Konvoi 40 Truk Militer AS Diduga Angkut Gandum Curian dari Suriah

Senin, 20 Juni 2022 - 19:08 WIB
loading...
Konvoi 40 Truk Militer AS Diduga Angkut Gandum Curian dari Suriah
Konvoi truk militer AS diduga membawa gandum dari Suriah. Foto/Twitter/@Ilias90s
A A A
DAMASKUS - Media Suriah secara teratur melaporkan pergerakan konvoi militer Amerika Serikat (AS) masuk dan keluar dari negara itu.

Kali ini, media Suriah melaporkan Washington membawa pasokan dan peralatan militer, serta mengangkut bahan makanan dan minyak mentah keluar dari Suriah.

“Pasukan AS dan unit milisi Pasukan Demokratik Suriah Kurdi menyelundupkan konvoi 40 truk kendaraan yang memuat pasokan gandum Suriah ke luar negeri melalui titik penyeberangan perbatasan al-Waleed antara Suriah dan Irak di timur laut kota al-Hasakah,” ungkap laporan Kantor Berita Arab Suriah, mengutip sumber-sumber lokal.



Sumber itu lebih lanjut menunjukkan pasukan AS secara terpisah melakukan konvoi membawa 36 kendaraan militer yang rusak dari kota Tel Hamees di timur laut provinsi al-Hasakah ke Irak, menggunakan penyeberangan yang sama.



Pasokan gandum dikatakan telah dicuri dari Jazira Suriah, bagian dari Bulan Sabit Subur di negara itu.



Sumber SANA tidak merinci jenis truk apa yang terlibat, atau apakah jumlah 40 truk itu termasuk pengawalan bersenjata, yang biasanya menemani pengangkut selama operasi penyelundupan minyak dan makanan.

Di Amerika Serikat, satu truk trailer berisi gandum dapat digunakan untuk membuat 42.000 roti senilai lebih dari USD100.000.

Suriah telah berulang kali menuduh AS mengobarkan perang ekonomi melawannya melalui penguasaan wilayah timur laut strategis negara itu, di mana hingga 90% minyak negara itu dan lahan pertanian terbaiknya berada.

Dirampas dari wilayah itu, Suriah menghadapi sanksi AS dan Eropa yang menghancurkan dalam segala hal mulai dari perbankan hingga obat-obatan.

Damaskus terpaksa mengandalkan bantuan Rusia dan Iran untuk memastikan keamanan pangan dan energinya sambil membangun kembali dari perang brutal yang didukung asing yang dimulai pada 2012 .

Tahun lalu, Menteri Perminyakan Suriah Bassam Tomeh memperkirakan kegiatan penyelundupan minyak AS telah menyebabkan sekitar USD92 miliar kerugian pada sektor minyak Suriah, bagian besar dari USD200-400 miliar yang menurut Presiden Bashar Assad akan diperlukan untuk rekonstruksi.

Sebelum perang, negara Timur Tengah itu menikmati swasembada energi dan pangan.

AS diperkirakan mempertahankan pasukan pendudukan sekitar 900 tentara di Suriah, dengan pasukan ini dilaporkan menjaga ladang minyak dan gas, pangkalan militer dan infrastruktur strategis utama.

Kehadiran pasukan AS dimaksudkan berfungsi sebagai semacam “kebijakan asuransi” untuk sekutu SDF-nya.

Itu juga peringatan kepada pemerintah Suriah dan milisi yang didukung Turki bahwa setiap serangan pada SDF akan dibalas dengan respons yang menghancurkan.

Otoritas Suriah tetap menyatakan keyakinannya bahwa semua wilayah di luar kendali Damaskus pada akhirnya akan dibebaskan.

Suriah telah mendesak Kurdi, yang telah menetapkan status pemerintahan sendiri secara de facto dalam ketidakhadiran pemerintah, untuk menyadari bahwa Amerika pada akhirnya akan meninggalkan mereka.

Secara publik, pemerintahan Biden telah menyatakan tidak berniat menarik diri dari Suriah, dan negara itu jarang disebutkan oleh pejabat dan media AS.

Pekan lalu, juru bicara Kementerian Luar Negeri China Zhao Lijian mengecam Washington karena berperilaku seperti "bajak laut" di Suriah dan "secara terang-terangan menjarah" sumber daya negara.

Menurut Lijian, tindakan AS "menjatuhkan" negara itu "ke dalam bencana kemanusiaan yang belum pernah terjadi sebelumnya."

Pada Jumat, Wall Street Journal melaporkan Rusia telah melakukan "serangkaian" operasi "provokatif" terhadap pasukan AS di Suriah bulan ini, termasuk serangan udara di garnisun al-Tanf di dekat perbatasan dengan Irak dan Yordania yang menargetkan jihadis yang dilatih CIA.

Kementerian luar negeri dan pertahanan Rusia belum mengomentari laporan tersebut.

(sya)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1419 seconds (0.1#10.140)