Presiden Ukraina Zelensky Yahudi, Mengapa Israel Ogah Menolong?
loading...
A
A
A
KIEV - Bermodal darah Yahudi yang dimilikinya, Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky sebenarnya telah meminta lebih banyak bantuan dari Israel dalam melawan invasi Rusia . Namun, sejauh ini Tel Aviv menolak permintaan Kiev.
Duta Besar Ukraina untuk Israel Yevgen Korniychuk mengungkap ekspektasi Zelensky untuk bantuan Tel Aviv karena dia berdarah Yahudi.
“Sebagai duta besar negara dengan presiden Yahudi, saya dapat mengatakan Zelensky memiliki harapan yang lebih tinggi dari Israel daripada yang dapat diberikan Israel,” katanya baru-baru ini.
Korniychuk juga berspekulasi bahwa Perdana Menteri Israel Naftali Bennett berada dalam situasi sulit untuk menyeimbangkan hubungan Israel dengan Ukraina dan Rusia karena Zelensky adalah orang Yahudi.
Dia juga menunjukkan bahwa banyak orang Ukraina memenuhi syarat untuk berimigrasi ke Israel di bawah Law of Return—180.000 orang menurut perkiraan Israel.
“Kepemimpinan kami percaya bahwa Israel adalah satu-satunya negara demokratis yang memiliki hubungan baik dengan kedua pemimpin itu,” kata Korniychuk, merujuk pada Zelensky dan Presiden Rusia Vladimir Putin.
Zelensky sebenarnya meminta Israel untuk mengambil peran mediator beberapa kali selama setahun terakhir, termasuk selama panggilan telepon terbarunya dengan Bennett.
Korniychuk mengatakan pesan Zelensky kepada Israel: "Terima kasih, kami menghargai semua upaya Anda, tetapi kami membutuhkan lebih banyak."
“Keputusan dibuat lebih lambat dari yang kami butuhkan, tetapi kami senang dengan langkah kemarin dan kami berharap dukungan yang lebih besar,” katanya.
Meski demikian, Israel telah mengirimkan sekitar 100 ton bantuan kemanusiaan, termasuk obat-obatan, kantong tidur, peralatan pemurnian air dan barang-barang lainnya.
Ukraina meminta Israel untuk mengirim tim paramedis, tetapi pemerintah menolak permintaan tersebut.
Ukraina juga meminta senjata pertahanan dan alat pelindung, tetapi Israel menolak permintaan itu.
Kornichuk mengulangi permintaan negaranya dalam pertemuan di Kantor Perdana Menteri pada Senin pekan lalu.
“Ketika Israel menginginkan bantuan kami, kami ada untuk mereka,” kata Korniychuk, merujuk pada PBB, permintaan konsuler, dan hal-hal lain.
Sementara itu, PM Bennett mengatakan pada hari Minggu bahwa Israel akan terus berusaha menengahi antara Rusia dan Ukraina bahkan jika keberhasilan tampaknya tidak mungkin.
Dia menyampaikan hal itu setelah kembali dari pembicaraan mendadak dengan Presiden Rusia Vladimir Putin.
Kantor Bennett mengatakan perdana menteri telah berbicara tiga kali selama akhir pekan dengan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky.
Dalam pidato yang disiarkan televisi kepada kabinetnya, Bennett tidak memberikan rincian tentang pertemuan tiga jam dengan Putin pada hari Sabtu, hanya mengatakan bahwa itu mendapat "berkat dan dorongan dari semua pihak"—sebuah referensi ke Amerika Serikat, di antara kekuatan lainnya.
"Kami akan terus membantu di mana pun ini diminta, bahkan jika kemungkinannya tidak besar," kata Bennett, yang dilansir Reuters, Senin (7/3/2022).
"Saat ada celah kecil, dan kami memiliki akses ke semua sisi dan kemampuan, saya melihatnya sebagai kewajiban moral untuk melakukan setiap upaya."
Duta Besar Ukraina untuk Israel Yevgen Korniychuk mengungkap ekspektasi Zelensky untuk bantuan Tel Aviv karena dia berdarah Yahudi.
“Sebagai duta besar negara dengan presiden Yahudi, saya dapat mengatakan Zelensky memiliki harapan yang lebih tinggi dari Israel daripada yang dapat diberikan Israel,” katanya baru-baru ini.
Korniychuk juga berspekulasi bahwa Perdana Menteri Israel Naftali Bennett berada dalam situasi sulit untuk menyeimbangkan hubungan Israel dengan Ukraina dan Rusia karena Zelensky adalah orang Yahudi.
Dia juga menunjukkan bahwa banyak orang Ukraina memenuhi syarat untuk berimigrasi ke Israel di bawah Law of Return—180.000 orang menurut perkiraan Israel.
“Kepemimpinan kami percaya bahwa Israel adalah satu-satunya negara demokratis yang memiliki hubungan baik dengan kedua pemimpin itu,” kata Korniychuk, merujuk pada Zelensky dan Presiden Rusia Vladimir Putin.
Zelensky sebenarnya meminta Israel untuk mengambil peran mediator beberapa kali selama setahun terakhir, termasuk selama panggilan telepon terbarunya dengan Bennett.
Korniychuk mengatakan pesan Zelensky kepada Israel: "Terima kasih, kami menghargai semua upaya Anda, tetapi kami membutuhkan lebih banyak."
“Keputusan dibuat lebih lambat dari yang kami butuhkan, tetapi kami senang dengan langkah kemarin dan kami berharap dukungan yang lebih besar,” katanya.
Meski demikian, Israel telah mengirimkan sekitar 100 ton bantuan kemanusiaan, termasuk obat-obatan, kantong tidur, peralatan pemurnian air dan barang-barang lainnya.
Ukraina meminta Israel untuk mengirim tim paramedis, tetapi pemerintah menolak permintaan tersebut.
Ukraina juga meminta senjata pertahanan dan alat pelindung, tetapi Israel menolak permintaan itu.
Kornichuk mengulangi permintaan negaranya dalam pertemuan di Kantor Perdana Menteri pada Senin pekan lalu.
“Ketika Israel menginginkan bantuan kami, kami ada untuk mereka,” kata Korniychuk, merujuk pada PBB, permintaan konsuler, dan hal-hal lain.
Sementara itu, PM Bennett mengatakan pada hari Minggu bahwa Israel akan terus berusaha menengahi antara Rusia dan Ukraina bahkan jika keberhasilan tampaknya tidak mungkin.
Dia menyampaikan hal itu setelah kembali dari pembicaraan mendadak dengan Presiden Rusia Vladimir Putin.
Kantor Bennett mengatakan perdana menteri telah berbicara tiga kali selama akhir pekan dengan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky.
Dalam pidato yang disiarkan televisi kepada kabinetnya, Bennett tidak memberikan rincian tentang pertemuan tiga jam dengan Putin pada hari Sabtu, hanya mengatakan bahwa itu mendapat "berkat dan dorongan dari semua pihak"—sebuah referensi ke Amerika Serikat, di antara kekuatan lainnya.
"Kami akan terus membantu di mana pun ini diminta, bahkan jika kemungkinannya tidak besar," kata Bennett, yang dilansir Reuters, Senin (7/3/2022).
"Saat ada celah kecil, dan kami memiliki akses ke semua sisi dan kemampuan, saya melihatnya sebagai kewajiban moral untuk melakukan setiap upaya."
(min)