Tulsi Gabbard: Industri Militer AS Ingin Perang Segera Pecah di Ukraina

Senin, 14 Februari 2022 - 17:48 WIB
loading...
A A A
Kepanikan menyusul peluncuran siaran langsung Bloomberg pekan lalu yang menunjukkan serangan Rusia telah dimulai, dan pertengkaran antara juru bicara Departemen Luar Negeri AS Ned Price dan seorang reporter AP setelah Price mengklaim Rusia berencana membuat video palsu untuk membenarkan serangan bendera palsu di Ukraina, tetapi AS tidak memberikan bukti.

Pada Sabtu, Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky meminta media memberikan bukti mengenai klaim "100 persen dijamin invasi Ukraina oleh Rusia pada 16 Februari".

Zelensky mengatakan intelijen Ukraina tidak memiliki bukti adanya rencana tersebut pada tahap ini.

Departemen Luar Negeri AS mengutip laporan media ini untuk membenarkan evakuasi Kedutaan Besar AS di Kiev, dan telah meminta semua warga Amerika di Ukraina meninggalkan negara itu secepatnya. Peringatan itu meningkatkan ketegangan lebih lanjut.

Moskow telah berulang kali menolak "klaim invasi" dan menuduh Barat memicu ketakutan untuk memvalidasi langkah NATO meningkatkan jejak militernya di Eropa Timur.

Kecurigaan Rusia tampaknya telah terbukti selama dua pekan terakhir, dengan AS mengerahkan kembali 1.000 tentara dari Jerman ke Rumania, mengirim 5.000 tentara ke Polandia dan Jerman, mempersiapkan 8.500 pasukan kontingen kuat yang siap terbang ke Eropa pada saat itu juga, dan meningkatkan pengiriman senjata ke Ukraina.

Anggota parlemen AS dan Eropa juga mengancam menjatuhkan sanksi berat terhadap Rusia, termasuk pembatasan "pendahuluan" yang dapat segera diterapkan, baik Rusia "menyerang" Ukraina atau tidak.

(sya)
Halaman :
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1704 seconds (0.1#10.140)