Hoaks! Rusia Mengebom Masjid Sultan Suleiman di Ukraina, Ini Faktanya
loading...
A
A
A
MARIUPOL - Media Barat ramai-ramai memberitakan Rusia telah mengebom Masjid Sultan Suleiman Yang Agung di Mariupol, Ukraina . Kepala yayasan masjid menyatakan laporan itu tidak benar atau hoaks.
Laporan media Barat bersumber dari Kementerian Luar Negeri Ukraina pada hari Sabtu (12/3/2022). Kementerian itu mengatakan pasukan Rusia telah menembaki masjid yang melindungi 80 warga sipil tersebut, termasuk beberapa warga negara Turki.
"Masjid Sultan Suleiman Yang Agung dan Roxolana (istri Sultan) di Mariupol ditembaki oleh penjajah Rusia," kata kementerian itu dalam sebuah pernyataan tanpa merinci apakah ada yang terbunuh atau terluka.
"Lebih dari 80 orang dewasa dan anak-anak bersembunyi di sana dari penembakan, termasuk warga Turki," lanjut kementerian tersebut.
Namun, Kepala Yayasan Masjid Sultan Suleiman Yang Agung; Ismail Hacioglu, membantah laporan adanya penembakan terhadap masjid. Dia juga menegaskan bahwa masjid tidak dibom oleh pasukan Rusia.
Menurutnya, memang ada bom yang dijatuhkan. Tapi itu masih jauh dari masjid.
“Sebuah bom dijatuhkan 700 meter dari masjid, tapi kami baik-baik saja,” katanya kepada Turkish News Portal dalam wawancara yang disiarkan di YouTube dan dilansir Middle East Eye.
"Tidak ada listrik, air atau gas di kota, sementara kami telah menyimpan 25 ton air... Kami melakukan yang terbaik untuk menawarkan perlindungan bagi warga kami."
Dia menambahkan bahwa terlalu berbahaya untuk dievakuasi karena kota masih di bawah pengeboman berat, tetapi Rusia telah mengizinkan lewatnya bus untuk mengumpulkan warga Turki di Mariupol.
Gara-gara laporan yang bersumber dari Kementerian Luar Negeri Ukraina tersebut, kerabat warga Turki yang berlindung di masjid mulai membagikan rincian orang yang mereka cintai secara online. Hanya saja, upaya mereka mengalami kegagalan karena jaringan seluler dan internet terganggu di Mariupol.
Ukraina menuduh Rusia mengebom kota itu tanpa pandang bulu dan melakukan blokade yang menyebabkan ribuan orang terperangkap di Mariupol.
Rusia membantah klaim tersebut dan menyalahkan Ukraina atas keterlambatan evakuasi.
Pada hari Jumat, penasihat wali kota Mariupol, Piotr Andryushchenko, menulis di Facebook bahwa penembakan sedang berlangsung ke arah masjid.
"Apakah Erdogan tahu bahwa dalam hitungan menit [penembakan] dapat menghancurkan 86 warganya?" tulisnya, mengacu pada presiden Turki.
"Akankah pemimpin negara dengan tenang mengamati penghancuran warga Turki yang tidak manusiawi, membatasi dirinya pada jaminan negosiasi yang tidak berarti antara Federasi Rusia dan Ukraina?"
Turki juga mengonfirmasi pada hari Jumat bahwa mereka telah mulai mengevakuasi kedutaan besarnya di Kiev.
Ankara telah terlibat dalam membantu warganya meninggalkan Ukraina sejak awal invasi skala penuh Rusia pada 24 Februari. Menteri Luar Negeri Mevlut Cavusoglu mengatakan 13.719 warga sejauh ini telah dievakuasi dari negara itu.
Negosiasi telah berlangsung antara Rusia dan Ukraina untuk membuka koridor kemanusiaan untuk memungkinkan perjalanan yang aman bagi mereka yang terperangkap di Mariupol, tetapi sejauh ini tidak ada keberhasilan.
Sedikitnya 1.582 warga sipil di Mariupol telah tewas akibat penembakan Rusia dan blokade 12 hari. Data ini berasal dari dewan kota setempat yang dirilis secara online pada hari Jumat. Namun, tidak memungkinkan untuk memverifikasi jumlah korban secara independen.
