Ukraina Berharap Bisa Evakuasi 6.000 Wanita, Anak-anak, dan Manula dari Mariupol
loading...
A
A
A
MARIUPOL - Ukraina berharap untuk mengevakuasi 6.000 wanita, anak-anak dan orang tua dari kota Mariupol yang terkepung pada Rabu (20/2/2022), jika kesepakatan awal dengan Rusia berlaku.
Wali Kota Mariupol, Vadym Boichenko, yang telah meninggalkan kotanya, mengatakan, 90 bus sedang menunggu untuk menuju ke kota pelabuhan selatan yang hancur itu. Dia memperingatkan bahwa perjanjian itu masih hanya pengaturan awal dan bahwa sekitar 100.000 warga sipil tetap di sana.
Jika kesepakatan itu berlaku, itu akan menjadi kesepakatan pertama yang dicapai untuk menciptakan koridor yang aman bagi warga sipil untuk melarikan diri dari Mariupol ke kota-kota Ukraina lainnya sejak 5 Maret. Namun, kesepakatan itu dengan cepat runtuh, dan banyak penduduk telah terperangkap di sana selama berminggu-minggu tanpa aliran listrik dan air bersih.
"Kami berencana mengirim bus ke Mariupol tetapi untuk saat ini hanya kesepakatan awal," kata Boichenko di televisi nasional, seperti dikutip dari Reuters.
Dia mengatakan, puluhan ribu orang telah tewas di kota di Laut Azov yang sebagian besar telah hancur sejak Rusia menginvasi Ukraina pada 24 Februari. Jumlahnya tidak dapat diverifikasi oleh Reuters.
Rusia menyangkal sengaja menargetkan warga sipil dan tidak ada kabar langsung dari Moskow apakah koridor kemanusiaan akan didirikan di Mariupol.
"Mengingat situasi bencana kemanusiaan di Mariupol, di sinilah kami akan memfokuskan upaya kami hari ini," tulis Wakil Perdana Menteri Ukraina Iryna Vereshchuk di Facebook.
Ia menambahkan bahwa orang-orang yang ingin meninggalkan Mariupol harus berkumpul di kota pada pukul 2 siang (11 malam GMT). "Mengingat situasi keamanan yang sangat sulit, perubahan dapat terjadi selama aksi koridor," katanya.
Wali Kota Mariupol, Vadym Boichenko, yang telah meninggalkan kotanya, mengatakan, 90 bus sedang menunggu untuk menuju ke kota pelabuhan selatan yang hancur itu. Dia memperingatkan bahwa perjanjian itu masih hanya pengaturan awal dan bahwa sekitar 100.000 warga sipil tetap di sana.
Jika kesepakatan itu berlaku, itu akan menjadi kesepakatan pertama yang dicapai untuk menciptakan koridor yang aman bagi warga sipil untuk melarikan diri dari Mariupol ke kota-kota Ukraina lainnya sejak 5 Maret. Namun, kesepakatan itu dengan cepat runtuh, dan banyak penduduk telah terperangkap di sana selama berminggu-minggu tanpa aliran listrik dan air bersih.
"Kami berencana mengirim bus ke Mariupol tetapi untuk saat ini hanya kesepakatan awal," kata Boichenko di televisi nasional, seperti dikutip dari Reuters.
Dia mengatakan, puluhan ribu orang telah tewas di kota di Laut Azov yang sebagian besar telah hancur sejak Rusia menginvasi Ukraina pada 24 Februari. Jumlahnya tidak dapat diverifikasi oleh Reuters.
Rusia menyangkal sengaja menargetkan warga sipil dan tidak ada kabar langsung dari Moskow apakah koridor kemanusiaan akan didirikan di Mariupol.
"Mengingat situasi bencana kemanusiaan di Mariupol, di sinilah kami akan memfokuskan upaya kami hari ini," tulis Wakil Perdana Menteri Ukraina Iryna Vereshchuk di Facebook.
Ia menambahkan bahwa orang-orang yang ingin meninggalkan Mariupol harus berkumpul di kota pada pukul 2 siang (11 malam GMT). "Mengingat situasi keamanan yang sangat sulit, perubahan dapat terjadi selama aksi koridor," katanya.