PBB: 5 Juta Pengungsi Melarikan Diri dari Perang Ukraina
loading...
A
A
A
PRAHA - Jumlah orang yang melarikan diri dari Ukraina untuk menghindari invasi Rusia telah melewati angka 5 juta jiwa dan menjadi krisis pengungsi terburuk di Eropa sejak akhir Perang Dunia II, kata badan pengungsi PBB , Rabu (20/4/2022).
Invasi Rusia telah memicu perpindahan besar-besaran orang dalam hampir delapan minggu sejak dimulai, termasuk lebih dari 7 juta orang Ukraina di dalam negeri. Data PBB menunjukkan bahwa 5,03 juta telah meninggalkan Ukraina pada Rabu.
Sebagian besar telah menyeberang ke Uni Eropa melalui titik-titik perbatasan di Polandia, Slovakia, Hongaria, dan Rumania, di mana para sukarelawan dan pemerintah telah bergegas membantu sebagian besar pengungsi perempuan dan anak-anak mendapatkan pekerjaan, akomodasi, dan memberi mereka dukungan.
“Ketika Anda melihat jumlah pengungsi di Eropa tengah, jumlahnya belum pernah terjadi sebelumnya,” kata Jakub Andrle, koordinator program migrasi di People in Need, sebuah kelompok bantuan yang berbasis di Praha yang beroperasi di Ukraina.
"Penting juga untuk mengingat jumlahnya dapat meningkat dengan cepat dari hari ke hari tergantung pada situasi di lapangan," lanjutnya, seperti dikutip dari Reuters.
Lebih dari separuh pengungsi telah memasuki Uni Eropa melalui Polandia, di mana banyak yang memiliki keluarga dan koneksi lain yang tinggal di komunitas Ukraina pra-perang terbesar di kawasan itu.
Di Eropa tengah dan timur, banyak penduduk bergegas ke perbatasan pada awal perang, membawa perbekalan bagi para pengungsi yang lelah, banyak dari mereka mengalami perjalanan panjang dan mengerikan menuju tempat yang aman.
“Sekarang fokusnya telah bergeser ke jangka panjang karena kota-kota mencapai kapasitas perumahan,” kata koordinator program migrasi People in Need Katarina Pleskot Kollarova. “Banyak yang tinggal di perumahan sementara dengan keluarga atau hotel yang membutuhkan ruang untuk musim turis mendatang,” tambahnya.
"Tanggapan pertama sangat bagus, tetapi sekarang pemerintah perlu memikirkan perspektif jangka panjang," kata Kollarova, yang kelompoknya memiliki sekitar 140 orang yang bekerja di Ukraina.
"Semakin sulit, misalnya, untuk menemukan tempat di Praha dan semakin sulit untuk menyatukan keluarga besar," imbuhnya.
Rusia meluncurkan apa yang disebutnya "operasi militer khusus" pada 24 Februari untuk mendemilitarisasi dan "mendenazifikasi" Ukraina. Kyiv dan sekutu Baratnya menolak itu sebagai dalih palsu. Rusia membantah menggunakan senjata terlarang atau menargetkan warga sipil.
Invasi Rusia telah memicu perpindahan besar-besaran orang dalam hampir delapan minggu sejak dimulai, termasuk lebih dari 7 juta orang Ukraina di dalam negeri. Data PBB menunjukkan bahwa 5,03 juta telah meninggalkan Ukraina pada Rabu.
Sebagian besar telah menyeberang ke Uni Eropa melalui titik-titik perbatasan di Polandia, Slovakia, Hongaria, dan Rumania, di mana para sukarelawan dan pemerintah telah bergegas membantu sebagian besar pengungsi perempuan dan anak-anak mendapatkan pekerjaan, akomodasi, dan memberi mereka dukungan.
“Ketika Anda melihat jumlah pengungsi di Eropa tengah, jumlahnya belum pernah terjadi sebelumnya,” kata Jakub Andrle, koordinator program migrasi di People in Need, sebuah kelompok bantuan yang berbasis di Praha yang beroperasi di Ukraina.
"Penting juga untuk mengingat jumlahnya dapat meningkat dengan cepat dari hari ke hari tergantung pada situasi di lapangan," lanjutnya, seperti dikutip dari Reuters.
Lebih dari separuh pengungsi telah memasuki Uni Eropa melalui Polandia, di mana banyak yang memiliki keluarga dan koneksi lain yang tinggal di komunitas Ukraina pra-perang terbesar di kawasan itu.
Di Eropa tengah dan timur, banyak penduduk bergegas ke perbatasan pada awal perang, membawa perbekalan bagi para pengungsi yang lelah, banyak dari mereka mengalami perjalanan panjang dan mengerikan menuju tempat yang aman.
“Sekarang fokusnya telah bergeser ke jangka panjang karena kota-kota mencapai kapasitas perumahan,” kata koordinator program migrasi People in Need Katarina Pleskot Kollarova. “Banyak yang tinggal di perumahan sementara dengan keluarga atau hotel yang membutuhkan ruang untuk musim turis mendatang,” tambahnya.
"Tanggapan pertama sangat bagus, tetapi sekarang pemerintah perlu memikirkan perspektif jangka panjang," kata Kollarova, yang kelompoknya memiliki sekitar 140 orang yang bekerja di Ukraina.
"Semakin sulit, misalnya, untuk menemukan tempat di Praha dan semakin sulit untuk menyatukan keluarga besar," imbuhnya.
Rusia meluncurkan apa yang disebutnya "operasi militer khusus" pada 24 Februari untuk mendemilitarisasi dan "mendenazifikasi" Ukraina. Kyiv dan sekutu Baratnya menolak itu sebagai dalih palsu. Rusia membantah menggunakan senjata terlarang atau menargetkan warga sipil.
(esn)