Masjid Dibom saat Salat Jumat, 33 Orang Meninggal

Sabtu, 23 April 2022 - 05:37 WIB
loading...
Masjid Dibom saat Salat Jumat, 33 Orang Meninggal
Masjid yang populer di kalangan kaum Sufi di Kunduz,Afghanistan, diguncang ledakan bom saat salat Jumat berlangsung. Sebanyak 33 orang meninggal. Foto/Ilustrasi SINDOnews.com
A A A
KABUL - Sebuah bom meledak dahsyat di sebuah masjid di Afghanistan saat salat Jumat berlangsung. Serangan ini menyebabkan 33 orang, termasuk anak-anak, meninggal dunia.

Serangan bom tersebut terjadi hanya sehari setelah kelompok Islamic State atau ISIS mengeklaim dua serangan mematikan yang terpisah.

Sejak Taliban menguasai Afghanistan tahun lalu setelah menggulingkan pemerintah yang didukung Amerika Serikat (AS), jumlah pengeboman telah menurun tetapi kelompok "jihadis" dan ISIS terus melakukan serangan terhadap sasaran yang mereka anggap sesat.

Serangkaian pengeboman mengguncang negara itu minggu ini, dengan serangan mematikan yang menargetkan sebuah sekolah dan masjid di lingkungan Syiah.



Juru bicara pemerintah Taliban Zabihullah Mujahid men-tweet bahwa anak-anak termasuk di antara 33 orang yang meninggal dalam ledakan bom pada hari Jumat di sebuah masjid di provinsi utara Kunduz.

"Kami mengutuk kejahatan ini...dan mengungkapkan simpati terdalam kami kepada mereka yang berduka," tulis Mujahid, seraya menambahkan 43 lainnya terluka.

Seorang pejabat intelijen setempat mengatakan dengan syarat anonim bahwa ledakan itu disebabkan oleh sebuah bom, tetapi tidak jelas bagaimana ledakan itu terjadi.

Seorang koresponden AFP melihat lubang besar meledak di dinding masjid Mawlavi Sikandar, yang populer di kalangan Sufi di distrik Imam Sahib, utara kota Kunduz.

Satu sisi masjid hancur total akibat ledakan tersebut.

Kelompok-kelompok "jihadis" seperti ISIS sangat membenci para Sufi yang mereka pandang sesat dan menuduh mereka musyrik—dosa terbesar dalam Islam—karena mencari syafaat para wali yang telah meninggal.

"Pemandangan di masjid itu mengerikan. Semua orang yang beribadah di dalam masjid terluka atau terbunuh," kata Mohammad Esah, seorang penjaga toko yang membantu mengangkut korban ke rumah sakit distrik, kepada kantor berita AFP, Sabtu (23/4/2022).

"Saya melihat 20 hingga 30 mayat," kata warga setempat lainnya.

Kerabat korban tiba di rumah sakit setempat untuk mencari orang-orang yang mereka cintai.

"Anak saya syahid," teriak seorang pria, sementara seorang wanita ditemani keempat anaknya mencari suaminya.

Seorang perawat mengatakan kepada AFP melalui telepon bahwa antara 30 hingga 40 orang telah dirawat untuk perawatan luka akibat ledakan itu.

Sekitar selusin ambulans mengangkut mereka yang terluka parah ke rumah sakit provinsi utama di kota Kunduz.

"Cedera pecahan peluru pada tubuh orang yang terluka menunjukkan bahwa mereka disebabkan oleh ledakan bom," kata seorang dokter di rumah sakit provinsi itu kepada AFP.

Ledakan bom hari Jumat adalah salah satu serangan terbesar sejak Taliban merebut kekuasaan pada 15 Agustus tahun lalu.

Yang paling mematikan terjadi Agustus lalu ketika lebih dari 100 warga sipil Afghanistan dan 13 tentara AS tewas dalam serangan bom bunuh diri di bandara Kabul saat puluhan ribu orang berusaha melarikan diri dari negara itu.

ISIS mengaku bertanggung jawab atas serangan itu.

Cabang ISIS regional di Afghanistan telah berulang kali menargetkan Syiah dan minoritas seperti Sufi, yang mengikuti cabang mistik Islam.

Orang Syiah, yang sebagian besar berasal dari komunitas Hazara, berjumlah antara 10 dan 20 persen dari populasi Afghanistan yang berjumlah 38 juta jiwa.

Pejabat Taliban bersikeras pasukan mereka telah mengalahkan ISIS, tetapi analis mengatakan kelompok "jihadis" itu adalah tantangan keamanan utama.

"Sejak Taliban mengambil alih kekuasaan, satu-satunya pencapaian yang mereka banggakan adalah peningkatan keamanan," kata Hekmatullah Hekmat, pakar politik dan keamanan independen.

“Jika itu tidak dipertahankan dan jika mereka gagal menahan ISIS, maka mereka juga akan gagal seperti pemerintah sebelumnya.”
(min)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1000 seconds (0.1#10.140)