Heboh, Universitas Ini Ajari Mahasiswi Bidan Rawat Pria Melahirkan Melalui Penis
loading...
A
A
A
LONDON - Sebuah universitas di Inggris mengajari mahasiswa dan mahasiswi kebidanan cara merawat laki-laki transgender yang melahirkan melalui penis yang dibuat khusus.
Situs berita feminisme, Reduxx, mengungkapkan bahan ajar dari Edinburgh Napier University yang menyatakan laki-laki transgender yang melahirkan mungkin masih memiliki "alat kelamin laki-laki eksternal" setelah transisi.
Buku kerja keterampilan tentang "katerisasi" memberi tahu para mahasiswa dan mahasiswi bahwa orang yang melahirkan tersebut mungkin sudah menjadi laki-laki.
Buku kerja itu juga menambahkan bahwa seorang transgender yang mengalami transisi dari perempuan ke laki-laki bisa melahirkan melalui penis yang dibuat khusus.
Elaine Miller, Anggota Chartered Society for Physiotherapy, mengungkapkan kekecewaannya pada isi buku kerja.
"Tidak mungkin bagi seorang pria untuk hamil," katanya kepada Reduxx, seperti dikutip Britain's News Channel, Sabtu (30/4/2022).
“Seorang wanita dengan perbedaan jenis kelamin bisa hamil tetapi tidak akan memiliki alat kelamin laki-laki," katanya lagi.
Seorang juru bicara Universitas Edinburgh Napier mengatakan itu bertujuan untuk menjadi inklusif bagi orang-orang di komunitas LGBTIQ (lesbian, gay, biseksual, transgender, interseks, dan Questioning) dan akan memperbarui materi ajar jika diperlukan.
Mahasiswa dan mahasiswi yang peduli mengirim gambar tentang materi ajar itu ke situs web Reduxx karena khawatir tentang pesannya.
Ini terjadi setelah seorang mahasiswa PhD feminis kalah dalam kasus hukumnya melawan universitas setelah mengeklaim dia mengalami pelecehan dan intimidasi dari aktivis hak transgender.
Raquel Rosario Sanchez (32) menggugat University of Bristol dengan tuduhan gagal melindunginya dari para aktivis, yang menargetkannya karena keterlibatannya dengan kelompok kampanye Woman's Place UK.
Dia mengajukan klaim kepada universitas atas kerusakan dalam kontrak, kelalaian dan Undang-Undang Kesetaraan atas cara menangani keluhan tentang dirinya menjadi sasaran.
Rosario Sanchez, yang latar belakang akademisnya di bidang feminisme, memulai program PhD-nya pada musim gugur 2017, meneliti pria yang membayar untuk seks.
Dia mengatakan kesehatan mental dan kinerja akademisnya menderita akibat serangan online yang dimulai pada Februari 2018.
Aktivis telah memprotes ceramah yang dia berikan dan melabelinya sebagai "terf"—seorang feminis radikal trans-eksklusif—dan mengeklaim dia menyebarkan kebencian tentang orang-orang transgender.
Situs berita feminisme, Reduxx, mengungkapkan bahan ajar dari Edinburgh Napier University yang menyatakan laki-laki transgender yang melahirkan mungkin masih memiliki "alat kelamin laki-laki eksternal" setelah transisi.
Buku kerja keterampilan tentang "katerisasi" memberi tahu para mahasiswa dan mahasiswi bahwa orang yang melahirkan tersebut mungkin sudah menjadi laki-laki.
Buku kerja itu juga menambahkan bahwa seorang transgender yang mengalami transisi dari perempuan ke laki-laki bisa melahirkan melalui penis yang dibuat khusus.
Elaine Miller, Anggota Chartered Society for Physiotherapy, mengungkapkan kekecewaannya pada isi buku kerja.
"Tidak mungkin bagi seorang pria untuk hamil," katanya kepada Reduxx, seperti dikutip Britain's News Channel, Sabtu (30/4/2022).
“Seorang wanita dengan perbedaan jenis kelamin bisa hamil tetapi tidak akan memiliki alat kelamin laki-laki," katanya lagi.
Seorang juru bicara Universitas Edinburgh Napier mengatakan itu bertujuan untuk menjadi inklusif bagi orang-orang di komunitas LGBTIQ (lesbian, gay, biseksual, transgender, interseks, dan Questioning) dan akan memperbarui materi ajar jika diperlukan.
Mahasiswa dan mahasiswi yang peduli mengirim gambar tentang materi ajar itu ke situs web Reduxx karena khawatir tentang pesannya.
Ini terjadi setelah seorang mahasiswa PhD feminis kalah dalam kasus hukumnya melawan universitas setelah mengeklaim dia mengalami pelecehan dan intimidasi dari aktivis hak transgender.
Raquel Rosario Sanchez (32) menggugat University of Bristol dengan tuduhan gagal melindunginya dari para aktivis, yang menargetkannya karena keterlibatannya dengan kelompok kampanye Woman's Place UK.
Dia mengajukan klaim kepada universitas atas kerusakan dalam kontrak, kelalaian dan Undang-Undang Kesetaraan atas cara menangani keluhan tentang dirinya menjadi sasaran.
Rosario Sanchez, yang latar belakang akademisnya di bidang feminisme, memulai program PhD-nya pada musim gugur 2017, meneliti pria yang membayar untuk seks.
Dia mengatakan kesehatan mental dan kinerja akademisnya menderita akibat serangan online yang dimulai pada Februari 2018.
Aktivis telah memprotes ceramah yang dia berikan dan melabelinya sebagai "terf"—seorang feminis radikal trans-eksklusif—dan mengeklaim dia menyebarkan kebencian tentang orang-orang transgender.
(min)