaranya telah kehilangan hingga 50% dari stok senjata beratnya, termasuk 400 tank, sejak peluncuran serangan Rusia pada akhir Februari.
Pengumuman Karpenko datang segera setelah pembantu presiden Ukraina Alexey Arestovich mengungkapkan bahwa angkatan bersenjata negara itu telah kehilangan sekitar 10.000 personel. Bagaimanapun dia mengklaimbahwa kerugian Moskow beberapa kali lebih besar.
Arestovich tidak memberikan bukti untuk mendukung pernyataannya. Angka-angka yang dirilis oleh Kementerian Pertahanan Rusia mengenai kerugian Angkatan Darat Ukraina secara signifikan lebih tinggi daripada yang dikutip oleh Arestovich yaitu 23.367, pada 18 April.
Moskow sendiri belum mengungkapkan kerugian terbarunya terkait dengan peralatan atau personel.
Rusia menyerang negara tetangganya pada akhir Februari, menyusul kegagalan Ukraina untuk mengimplementasikan ketentuan perjanjian Minsk, yang pertama kali ditandatangani pada 2014, dan akhirnya Moskow memberikan pengakuan atas republik Donbass di Donetsk dan Lugansk.
Protokol yang ditengahi Jerman dan Prancis itu dirancang untuk memberikan status khusus kepada dua wilayah tersebut di dalam negara Ukraina.
Kremlin sejak itu menuntut agar Ukraina secara resmi menyatakan dirinya sebagai negara netral yang tidak akan pernah bergabung dengan blok militer NATO yang dipimpin AS. Kiev menegaskan serangan Rusia benar-benar tidak beralasan dan telah membantah klaim bahwa pihaknya berencana untuk merebut kembali kedua republik dengan paksa.
Lihat Juga: Negara Pendiri BRICS yang Mulai Ragu Tinggalkan Dolar AS, Salah Satunya Musuh Amerika Serikat
(ian)