Rusia: Ada 6.824 Tentara Bayaran Asing di Ukraina, Termasuk dari AS

Senin, 18 April 2022 - 13:46 WIB
loading...
A A A
“Sebagian besar dari mereka adalah warga negara-negara Eropa, serta Kanada,” kata Konashenkov, menambahkan bahwa pasukan Rusia telah menyadap komunikasi radio dari pabrik dalam enam bahasa asing.

Setelah penyerahan lebih dari 1.000 anggota Brigade Marinir ke-36 Ukraina di Pabrik Besi dan Baja Ilyich di Mariupol awal pekan ini, yang dibantah Ukraina, militer Rusia menawarkan kepada para para milisi di Azovstal kesempatan terakhir untuk meletakkan senjata dan menyerah pada hari Minggu pagi.

"Semua orang yang meletakkan senjata mereka dijamin keselamatan hidupnya," bunyi tawaran sekaligus ultimatum militer Rusia.

Tidak ada penyerahan seperti itu yang terjadi, dan dentuman senjata berat terdengar di dekat pabrik pada Minggu sore.

“Jika terjadi perlawanan lebih lanjut, semuanya akan dihancurkan,” kata Konashenkov.

"Biarkan saya mengingatkan Anda bahwa tentara bayaran asing tidak memiliki status 'pejuang' di bawah Hukum Humaniter Internasional," kata Konashenkov.

“Mereka datang ke Ukraina untuk mendapatkan uang dengan membunuh Slavia. Oleh karena itu, yang terbaik yang menunggu mereka adalah pertanggungjawaban pidana dan hukuman penjara yang lama.”

Dalam beberapa hari setelah serangan militer Rusia di Ukraina, pemerintah di Kiev menjanjikan masuk bebas visa bagi orang asing yang bersedia mengangkat senjata melawan pasukan Moskow.

Calon yang direkrut mengunjungi kedutaan besar Ukraina di seluruh Barat dan mendaftar untuk berperang—seringkali dengan restu dari pemerintah mereka sendiri—dan pergi ke medan perang.

Namun, perekrutan dipersempit pada bulan Maret untuk mereka yang memiliki pengalaman militer, dan berhenti sepenuhnya pada awal April.

Seorang juru bicara untuk apa yang disebut "International Legion" Ukraina mengatakan kepada media Kanada bahwa mengirim sukarelawan yang tidak terlatih ke garis depan menjadi lebih merupakan penghalang daripada bantuan, dan persediaan senjata api dan amunisi semakin menipis.
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.0818 seconds (0.1#10.140)