Trump Jalan Tertatih-tatih, Publik AS Ramaikan #TRUMPstroke
loading...
A
A
A
WESTPOINT - Presiden Donald Trump jadi pembicaraan publik Amerika Serikat (AS) setelah berjalan tertatih-tatih ketika hendak menyampaikan pidato upcara kelulusan di Akademi Militer AS di West Point, New York, Minggu.
Pemandangan itu memicu publik Amerika berspekulasi negatif tentang kondisi kesehatan sang presiden. Beberapa pengguna media sosial bahkan meledek hal tersebut.
Trump yang menyadari kejadian itu menjadi pemberitaan media dan spekulasi publik langsung mengklarifikasi apa yang sebenarnya terjadi. Menurutnya, jalan menanjak menuju tempatnya pidato licin. (Baca: Lewat Buku, Eks Penasihat Gedung Putih Ungkap Borok Trump )
“Jalan yang saya turun setelah pidato West Point. Dimulainya sangat panjang dan curam, tidak memiliki pegangan dan, yang paling penting, sangat licin," tulis presiden berusia 74 tahun itu di Twitter via akun @realDonalTrump.
“Hal terakhir yang akan saya lakukan adalah 'jatuh cinta' kepada Fake News (Berita Palsu) untuk bersenang-senang. Sepuluh kaki terakhir saya berlari ke tanah datar. Momentum!," lanjut tweet penguasa Gedung Putih ini.
Namun, jurnalis Vox, Aaron Rupar, meragukan argumen presiden. "Patut dicatat bahwa semuanya cerah sepanjang penampilan Trump di West Point. Jika jalannya memang 'licin' itu bukan karena hujan. Dan tampaknya tidak curam," katanya, seperti dikutip news.com.au, Senin (15/6/2020).
Rupar mencatat pidato Trump yang berulang kali kesulitan mengeja nama Jenderal Douglas MacArthur. Menurutnya, presiden selalu mengucap "McGarther".
Rupar juga menunjukkan pemimpin Amerika seperti berjuang keras ketika mengangkat segelas air ke mulutnya. Berbagai kejanggalan itu membuat para pengguna Twitter di AS berspekulasi tentang kondisi kesehatannya, termasuk meramaikan tanda pagar #TRUMPstroke dan #TrumpIsNotWell.
Gedung Putih sudah merilis hasil pemeriksaan fisik tahunan Presiden Trump awal bulan ini. Hasilnya adalah presiden dinyatakan "tetap sehat.
Dalam pidatonya, presiden memuji "kemuliaan prajurit Amerika". "Amerika adalah negara terbesar dalam sejarah manusia," katanya kepada 1107 letnan dua yang baru diwisuda.
Tetapi dia tidak menyebutkan secara langsung tentang kekacauan rasial baru-baru ini, dan nyaris tidak menyebutkan perbedaan pendapat baru-baru ini dari tokoh-tokoh militer atas ancamannya untuk menggunakan pasukan tugas aktif untuk menghadapi demonstran yang menuntut keadilan atas kematian pria kulit hitam George Floyd.
Pria kulit hitam itu tewas setelah lehernya dicekik polisi kulit putih dengan lututnya di Minneapolis pada 25 Mei lalu. Kematiannya memicu demo massal yang diwarnai kerusuhan di hampir seluruh wilayah AS. (Baca juga: Alami Gejala Mirip Kelu Lidah, Trump Bakal Jalani Pemeriksaan Medis )
“Saya juga ingin berterima kasih kepada pria dan wanita dari Garda Nasional kita," katanya."Tantangan dari badai dan bencana alam untuk memastikan perdamaian, keselamatan dan aturan hukum konstitusional pada jalan-jalan kita," ujarnya.
Presiden hanya menyinggung sekilas tentang krisis rasial di Amerika.
