Ukraina Inginkan Sistem Rudal Canggih NASAMS seperti Milik Indonesia
loading...
A
A
A
KIEV - Ukraina menginginkan peralatan supermodernyang diperlukanAngkatan Udara-nya untuk melawan invasi Rusia . Salah satu peralatan yang diharapkan adalahperalatan pertahanan rudal canggih Norwegian Advanced Surface to Air Missile System (NASAMS) seperti yang dimiliki Indonesia.
Angkatan Udara Ukraina memaparkan keinginan tersebut dalam serangkain tweet via akun resminya, @KpsZSU.
"Untuk melindungi secara efektif, solusi optimalnya adalah sistem Patriot dari atau sistem NASAMS seluler yang lebih murah dan lebih mobile dari Norwegia. Selain itu, Ukraina juga dapat menggunakan lebih banyak sistem S-300 dan BUK-M1 era Soviet, yang saat ini juga efektif melawan musuh," tulis Angkatan Udara Ukraina.
Ukraina saat ini mengoperasikan sistem rudal jarak jauh S-300 (SA-10) dan sistem rudal jarak menengah BUK-M1 era Soviet. Namun, sistem pertahanan rudal tersebut sudah ketinggalan zaman dan tidak kompatibel dengan sistem pertahanan Rusia saat ini, seperti S-400.
"Rusia telah menembakkan lebih dari 1.000 rudal balistik dan jelajah serta menjatuhkan ratusan ton bom terarah ke kota-kota besar dan kecil di Ukraina. Sebagian besar bisa dicegat jika wilayah Ukraina dilindungi oleh sejumlah sistem pertahanan udara efisien," lanjut Angkatan Udara Ukraina.
Apa Itu NASAMS?
Menurut laporan Asia Pacific Defense Journal, Indonesia telah menerima sistem pertahanan rudal Norwegian Advanced Surface to Air Missile System 2 (NASAMS 2) yang dipesannya dari Kongsberg Group Norwegia pada tahun 2017.
Foto-foto yang pernah muncul di laman pertahanan Indonesia menunjukkan peluncur rudal NASAMS 2 milik Tentara Nasional Indonesia (TNI) sedang dipersiapkan dan dipersenjatai dan disebutkan akan dikerahkan di Jakarta.
Baterai pertama diharapkan untuk mempertahankan fasilitas pemerintah yang bernilai tinggi, termasuk Istana Negara dan Bandara Internasional Soekarno-Hatta.
Kementerian Pertahanan Indonesia memesan dua baterai NASAMS dari Kongsberg Group dalam kesepakatan senilai USD77 juta.
Sistem ini menggunakan rudal pertahanan udara jarak menengah Raytheon AIM-120 AMRAAM, serupa dengan yang telah digunakan oleh pesawat tempur F-16C/D Fighting Falcon milik TNI Angkatan Udara (TNI-AU).
Ini juga cukup kompak untuk dibawa oleh pesawat angkut C-130 Hercules, dan dapat dipasang pada platform mobile.
Ini adalah sistem pertahanan udara berbasis darat TNI yang paling andal, dan mampu melakukan pertempuran jarak menengah hingga 60 kilometer.
TNI berencana untuk memesan unit tambahan meskipun ini masih tunduk pada rencana program modernisasi Kekuatan Esensial Minimum Kementerian Pertahanan.
Sementara itu, Duta Besar Ukraina untuk Jepang Sergiy Korsunsky mengatakan kepada wartawan bahwa negaranya mungkin dapat melindungi diri dari serangan udara Rusia jika mendapatkan peralatan super modern dari Amerika Serikat (AS) dan Inggris.
“Mereka [Rusia] masih memiliki keunggulan di Angkatan Udara, di pesawat terbang dan rudal, dan kami berharap untuk mulai menerima peralatan supermodern dari Amerika Serikat dan Inggris untuk melindungi langit dan kota kami,” kata Korsunsky, seperti dikutip Al Jazeera, Jumat (1/4/2022).
Angkatan Udara Ukraina memaparkan keinginan tersebut dalam serangkain tweet via akun resminya, @KpsZSU.
"Untuk melindungi secara efektif, solusi optimalnya adalah sistem Patriot dari atau sistem NASAMS seluler yang lebih murah dan lebih mobile dari Norwegia. Selain itu, Ukraina juga dapat menggunakan lebih banyak sistem S-300 dan BUK-M1 era Soviet, yang saat ini juga efektif melawan musuh," tulis Angkatan Udara Ukraina.
Ukraina saat ini mengoperasikan sistem rudal jarak jauh S-300 (SA-10) dan sistem rudal jarak menengah BUK-M1 era Soviet. Namun, sistem pertahanan rudal tersebut sudah ketinggalan zaman dan tidak kompatibel dengan sistem pertahanan Rusia saat ini, seperti S-400.
"Rusia telah menembakkan lebih dari 1.000 rudal balistik dan jelajah serta menjatuhkan ratusan ton bom terarah ke kota-kota besar dan kecil di Ukraina. Sebagian besar bisa dicegat jika wilayah Ukraina dilindungi oleh sejumlah sistem pertahanan udara efisien," lanjut Angkatan Udara Ukraina.
Apa Itu NASAMS?
Menurut laporan Asia Pacific Defense Journal, Indonesia telah menerima sistem pertahanan rudal Norwegian Advanced Surface to Air Missile System 2 (NASAMS 2) yang dipesannya dari Kongsberg Group Norwegia pada tahun 2017.
Foto-foto yang pernah muncul di laman pertahanan Indonesia menunjukkan peluncur rudal NASAMS 2 milik Tentara Nasional Indonesia (TNI) sedang dipersiapkan dan dipersenjatai dan disebutkan akan dikerahkan di Jakarta.
Baterai pertama diharapkan untuk mempertahankan fasilitas pemerintah yang bernilai tinggi, termasuk Istana Negara dan Bandara Internasional Soekarno-Hatta.
Kementerian Pertahanan Indonesia memesan dua baterai NASAMS dari Kongsberg Group dalam kesepakatan senilai USD77 juta.
Sistem ini menggunakan rudal pertahanan udara jarak menengah Raytheon AIM-120 AMRAAM, serupa dengan yang telah digunakan oleh pesawat tempur F-16C/D Fighting Falcon milik TNI Angkatan Udara (TNI-AU).
Ini juga cukup kompak untuk dibawa oleh pesawat angkut C-130 Hercules, dan dapat dipasang pada platform mobile.
Ini adalah sistem pertahanan udara berbasis darat TNI yang paling andal, dan mampu melakukan pertempuran jarak menengah hingga 60 kilometer.
TNI berencana untuk memesan unit tambahan meskipun ini masih tunduk pada rencana program modernisasi Kekuatan Esensial Minimum Kementerian Pertahanan.
Sementara itu, Duta Besar Ukraina untuk Jepang Sergiy Korsunsky mengatakan kepada wartawan bahwa negaranya mungkin dapat melindungi diri dari serangan udara Rusia jika mendapatkan peralatan super modern dari Amerika Serikat (AS) dan Inggris.
“Mereka [Rusia] masih memiliki keunggulan di Angkatan Udara, di pesawat terbang dan rudal, dan kami berharap untuk mulai menerima peralatan supermodern dari Amerika Serikat dan Inggris untuk melindungi langit dan kota kami,” kata Korsunsky, seperti dikutip Al Jazeera, Jumat (1/4/2022).
(min)