Giliran Korsel Ancam Ambil Opsi Militer terhadap Korut
loading...
A
A
A
SEOUL - Pemerintah Seoul mengancam akan mengambil opsi militer terhadap Korea Utara (Korut) yang akan "membombardir" wilayah Korea Selatan (Korsel) dengan 12 juta selebaran propaganda.
Sebelumnya, Pyongyang yang mengancam akan melakukan serangan militer terhadap Seoul karena tidak menghentikan para pembelot Korea Utara mengirim selebaran-selebaran propaganda anti-pemimpin Korea Utara Kim Jong-un ke negara komunis tersebut.
Pyongyang telah memutuskan seluruh jalur komunikasi dengan Seoul, meledakkan kantor penghubung dua Korea dan menyiagakan pasukan militernya di perbatasan. (Baca: Nyatakan Musuh, Korut Putus Seluruh Jalur Komunikasi dengan Korsel )
"Kami memantau dengan seksama langkah-langkah yang dilakukan militer Korea Utara mengenai pengorbanan sepanjang waktu. Dalam persiapan untuk berbagai kemungkinan, kami mempertahankan postur kesiapan yang kuat," kata juru bicara Kepala Staf Gabungan Korea Selatan, Kim Jun-rak, seperti dikutip kantor berita Yonhap, Senin (22/6/2020).
Kim Jun-rak menekankan bahwa Seoul siap untuk mengambil tindakan militer jika ada pesawat terbang yangmelintas di atas Zona Demiliterisasi (DMZ), karena hal itu akan menjadi pelanggaran Perjanjian Militer Komprehensif 2018.
Yonhap mengutip sumber militer Seoul mengatakan Angkatan Udara Korea Selatan sedang bersiap untuk mengirim pesawat nirawak pengintai canggih Global Hawk pada Juli mendatang sebagai tanggapan terhadap ancaman Korea Utara.
Sementara itu, media pemerintah Korea Utara; Kantor Berita Pusat Korea (KCNA) melaporkan Pyongyang siap untuk melepaskan sekitar 3.000 balon dengan 12.000 selebaran propaganda anti-Seoul dalam menanggapi tindakan serupa yang diambil wilayah dari Korea Selatan. Aksi saling ancam ini telah memicu lonjakan terbaru dalam ketegangan dua Korea. (Baca juga: Sebanyak 12 Juta Selebaran Kemarahan Korut Siap 'Bombardir' Korsel )
Drone atau pesawat nirawak adalah aset strategis utama karena akan memberikan Korea Selatan pengawasan utama terhadap gerakan militer Pyongyang dari jarak yang jauh. Penggunaan pesawat nirawak ini juga untuk menghindari perjanjian 2018.
Setelah memesan empat model pesawat nirawak Global Hawk Amerika Serikat (AS) dengan harga masing-masing lebih dari USD200 juta, Korea Selatan sejauh ini telah menerima tiga unit.
Sebelumnya, Pyongyang yang mengancam akan melakukan serangan militer terhadap Seoul karena tidak menghentikan para pembelot Korea Utara mengirim selebaran-selebaran propaganda anti-pemimpin Korea Utara Kim Jong-un ke negara komunis tersebut.
Pyongyang telah memutuskan seluruh jalur komunikasi dengan Seoul, meledakkan kantor penghubung dua Korea dan menyiagakan pasukan militernya di perbatasan. (Baca: Nyatakan Musuh, Korut Putus Seluruh Jalur Komunikasi dengan Korsel )
"Kami memantau dengan seksama langkah-langkah yang dilakukan militer Korea Utara mengenai pengorbanan sepanjang waktu. Dalam persiapan untuk berbagai kemungkinan, kami mempertahankan postur kesiapan yang kuat," kata juru bicara Kepala Staf Gabungan Korea Selatan, Kim Jun-rak, seperti dikutip kantor berita Yonhap, Senin (22/6/2020).
Kim Jun-rak menekankan bahwa Seoul siap untuk mengambil tindakan militer jika ada pesawat terbang yangmelintas di atas Zona Demiliterisasi (DMZ), karena hal itu akan menjadi pelanggaran Perjanjian Militer Komprehensif 2018.
Yonhap mengutip sumber militer Seoul mengatakan Angkatan Udara Korea Selatan sedang bersiap untuk mengirim pesawat nirawak pengintai canggih Global Hawk pada Juli mendatang sebagai tanggapan terhadap ancaman Korea Utara.
Sementara itu, media pemerintah Korea Utara; Kantor Berita Pusat Korea (KCNA) melaporkan Pyongyang siap untuk melepaskan sekitar 3.000 balon dengan 12.000 selebaran propaganda anti-Seoul dalam menanggapi tindakan serupa yang diambil wilayah dari Korea Selatan. Aksi saling ancam ini telah memicu lonjakan terbaru dalam ketegangan dua Korea. (Baca juga: Sebanyak 12 Juta Selebaran Kemarahan Korut Siap 'Bombardir' Korsel )
Drone atau pesawat nirawak adalah aset strategis utama karena akan memberikan Korea Selatan pengawasan utama terhadap gerakan militer Pyongyang dari jarak yang jauh. Penggunaan pesawat nirawak ini juga untuk menghindari perjanjian 2018.
Setelah memesan empat model pesawat nirawak Global Hawk Amerika Serikat (AS) dengan harga masing-masing lebih dari USD200 juta, Korea Selatan sejauh ini telah menerima tiga unit.
(min)