Putin Serukan Tentara Ukraina di Mariupol Menyerah
loading...
A
A
A
MOSKOW - Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan serangan terhadap kota Mariupol yang terkepung hanya akan berakhir jika pasukan Ukraina menyerah.
Pernyataan itu dibuat Putin selama pembicaraan via telepon dengan Presiden Prancis Emmanuel Macron pada Selasa malam, kata Kremlin dalam sebuah pernyataan.
Namun para pejabat Prancis mengatakan pemimpin Rusia itu telah setuju untuk mempertimbangkan rencana untuk mengevakuasi warga sipil dari kota itu.
Pejabat dari istana Elysee Prancis menyebut situasi di kota itu "bencana" dan menambahkan bahwa penduduk sipil harus dilindungi dan harus meninggalkan kota jika mereka mau. Mereka harus memiliki akses ke bantuan makanan, air, dan obat-obatan yang mereka butuhkan.
"Situasi kemanusiaan yang sangat menurun ini terkait dengan pengepungan kota oleh angkatan bersenjata Rusia," kata pernyataan itu seperti dilansir dari BBC, Kamis (31/3/2022).
Prancis, bersama dengan Turki, Yunani dan beberapa kelompok kemanusiaan, telah mengajukan rencana kepada Putin untuk mengevakuasi kota tersebut.
Para pejabat mengatakan bahwa Putin mengatakan kepada Macron bahwa dia akan "memikirkan" proposal tersebut.
Namun dalam pernyataan terkait pembicaraan via telepon tersebut, Kremlin tampaknya memberi kesan bahwa Putin tidak memberikan jaminan seperti itu.
Para pejabat Rusia mengatakan bahwa Putin mengatakan kepada pemimpin Prancis itu bahwa untuk menyelesaikan situasi kemanusiaan yang sulit di kota ini, militan nasionalis Ukraina harus berhenti melawan dan meletakkan senjata mereka.
Pernyataan itu menambahkan bahwa Putin telah memberi Macron informasi terperinci tentang langkah-langkah yang diambil oleh militer Rusia untuk memberikan bantuan kemanusiaan darurat dan memastikan evakuasi yang aman bagi warga sipil dari kota tenggara yang terkepung.
Ukraina sendiri telah menuduh Rusia memindahkan paksa ribuan orang dari Mariupol ke wilayah yang dikuasainya.
Pembicaraan itu terjadi menyusul klaim Wali Kota Mariupol bahwa ribuan orang telah tewas selama pemboman Rusia di kota pelabuhan itu.
Vadym Boychenko, yang telah dievakuasi dari kota itu, mengatakan kepada kantor berita Reuters bahwa hampir 5.000 orang, termasuk sekitar 210 anak-anak, tewas sejak serangan Rusia dimulai.
Kepala misi hak asasi manusia PBB di Ukraina, Matilda Bogner, mengatakan kepada Reuters bahwa dia yakin mungkin ada ribuan kematian, korban sipil, di Mariupol.
Organisasi kemanusiaan Palang Merah Internasional telah mengkonfirmasi laporan bahwa salah satu gudangnya di kota itu telah terkena tembakan Rusia, mengatakan kepada BBC bahwa semua persediaan di depotnya telah didistribusikan.
Badan itu menambahkan bahwa pihaknya tidak lagi memiliki tim di lapangan dan oleh karena itu tidak dapat mengomentari tingkat potensi korban atau kerusakan.
Namun Rusia kemudianmengumumkan gencatan senjata satu haripada hari ini.
Kementerian Pertahanan Rusia mengatakan gencatan senjata akan dimulai pada pukul 10:00 waktu setempat dan akan memungkinkan orang untuk melakukan perjalanan ke barat ke Zaporizhzhia melalui pelabuhan Berdyansk yang dikuasai Rusia.
Pada Kamis pagi, Wakil Perdana Menteri Ukraina Iryna Vereshchuk mengatakan konvoi bus Ukraina sedang dalam perjalanan ke Mariupol untuk mencoba mengevakuasi warga sipil.
Dia mengatakan Komite Internasional Palang Merah telah mengkonfirmasi bahwa Rusia telah setuju untuk membuka koridor kemanusiaan ke kota tersebut.
Upaya sebelumnya untuk menetapkan gencatan senjata di Mariupol telah gagal di tengah tuduhan itikad buruk dari kedua belah pihak. Rusia juga dituduh memindahkan secara paksa ribuan warga sipil ke Rusia atau daerah-daerah yang dikuasainya.
Pengumuman itu muncul ketika foto satelit baru menunjukkan kehancuran yang disebabkan oleh serangan Rusia.
Gambar-gambar, yang dirilis oleh perusahaan pengamatan Bumi Maxar, menunjukkan bahwa daerah pemukiman telah menjadi puing-puing dan menyoroti meriam artileri Rusia dalam posisi menembak di pinggiran kota.
