AS Ancam Respons Kuat dan Cepat Jika Korut Uji Senjata Nuklir
loading...
A
A
A
NEW YORK CITY - Amerika Serikat (AS) mengancam akan memberikan respons kuat dan cepat jika Korea Utara (Korut) menguji coba senjata nuklirnya. Tes senjata atom Pyongyang, jika benar-benar dijalankan, akan menjadi yang pertama sejak 2017.
Ancaman Washington dilontarkan Wakil Menteri Luar Negeri AS Wendy Sherman. Dia mengatakan respons itu tak hanya dari Amerika, tapi juga dari Korea Selatan dan dunia.
“Setiap uji coba nuklir akan sepenuhnya melanggar resolusi Dewan Keamanan PBB [dan] akan ada respons cepat dan kuat terhadap uji coba semacam itu,” kata Sherman kepada wartawan pada hari Selasa setelah pembicaraan dengan mitranya dari Korea Selatan, Cho Hyun-dong, di Seoul.
"Seluruh dunia akan merespons dengan cara yang kuat dan jelas. Kami siap," katanya lagi.
Ada kekhawatiran yang berkembang bahwa Korea Utara yang dipimpin Kim Jong-un, yang telah melakukan peluncuran rudal dalam jumlah yang belum pernah terjadi sebelumnya tahun ini, akan segera menguji senjata nuklir untuk pertama kalinya sejak 2017.
Pada hari Senin, pasukan Korea Selatan dan AS menembakkan delapan rudal surafce-to-surface di lepas pantai timur Korea Selatan sehari setelah Pyongyang menguji tembak delapan rudal balistik jarak pendek.
Badan Energi Atom Internasional (IAEA) mengatakan bahwa langkah Korea Utara untuk memperluas fasilitas utama di situs nuklir utamanya di Yongbyon terus maju.
“Sebuah atap telah dipasang di lampiran ke Fasilitas Pengayaan Sentrifugal yang dilaporkan, jadi lampiran sekarang selesai secara eksternal. Di dekat reaktor air ringan (LWR), kami telah mengamati bahwa gedung baru yang telah dibangun sejak April 2021 telah selesai, dan konstruksi telah dimulai pada dua gedung yang berdekatan,” kata Kepala IAEA Rafael Grossi dalam pernyataan triwulanannya kepada Dewan Keamanan PBB pada hari Senin.
Dia juga mencatat bahwa di Punggye-ri, situs uji coba nuklir Korea Utara, ada indikasi bahwa salah satu bagian yang dikenal sebagai "adits" telah dibuka kembali, mungkin sebagai persiapan untuk uji coba nuklir. Situs itu dibongkar pada 2018 setelah pertemuan puncak antara pemimpin Korea Utara Kim Jong-un dan Presiden Korea Selatan Moon Jae-in.
“Melakukan uji coba nuklir akan bertentangan dengan resolusi Dewan Keamanan PBB dan akan menjadi perhatian serius,” kata Grossi.
Selama kunjungannya ke Seoul, Sherman menegaskan kembali bahwa pemerintah AS tetap terbuka untuk pembicaraan.
Ancaman Washington dilontarkan Wakil Menteri Luar Negeri AS Wendy Sherman. Dia mengatakan respons itu tak hanya dari Amerika, tapi juga dari Korea Selatan dan dunia.
“Setiap uji coba nuklir akan sepenuhnya melanggar resolusi Dewan Keamanan PBB [dan] akan ada respons cepat dan kuat terhadap uji coba semacam itu,” kata Sherman kepada wartawan pada hari Selasa setelah pembicaraan dengan mitranya dari Korea Selatan, Cho Hyun-dong, di Seoul.
"Seluruh dunia akan merespons dengan cara yang kuat dan jelas. Kami siap," katanya lagi.
Ada kekhawatiran yang berkembang bahwa Korea Utara yang dipimpin Kim Jong-un, yang telah melakukan peluncuran rudal dalam jumlah yang belum pernah terjadi sebelumnya tahun ini, akan segera menguji senjata nuklir untuk pertama kalinya sejak 2017.
Pada hari Senin, pasukan Korea Selatan dan AS menembakkan delapan rudal surafce-to-surface di lepas pantai timur Korea Selatan sehari setelah Pyongyang menguji tembak delapan rudal balistik jarak pendek.
Badan Energi Atom Internasional (IAEA) mengatakan bahwa langkah Korea Utara untuk memperluas fasilitas utama di situs nuklir utamanya di Yongbyon terus maju.
“Sebuah atap telah dipasang di lampiran ke Fasilitas Pengayaan Sentrifugal yang dilaporkan, jadi lampiran sekarang selesai secara eksternal. Di dekat reaktor air ringan (LWR), kami telah mengamati bahwa gedung baru yang telah dibangun sejak April 2021 telah selesai, dan konstruksi telah dimulai pada dua gedung yang berdekatan,” kata Kepala IAEA Rafael Grossi dalam pernyataan triwulanannya kepada Dewan Keamanan PBB pada hari Senin.
Dia juga mencatat bahwa di Punggye-ri, situs uji coba nuklir Korea Utara, ada indikasi bahwa salah satu bagian yang dikenal sebagai "adits" telah dibuka kembali, mungkin sebagai persiapan untuk uji coba nuklir. Situs itu dibongkar pada 2018 setelah pertemuan puncak antara pemimpin Korea Utara Kim Jong-un dan Presiden Korea Selatan Moon Jae-in.
“Melakukan uji coba nuklir akan bertentangan dengan resolusi Dewan Keamanan PBB dan akan menjadi perhatian serius,” kata Grossi.
Selama kunjungannya ke Seoul, Sherman menegaskan kembali bahwa pemerintah AS tetap terbuka untuk pembicaraan.
(min)