Menlu China Kunjungi Afghanistan untuk Bertemu Taliban
loading...
A
A
A
KABUL - Menteri Luar Negeri China Wang Yi tiba di Kabul pada hari Kamis (24/3/2022), seminggu sebelum Beijing menjadi tuan rumah pertemuan negara-negara tetangga Afghanistan tentang bagaimana membantu pemerintah Taliban .
Bahkan sebelum kelompok Islam garis keras menguasai negara itu pada Agustus lalu, Beijing telah berusaha untuk mempertahankan hubungan dengan kelompok tersebut ketika pasukan asing pimpinan Amerika Serikat (AS) menarik diri.
Namun, China sejauh ini belum secara resmi mengakui pemerintahan Taliban.
"Menteri Luar Negeri China tiba di Kabul untuk melakukan pembicaraan dengan para pemimpin Imarah Islam," cuit Ahmad Yasir, seorang pejabat tinggi Taliban seperti dilansir dari Al Araby, Jumat (25/3/2022).
Segera setelah kedatangannya, dia mengadakan pertemuan dengan Menteri Luar Negeri Taliban Amir Khan Muttaqi.
Wang tiba di Kabul dari Islamabad di mana dia menghadiri pertemuan dua hari Organisasi Kerja Sama Islam.
Sejak runtuhnya bekas rezim yang didukung AS, Afghanistan semakin terjerumus ke dalam krisis keuangan dan kemanusiaan.
Perserikatan Bangsa-Bangsa dan badan-badan bantuan lainnya mengatakan lebih dari setengah dari 38 juta penduduk negara itu menghadapi kelaparan saat musim dingin terus berlanjut.
China hanya berbagi sepotong perbatasan 76 kilometer dengan Afghanistan, tetapi Beijing telah lama khawatir tetangganya itu bisa menjadi titik pementasan bagi separatis minoritas Muslim Uighur dari Xinjiang.
Beijing akan menjadi tuan rumah pertemuan negara-negara tetangga Afghanistan minggu depan yang akan memungkinkan Taliban untuk mempresentasikan penilaian mereka sendiri tentang situasi terbaru di negara itu.
Laporan media mengatakan bahwa selama pertemuan tersebut para pejabat China dan Pakistan diperkirakan akan membahas proyek-proyek ekonomi baru di Afghanistan.
Pengambilalihan Taliban membuka pintu strategis ke China yang sarat dengan risiko dan peluang.
Mempertahankan stabilitas setelah beberapa dekade perang di Afghanistan adalah pertimbangan utama Beijing, karena berusaha untuk mengamankan perbatasan dan investasi infrastruktur strategis di negara tetangga Pakistan, rumah bagi Koridor Ekonomi China-Pakistan.
Bagi Beijing, pemerintahan yang stabil dan kooperatif di Kabul juga akan membuka jalan bagi perluasan Inisiatif Sabuk dan Jalan ke Afghanistan dan melalui republik-republik Asia Tengah, kata para analis.
Taliban juga telah berulang kali menyatakan harapan mereka untuk mengembangkan hubungan baik dengan China.
Mereka menganggap China sebagai sumber investasi dan dukungan ekonomi yang penting, baik secara langsung maupun melalui Pakistan.
Selama pengambilalihan kekuasaan yang kacau oleh kelompok Islam garis keras itu, Beijing tetap membuka kedutaannya di Kabul bahkan ketika banyak negara mengevakuasi warganya dari negara itu.
Bahkan sebelum kelompok Islam garis keras menguasai negara itu pada Agustus lalu, Beijing telah berusaha untuk mempertahankan hubungan dengan kelompok tersebut ketika pasukan asing pimpinan Amerika Serikat (AS) menarik diri.
Namun, China sejauh ini belum secara resmi mengakui pemerintahan Taliban.
"Menteri Luar Negeri China tiba di Kabul untuk melakukan pembicaraan dengan para pemimpin Imarah Islam," cuit Ahmad Yasir, seorang pejabat tinggi Taliban seperti dilansir dari Al Araby, Jumat (25/3/2022).
Segera setelah kedatangannya, dia mengadakan pertemuan dengan Menteri Luar Negeri Taliban Amir Khan Muttaqi.
Wang tiba di Kabul dari Islamabad di mana dia menghadiri pertemuan dua hari Organisasi Kerja Sama Islam.
Sejak runtuhnya bekas rezim yang didukung AS, Afghanistan semakin terjerumus ke dalam krisis keuangan dan kemanusiaan.
Perserikatan Bangsa-Bangsa dan badan-badan bantuan lainnya mengatakan lebih dari setengah dari 38 juta penduduk negara itu menghadapi kelaparan saat musim dingin terus berlanjut.
China hanya berbagi sepotong perbatasan 76 kilometer dengan Afghanistan, tetapi Beijing telah lama khawatir tetangganya itu bisa menjadi titik pementasan bagi separatis minoritas Muslim Uighur dari Xinjiang.
Beijing akan menjadi tuan rumah pertemuan negara-negara tetangga Afghanistan minggu depan yang akan memungkinkan Taliban untuk mempresentasikan penilaian mereka sendiri tentang situasi terbaru di negara itu.
Laporan media mengatakan bahwa selama pertemuan tersebut para pejabat China dan Pakistan diperkirakan akan membahas proyek-proyek ekonomi baru di Afghanistan.
Pengambilalihan Taliban membuka pintu strategis ke China yang sarat dengan risiko dan peluang.
Mempertahankan stabilitas setelah beberapa dekade perang di Afghanistan adalah pertimbangan utama Beijing, karena berusaha untuk mengamankan perbatasan dan investasi infrastruktur strategis di negara tetangga Pakistan, rumah bagi Koridor Ekonomi China-Pakistan.
Bagi Beijing, pemerintahan yang stabil dan kooperatif di Kabul juga akan membuka jalan bagi perluasan Inisiatif Sabuk dan Jalan ke Afghanistan dan melalui republik-republik Asia Tengah, kata para analis.
Taliban juga telah berulang kali menyatakan harapan mereka untuk mengembangkan hubungan baik dengan China.
Mereka menganggap China sebagai sumber investasi dan dukungan ekonomi yang penting, baik secara langsung maupun melalui Pakistan.
Selama pengambilalihan kekuasaan yang kacau oleh kelompok Islam garis keras itu, Beijing tetap membuka kedutaannya di Kabul bahkan ketika banyak negara mengevakuasi warganya dari negara itu.
(ian)