"Tentara berada di garis depan dalam mengakhiri ketidakadilan segregasi yang mengerikan," katanya, seraya menambahkan bahwa para lulusan Akademi Militer di West Point yang memimpin pertempuran dalam Perang Sipil untuk mengakhiri kejahatan perbudakan.
Pemandangan itu memicu publik Amerika berspekulasi negatif tentang kondisi kesehatan sang presiden. Beberapa pengguna media sosial bahkan meledek hal tersebut.
Trump yang menyadari kejadian itu menjadi pemberitaan media dan spekulasi publik langsung mengklarifikasi apa yang sebenarnya terjadi. Menurutnya, jalan menanjak menuju tempatnya pidato licin. (Baca: Lewat Buku, Eks Penasihat Gedung Putih Ungkap Borok Trump )
“Jalan yang saya turun setelah pidato West Point. Dimulainya sangat panjang dan curam, tidak memiliki pegangan dan, yang paling penting, sangat licin," tulis presiden berusia 74 tahun itu di Twitter via akun @realDonalTrump.
“Hal terakhir yang akan saya lakukan adalah 'jatuh cinta' kepada Fake News (Berita Palsu) untuk bersenang-senang. Sepuluh kaki terakhir saya berlari ke tanah datar. Momentum!," lanjut tweet penguasa Gedung Putih ini.
Namun, jurnalis Vox, Aaron Rupar, meragukan argumen presiden. "Patut dicatat bahwa semuanya cerah sepanjang penampilan Trump di West Point. Jika jalannya memang 'licin' itu bukan karena hujan. Dan tampaknya tidak curam," katanya, seperti dikutip news.com.au, Senin (15/6/2020).
Rupar mencatat pidato Trump yang berulang kali kesulitan mengeja nama Jenderal Douglas MacArthur. Menurutnya, presiden selalu mengucap "McGarther".
Rupar juga menunjukkan pemimpin Amerika seperti berjuang keras ketika mengangkat segelas air ke mulutnya. Berbagai kejanggalan itu membuat para pengguna Twitter di AS berspekulasi tentang kondisi kesehatannya, termasuk meramaikan tanda pagar #TRUMPstroke dan #TrumpIsNotWell.
Gedung Putih sudah merilis hasil pemeriksaan fisik tahunan Presiden Trump awal bulan ini. Hasilnya adalah presiden dinyatakan "tetap sehat.
Dalam pidatonya, presiden memuji "kemuliaan prajurit Amerika". "Amerika adalah negara terbesar dalam sejarah manusia," katanya kepada 1107 letnan dua yang baru diwisuda.
Tetapi dia tidak menyebutkan secara langsung tentang kekacauan rasial baru-baru ini, dan nyaris tidak menyebutkan perbedaan pendapat baru-baru ini dari tokoh-tokoh militer atas ancamannya untuk menggunakan pasukan tugas aktif untuk menghadapi demonstran yang menuntut keadilan atas kematian pria kulit hitam George Floyd.
Pria kulit hitam itu tewas setelah lehernya dicekik polisi kulit putih dengan lututnya di Minneapolis pada 25 Mei lalu. Kematiannya memicu demo massal yang diwarnai kerusuhan di hampir seluruh wilayah AS. (Baca juga: Alami Gejala Mirip Kelu Lidah, Trump Bakal Jalani Pemeriksaan Medis )
“Saya juga ingin berterima kasih kepada pria dan wanita dari Garda Nasional kita," katanya."Tantangan dari badai dan bencana alam untuk memastikan perdamaian, keselamatan dan aturan hukum konstitusional pada jalan-jalan kita," ujarnya.
Presiden hanya menyinggung sekilas tentang krisis rasial di Amerika.
"Tentara berada di garis depan dalam mengakhiri ketidakadilan segregasi yang mengerikan," katanya, seraya menambahkan bahwa para lulusan Akademi Militer di West Point yang memimpin pertempuran dalam Perang Sipil untuk mengakhiri kejahatan perbudakan.
(min)