Pernyataan itu dibuat Putin selama pembicaraan via telepon dengan Presiden Prancis Emmanuel Macron pada Selasa malam, kata Kremlin dalam sebuah pernyataan.
Namun para pejabat Prancis mengatakan pemimpin Rusia itu telah setuju untuk mempertimbangkan rencana untuk mengevakuasi warga sipil dari kota itu.
Pejabat dari istana Elysee Prancis menyebut situasi di kota itu "bencana" dan menambahkan bahwa penduduk sipil harus dilindungi dan harus meninggalkan kota jika mereka mau. Mereka harus memiliki akses ke bantuan makanan, air, dan obat-obatan yang mereka butuhkan.
"Situasi kemanusiaan yang sangat menurun ini terkait dengan pengepungan kota oleh angkatan bersenjata Rusia," kata pernyataan itu seperti dilansir dari BBC, Kamis (31/3/2022).
Prancis, bersama dengan Turki, Yunani dan beberapa kelompok kemanusiaan, telah mengajukan rencana kepada Putin untuk mengevakuasi kota tersebut.
Para pejabat mengatakan bahwa Putin mengatakan kepada Macron bahwa dia akan "memikirkan" proposal tersebut.
Namun dalam pernyataan terkait pembicaraan via telepon tersebut, Kremlin tampaknya memberi kesan bahwa Putin tidak memberikan jaminan seperti itu.
Para pejabat Rusia mengatakan bahwa Putin mengatakan kepada pemimpin Prancis itu bahwa untuk menyelesaikan situasi kemanusiaan yang sulit di kota ini, militan nasionalis Ukraina harus berhenti melawan dan meletakkan senjata mereka.
Pernyataan itu menambahkan bahwa Putin telah memberi Macron informasi terperinci tentang langkah-langkah yang diambil oleh militer Rusia untuk memberikan bantuan kemanusiaan darurat dan memastikan evakuasi yang aman bagi warga sipil dari kota tenggara yang terkepung.
Ukraina sendiri telah menuduh Rusia memindahkan paksa ribuan orang dari Mariupol ke wilayah yang dikuasainya.
Pembicaraan itu terjadi menyusul klaim Wali Kota Mariupol bahwa ribuan orang telah tewas selama pemboman Rusia di kota pelabuhan itu.
Vadym Boychenko, yang telah dievakuasi dari kota itu, mengatakan kepada kantor berita Reuters bahwa hampir 5.000 orang, termasuk sekitar 210 anak-anak, tewas sejak serangan Rusia dimulai.
Kepala misi hak asasi manusia PBB di Ukraina, Matilda Bogner, mengatakan kepada Reuters bahwa dia yakin mungkin ada ribuan kematian, korban sipil, di Mariupol.
Organisasi kemanusiaan Palang Merah Internasional telah mengkonfirmasi laporan bahwa salah satu gudangnya di kota itu telah terkena tembakan Rusia, mengatakan kepada BBC bahwa semua persediaan di depotnya telah didistribusikan.
Badan itu menambahkan bahwa pihaknya tidak lagi memiliki tim di lapangan dan oleh karena itu tidak dapat mengomentari tingkat potensi korban atau kerusakan.
Namun Rusia kemudianmengumumkan gencatan senjata satu haripada hari ini.
Kementerian Pertahanan Rusia mengatakan gencatan senjata akan dimulai pada pukul 10:00 waktu setempat dan akan memungkinkan orang untuk melakukan perjalanan ke barat ke Zaporizhzhia melalui pelabuhan Berdyansk yang dikuasai Rusia.
Pada Kamis pagi, Wakil Perdana Menteri Ukraina Iryna Vereshchuk mengatakan konvoi bus Ukraina sedang dalam perjalanan ke Mariupol untuk mencoba mengevakuasi warga sipil.
Dia mengatakan Komite Internasional Palang Merah telah mengkonfirmasi bahwa Rusia telah setuju untuk membuka koridor kemanusiaan ke kota tersebut.
Upaya sebelumnya untuk menetapkan gencatan senjata di Mariupol telah gagal di tengah tuduhan itikad buruk dari kedua belah pihak. Rusia juga dituduh memindahkan secara paksa ribuan warga sipil ke Rusia atau daerah-daerah yang dikuasainya.
Pengumuman itu muncul ketika foto satelit baru menunjukkan kehancuran yang disebabkan oleh serangan Rusia.
Gambar-gambar, yang dirilis oleh perusahaan pengamatan Bumi Maxar, menunjukkan bahwa daerah pemukiman telah menjadi puing-puing dan menyoroti meriam artileri Rusia dalam posisi menembak di pinggiran kota.
(ian)