Pentagon Akui AS Latih Pasukan Ukraina di Jerman

Minggu, 01 Mei 2022 - 05:01 WIB
loading...
Pentagon Akui AS Latih...
Tentara Ukraina mengikuti latihan militer Three Swords-2021 di Yavoriv, Lviv, Ukraina, 27 Juli 2021. Foto/REUTERS
A A A
WASHINGTON - Personel militer Ukraina menerima pelatihan Amerika Serikat (AS) di Eropa di tengah konflik dengan Rusia. Pernyataan itu diungkapkan Sekretaris Pers Pentagon John Kirby.

“Saya dapat mengumumkan bahwa Amerika Serikat telah memulai pelatihan dengan Angkatan Bersenjata Ukraina pada sistem kunci di instalasi militer AS di Jerman,” papar Kirby selama briefing pada Jumat (29/4/2022).

Sebagai bagian dari program yang dikoordinasikan dengan Berlin, pasukan Ukraina belajar mengoperasikan artileri, radar, dan kendaraan lapis baja.



“Upaya pelatihan baru di Jerman dan di lokasi lain di Eropa ini secara langsung mendukung paket bantuan keamanan AS baru-baru ini yang dirancang untuk membantu Ukraina memenangkan pertempuran mereka hari ini dan membangun kekuatan untuk besok,” ungkap juru bicara itu, seraya mencatat AS telah berkomitmen USD4,3 miliar untuk militer Ukraina sejak 2021.



Kirby menekankan Pentagon tidak memiliki rencana mengirim instrukturnya ke Ukraina. “Pelatihan yang akan kita lakukan akan berada di luar negeri,” papar dia.



“Tetapi kemungkinan prajurit di dalam Ukraina menerima pelatihan Amerika Serikat secara virtual sedang dieksplorasi,” ujar dia.

Sekutu AS, Inggris juga membantu pasukan Ukraina meningkatkan keterampilan tempur mereka.

Perdana Menteri Inggris Boris Johnson mengumumkan pekan lalu bahwa, “Kami saat ini melatih Ukraina di Polandia dalam penggunaan pertahanan anti-pesawat, dan sebenarnya di Inggris dalam penggunaan kendaraan lapis baja.”

Pernyataan itu menuai kecaman dari pensiunan Jenderal Polandia Waldemar Skrzypczak, yang menuduh PM Johnson mengungkapkan rahasia militer dan menasihatinya untuk berpikir sebelum berbicara.

Rusia mengirim pasukan ke Ukraina pada 24 Februari, menyusul kegagalan Kiev menerapkan persyaratan perjanjian Minsk, yang pertama kali ditandatangani pada 2014, dan pengakuan akhirnya Moskow atas republik Donbass di Donetsk dan Lugansk.

Protokol Minsk yang ditengahi Jerman dan Perancis dirancang untuk memberikan status khusus kepada daerah-daerah yang memisahkan diri di dalam negara Ukraina.

Kremlin sejak itu menuntut agar Ukraina secara resmi menyatakan dirinya sebagai negara netral yang tidak akan pernah bergabung dengan NATO.

Kiev menegaskan serangan Rusia benar-benar tidak beralasan dan membantah klaim pihaknya berencana merebut kembali kedua republik dengan paksa.

(sya)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1281 seconds (0.1#10.140)