George Soros Samakan Konflik Ukraina dengan Pengepungan Kota Nazi oleh Soviet
loading...
A
A
A
Soros menuduh Presiden Rusia Vladimir Putin memerintahkan "serangan langsung terhadap kedaulatan semua negara yang pernah berada di Uni Soviet, dan seterusnya."
Pengepungan Budapest tahun 1944 membuat kota Hongaria, yang pada waktu itu diduduki militer Nazi, dikelilingi pasukan Soviet selama berbulan-bulan pertempuran dari rumah ke rumah yang melelahkan.
Soros, yang saat itu berusia 14 tahun, dan keturunan Yahudi, kemudian mengklaim bahwa dia mampu bertahan dari pendudukan Nazi di kotanya hanya karena keluarganya berhasil memperoleh kartu identitas (ID) Kristen.
Memerintahkan "operasi militer khusus" di Donbass, Presiden Rusia Vladimir Putin menggambarkan misi Rusia di negara itu sebagai salah satu "de-Nazifikasi" dan "demiliterisasi".
Militer Ukraina dilaporkan secara luas, termasuk oleh media barat, memasukkan "sukarelawan" sayap kanan seperti Batalyon Azov, yang terlihat memakai tanda kebesaran Nazi dalam beberapa kesempatan.
Facebook pekan lalu membatalkan larangan 2019 untuk memuji pasukan paramiliter sayap kanan yang sekarang bergabung dengan Garda Nasional Ukraina.
Raksasa media sosial, bagaimanapun, mengatakan batalyon Nazi itu masih akan dilarang memposting atau merekrut anggota di Facebook.
Sementara Kremlin menuduh Kiev melakukan genosida terhadap penduduk Donbass, Kiev membantah klaim itu, bersikeras Rusia menggunakannya sebagai dalih palsu untuk melancarkan serangan militer. Dalam bandingnya ke Mahkamah Internasional pada Minggu, Ukraina menuduh Rusia "merencanakan tindakan genosida" terhadap Ukraina. Ukraina gagal memberikan bukti nyata dari dugaan kejahatan perang.
Pengepungan Budapest tahun 1944 membuat kota Hongaria, yang pada waktu itu diduduki militer Nazi, dikelilingi pasukan Soviet selama berbulan-bulan pertempuran dari rumah ke rumah yang melelahkan.
Soros, yang saat itu berusia 14 tahun, dan keturunan Yahudi, kemudian mengklaim bahwa dia mampu bertahan dari pendudukan Nazi di kotanya hanya karena keluarganya berhasil memperoleh kartu identitas (ID) Kristen.
Memerintahkan "operasi militer khusus" di Donbass, Presiden Rusia Vladimir Putin menggambarkan misi Rusia di negara itu sebagai salah satu "de-Nazifikasi" dan "demiliterisasi".
Militer Ukraina dilaporkan secara luas, termasuk oleh media barat, memasukkan "sukarelawan" sayap kanan seperti Batalyon Azov, yang terlihat memakai tanda kebesaran Nazi dalam beberapa kesempatan.
Facebook pekan lalu membatalkan larangan 2019 untuk memuji pasukan paramiliter sayap kanan yang sekarang bergabung dengan Garda Nasional Ukraina.
Raksasa media sosial, bagaimanapun, mengatakan batalyon Nazi itu masih akan dilarang memposting atau merekrut anggota di Facebook.
Sementara Kremlin menuduh Kiev melakukan genosida terhadap penduduk Donbass, Kiev membantah klaim itu, bersikeras Rusia menggunakannya sebagai dalih palsu untuk melancarkan serangan militer. Dalam bandingnya ke Mahkamah Internasional pada Minggu, Ukraina menuduh Rusia "merencanakan tindakan genosida" terhadap Ukraina. Ukraina gagal memberikan bukti nyata dari dugaan kejahatan perang.
(sya)