George Soros Samakan Konflik Ukraina dengan Pengepungan Kota Nazi oleh Soviet

Senin, 28 Februari 2022 - 14:56 WIB
loading...
George Soros Samakan Konflik Ukraina dengan Pengepungan Kota Nazi oleh Soviet
Tentara Hungaria yang mendukung Nazi Jerman ditahan oleh Tentara Merah Uni Soviet. Foto/sputnik
A A A
WASHINGTON - Miliarder dan donor politik Amerika Serikat (AS) George Soros tampaknya secara tidak sengaja menarik persamaan antara Nazi dan militer Ukraina modern dalam posting blog.

Dia membandingkan konflik saat ini dengan pengepungan Budapest yang dikuasai Nazi pada 1944 oleh tentara Soviet.

Dalam posting yang diterbitkan di situs webnya pada Sabtu, Soros meminta dunia “berpihak pada Ukraina, sebagaimana mereka mendukung kita” sebelum menemukan kesamaan yang nyata antara aksi militer Rusia di Ukraina dan pengepungan Budapest yang saat itu dikuasai Nazi, oleh pasukan Soviet.



“Ukraina pemberani sekarang berada di garis depan dan mempertaruhkan hidup mereka dalam serangan gencar yang mengingatkan saya pada pengepungan Budapest pada tahun 1944 dan pengepungan Sarajevo pada tahun 1993,” ungkap miliarder itu, dilansir RT.com.



Pesan itu juga muncul di akun Twitter Soros, tetapi kemudian dihapus setelah beberapa pengguna menunjuk ke persamaan yang luar biasa itu.



Posting blog masih dapat diakses di situs Soros pada Senin pagi (28/2/2022).

“Penting bahwa baik aliansi transatlantik (Amerika Serikat, Kanada, Uni Eropa, dan Inggris) tetapi juga negara-negara lain melakukan apa pun dalam kekuatan mereka untuk mendukung Ukraina pada saat ancaman eksistensialnya,” papar Pendiri Open Society Foundations itu.

Soros menuduh Presiden Rusia Vladimir Putin memerintahkan "serangan langsung terhadap kedaulatan semua negara yang pernah berada di Uni Soviet, dan seterusnya."

Pengepungan Budapest tahun 1944 membuat kota Hongaria, yang pada waktu itu diduduki militer Nazi, dikelilingi pasukan Soviet selama berbulan-bulan pertempuran dari rumah ke rumah yang melelahkan.

Soros, yang saat itu berusia 14 tahun, dan keturunan Yahudi, kemudian mengklaim bahwa dia mampu bertahan dari pendudukan Nazi di kotanya hanya karena keluarganya berhasil memperoleh kartu identitas (ID) Kristen.

Memerintahkan "operasi militer khusus" di Donbass, Presiden Rusia Vladimir Putin menggambarkan misi Rusia di negara itu sebagai salah satu "de-Nazifikasi" dan "demiliterisasi".

Militer Ukraina dilaporkan secara luas, termasuk oleh media barat, memasukkan "sukarelawan" sayap kanan seperti Batalyon Azov, yang terlihat memakai tanda kebesaran Nazi dalam beberapa kesempatan.

Facebook pekan lalu membatalkan larangan 2019 untuk memuji pasukan paramiliter sayap kanan yang sekarang bergabung dengan Garda Nasional Ukraina.

Raksasa media sosial, bagaimanapun, mengatakan batalyon Nazi itu masih akan dilarang memposting atau merekrut anggota di Facebook.

Sementara Kremlin menuduh Kiev melakukan genosida terhadap penduduk Donbass, Kiev membantah klaim itu, bersikeras Rusia menggunakannya sebagai dalih palsu untuk melancarkan serangan militer. Dalam bandingnya ke Mahkamah Internasional pada Minggu, Ukraina menuduh Rusia "merencanakan tindakan genosida" terhadap Ukraina. Ukraina gagal memberikan bukti nyata dari dugaan kejahatan perang.

(sya)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1928 seconds (0.1#10.140)