Biden Janjikan Respons Militer AS jika China Invasi Taiwan
loading...
A
A
A
WASHINGTON - Presiden Joe Biden menjanjikan respons militer dari Amerika Serikat (AS) jika China nekat menginvasi Taiwan .
Dia mengatakan bahwa Beijing "menggoda dengan bahaya" karena ketegangan di sekitar Taiwan meningkat.
"Itulah komitmen yang kami buat," katanya ketika ditanya apakah Washington akan melakukan intervensi militer terhadap kemungkinan upaya Beijing untuk mengambil alih Taiwan.
"Kami setuju dengan kebijakan 'Satu China', kami menandatanganinya...tetapi gagasan bahwa itu dapat diambil dengan paksa tidak tepat," ujarnya, membela Taiwan, seperti dikutip Sputnik, Senin (23/5/2022).
Ini bukan pertama kalinya Biden mengonfirmasi bahwa AS akan membela Taiwan jika diserang China. Tahun lalu, dia juga mengatakan hal senada ketika Gedung Putih menekankan bahwa AS tidak akan mengubah kebijakannya mengenai masalah tersebut.
Ketegangan antara China dan AS telah meningkat selama beberapa bulan terakhir, di tengah meningkatnya pengiriman senjata Washington ke Taipei.
Pada saat yang sama, China menyuarakan protes atas sejumlah kebijakan AS tentang masalah Taiwan. Protes yang terbaru adalah soal Departemen Luar Negeri AS yang mengedit situs webnya, menghilangkan frasa "Amerika Serikat tidak mendukung kemerdekaan Taiwan".
Sebagai tanggapan, Beijing mendesak AS untuk berhenti terlibat dalam manipulasi politik, menekankan hanya ada satu China di dunia.
Taiwan, yang secara resmi menyebut dirinya "Republik China", telah memerintah sendiri secara demokratis sejak berakhirnya perang saudara China pada tahun 1949.
Namun, Beijing menganggap pulau itu sebagai bagian dari Republik Rakyat China. Sementara AS tidak mengakui Taiwan sebagai negara merdeka, Washington menikmati hubungan dekat dengan Taipei, mengirimkan senjata dan berjanji untuk melindungi pulau itu.
Bulan lalu, media AS menyatakan bahwa kontraktor pertahanan Amerika memiliki simpanan peralatan militer senilai USD14,2 miliar yang dibeli kembali oleh Taiwan pada tahun 2019. Menurut laporan tersebut, kurang dari 20 persen persenjataan yang dipesan telah dikirim ke Taipei.
Dia mengatakan bahwa Beijing "menggoda dengan bahaya" karena ketegangan di sekitar Taiwan meningkat.
"Itulah komitmen yang kami buat," katanya ketika ditanya apakah Washington akan melakukan intervensi militer terhadap kemungkinan upaya Beijing untuk mengambil alih Taiwan.
"Kami setuju dengan kebijakan 'Satu China', kami menandatanganinya...tetapi gagasan bahwa itu dapat diambil dengan paksa tidak tepat," ujarnya, membela Taiwan, seperti dikutip Sputnik, Senin (23/5/2022).
Ini bukan pertama kalinya Biden mengonfirmasi bahwa AS akan membela Taiwan jika diserang China. Tahun lalu, dia juga mengatakan hal senada ketika Gedung Putih menekankan bahwa AS tidak akan mengubah kebijakannya mengenai masalah tersebut.
Ketegangan antara China dan AS telah meningkat selama beberapa bulan terakhir, di tengah meningkatnya pengiriman senjata Washington ke Taipei.
Pada saat yang sama, China menyuarakan protes atas sejumlah kebijakan AS tentang masalah Taiwan. Protes yang terbaru adalah soal Departemen Luar Negeri AS yang mengedit situs webnya, menghilangkan frasa "Amerika Serikat tidak mendukung kemerdekaan Taiwan".
Sebagai tanggapan, Beijing mendesak AS untuk berhenti terlibat dalam manipulasi politik, menekankan hanya ada satu China di dunia.
Taiwan, yang secara resmi menyebut dirinya "Republik China", telah memerintah sendiri secara demokratis sejak berakhirnya perang saudara China pada tahun 1949.
Namun, Beijing menganggap pulau itu sebagai bagian dari Republik Rakyat China. Sementara AS tidak mengakui Taiwan sebagai negara merdeka, Washington menikmati hubungan dekat dengan Taipei, mengirimkan senjata dan berjanji untuk melindungi pulau itu.
Bulan lalu, media AS menyatakan bahwa kontraktor pertahanan Amerika memiliki simpanan peralatan militer senilai USD14,2 miliar yang dibeli kembali oleh Taiwan pada tahun 2019. Menurut laporan tersebut, kurang dari 20 persen persenjataan yang dipesan telah dikirim ke Taipei.
(min)