Petani Ukraina Berisiko Tewas di Ladang yang Dipenuhi Bom

Jum'at, 06 Mei 2022 - 09:00 WIB
loading...
Petani Ukraina Berisiko...
Petani Ukraina Berisiko Tewas di Ladang yang Dipenuhi Bom. FOTO/Reuters
A A A
KIEV - Di Ukraina , musim semi berarti juga musim tanam bagi para petani . Namun, tahun ini petani membutuhkan lebih dari bahan bakar dan pupuk. Kini, mereka juga membutuhkan jaket antipeluru dan ranjau untuk menghancurkan bom yang tersebar di ladang mereka.

Salah satu roket yang tidak meledak tergeletak di sebuah pulau dengan tanah hitam yang tidak terganggu di ladang Igor Tsiapa, di barat daya negara itu. Roket itu menjadi ancaman mematikan untuk menanam jagung di tanah yang sebelumnya dibajak dan menunggu ditanami.



"Kami pertama kali melihat proyektil satu setengah minggu yang lalu, tetapi tidak menyentuh bagian ladang ini dan terus bersiap untuk penanaman," katanya kepada AFP, Kamis (6/5/2022).

"Semuanya harus dilakukan sesuai jadwal jika Anda ingin panen yang kurang lebih tepat. Kami harus tetap bekerja," tambah pria berusia hampir 60 tahun di daerah desa Grygorovka.

Petani di Ukraina telah menemukan diri mereka di garis depan invasi Rusia yang telah mencemari petak-petak negara dengan ranjau yang tidak meledak, peluru dan roket. Kini mereka menghadapi risiko unik mematikan salah satu perangkat saat mengerjakan ladang.



Polisi mengatakan cedera terakhir terjadi di daerah Kiev di mana seorang petani di desa Gogoliv menabrak ranjau di traktornya saat berada di ladang pada hari Rabu.

Maria Kolesnyk, dengan firma analitik ProAgro Group, mengatakan kepada AFP bahwa sekitar 20 insiden telah dicatat tentang petani yang terkena ledakan persenjataan perang yang tidak disengaja, tetapi tidak jelas berapa banyak kejadian yang berakibat fatal.

"Dalam komunitas agro saat ini, profesi yang paling dicari adalah pencari ranjau. Kami sangat membutuhkan bantuan komunitas internasional karena para profesional Ukraina bekerja 24/7," jelasnya.



Di lapangan Tsiapa, roket ditinggalkan di tempat ia mendarat, dan penambang berhelm biru menempatkan balok-balok bahan peledak seukuran kepalan tangan oranye di sepanjang muatan bahan peledaknya sebelum menyekop gundukan tanah di atasnya.

"Setiap hari sejak dimulainya perang, kami telah menemukan dan menghancurkan amunisi yang tidak meledak," kata Dmytro Polishchuk, salah satu penjinak ranjau, kepada AFP sebelum menuju ke lapangan.

"Setelah petani mulai bekerja di ladang, kami mulai mendapat telepon rutin dari orang-orang yang memberi tahu kami tentang perangkat baru," katanya. Ia mencatat bahwa tim tersebut menghancurkan hingga tiga bom per hari.

(esn)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1364 seconds (0.1#10.140)