Sekadar diketahui Masjid Sultan Suleiman Yang Agung dibangun pada tahun 2005 oleh seorang pengusaha Turki. Imamnya ditunjuk oleh Direktorat Urusan Agama Turki. Namun, kebutuhannya dipenuhi oleh umat Islam kota Mariupol.
Laporan media Barat bersumber dari Kementerian Luar Negeri Ukraina pada hari Sabtu (12/3/2022). Kementerian itu mengatakan pasukan Rusia telah menembaki masjid yang melindungi 80 warga sipil tersebut, termasuk beberapa warga negara Turki.
"Masjid Sultan Suleiman Yang Agung dan Roxolana (istri Sultan) di Mariupol ditembaki oleh penjajah Rusia," kata kementerian itu dalam sebuah pernyataan tanpa merinci apakah ada yang terbunuh atau terluka.
"Lebih dari 80 orang dewasa dan anak-anak bersembunyi di sana dari penembakan, termasuk warga Turki," lanjut kementerian tersebut.
Namun, Kepala Yayasan Masjid Sultan Suleiman Yang Agung; Ismail Hacioglu, membantah laporan adanya penembakan terhadap masjid. Dia juga menegaskan bahwa masjid tidak dibom oleh pasukan Rusia.
Menurutnya, memang ada bom yang dijatuhkan. Tapi itu masih jauh dari masjid.
“Sebuah bom dijatuhkan 700 meter dari masjid, tapi kami baik-baik saja,” katanya kepada Turkish News Portal dalam wawancara yang disiarkan di YouTube dan dilansir Middle East Eye.
"Tidak ada listrik, air atau gas di kota, sementara kami telah menyimpan 25 ton air... Kami melakukan yang terbaik untuk menawarkan perlindungan bagi warga kami."
Dia menambahkan bahwa terlalu berbahaya untuk dievakuasi karena kota masih di bawah pengeboman berat, tetapi Rusia telah mengizinkan lewatnya bus untuk mengumpulkan warga Turki di Mariupol.
Gara-gara laporan yang bersumber dari Kementerian Luar Negeri Ukraina tersebut, kerabat warga Turki yang berlindung di masjid mulai membagikan rincian orang yang mereka cintai secara online. Hanya saja, upaya mereka mengalami kegagalan karena jaringan seluler dan internet terganggu di Mariupol.
Ukraina menuduh Rusia mengebom kota itu tanpa pandang bulu dan melakukan blokade yang menyebabkan ribuan orang terperangkap di Mariupol.
Rusia membantah klaim tersebut dan menyalahkan Ukraina atas keterlambatan evakuasi.
Pada hari Jumat, penasihat wali kota Mariupol, Piotr Andryushchenko, menulis di Facebook bahwa penembakan sedang berlangsung ke arah masjid.
"Apakah Erdogan tahu bahwa dalam hitungan menit [penembakan] dapat menghancurkan 86 warganya?" tulisnya, mengacu pada presiden Turki.
"Akankah pemimpin negara dengan tenang mengamati penghancuran warga Turki yang tidak manusiawi, membatasi dirinya pada jaminan negosiasi yang tidak berarti antara Federasi Rusia dan Ukraina?"
Turki juga mengonfirmasi pada hari Jumat bahwa mereka telah mulai mengevakuasi kedutaan besarnya di Kiev.
Ankara telah terlibat dalam membantu warganya meninggalkan Ukraina sejak awal invasi skala penuh Rusia pada 24 Februari. Menteri Luar Negeri Mevlut Cavusoglu mengatakan 13.719 warga sejauh ini telah dievakuasi dari negara itu.
Negosiasi telah berlangsung antara Rusia dan Ukraina untuk membuka koridor kemanusiaan untuk memungkinkan perjalanan yang aman bagi mereka yang terperangkap di Mariupol, tetapi sejauh ini tidak ada keberhasilan.
Sedikitnya 1.582 warga sipil di Mariupol telah tewas akibat penembakan Rusia dan blokade 12 hari. Data ini berasal dari dewan kota setempat yang dirilis secara online pada hari Jumat. Namun, tidak memungkinkan untuk memverifikasi jumlah korban secara independen.
Sekadar diketahui Masjid Sultan Suleiman Yang Agung dibangun pada tahun 2005 oleh seorang pengusaha Turki. Imamnya ditunjuk oleh Direktorat Urusan Agama Turki. Namun, kebutuhannya dipenuhi oleh umat Islam kota Mariupol.
(min)