Pendiri Gereja yang Mengaku Anak Tuhan Diburu FBI terkait Skandal Seks Anak

Rabu, 09 Februari 2022 - 08:28 WIB
loading...
Pendiri Gereja yang...
Apollo Carreon Quiboloy, pendiri gereja asal Filipina, yang mengaku sebagai anak Tuhan diburu FBI Amerika Serikat terkait kasus skandal seks anak-anak perempuan. Foto/Twitter @FBIMostWanted
A A A
WASHINGTON - Apollo Carreon Quiboloy, pendiri gereja asal Filipina, yang mengaku sebagai "anak Tuhan" diburu Biro Investigasi Federal (FBI) Amerika Serikat (AS) terkait kasus perdagangan seks anak-anak.

Nama pendiri gereja Kingdom of Jesus Christ, The Name Above Every Name (KOJC) yang berbasis di kota Davao, Filipina selatan, ini muncul di daftar "Most Wanted by the FBI" pada Senin (7/2/2022) malam.

Tak hanya mengaku sebagai "anak Tuhan", Quiboloy yang dikenal sebagai pastor ini juga memproklamirkan diri sebagai "Pemilik Alam Semesta" dengan memimpin sekte besar yang berbasis di Filipina dengan anggota di dalam dan di luar negeri.

Pada akun Twitter resmi @FBIMostWanted, yang dikutip SINDOnews.com, Rabu (9/2/2022), biro investigasi Amerika itu menerbitkan datar buron atas nama Quiboloy atas perannya dalam skema perdagangan tenaga kerja dan seks yang membawa korban ke Amerika.

"Antara lain, memaksa mereka untuk meminta sumbangan untuk amal palsu dan masuk ke dalam pernikahan palsu," tulis FBI.



"FBI Most Wanted" adalah handle resmi biro tersebut di platform microblogging, di mana orang juga dapat mengirimkan tips.

Poster buronan juga dikeluarkan oleh FBI untuk Teresita Dandan dan Helen Panilag—diidentifikasi sebagai pejabat tinggi Kingdom of Jesus Christ, The Name Above Every Name (KOJC) yang didirikan Quiboloy pada 1985.

Di situs web fbi.gov, FBI menyatakan Quiboloy dicari karena dugaan partisipasinya dalam skema perdagangan tenaga kerja yang membawa anggota gereja ke Amerika Serikat, melalui visa yang diperoleh secara curang.

"Dan memaksa para anggota untuk meminta sumbangan untuk amal palsu, sumbangan yang sebenarnya digunakan untuk membiayai operasi gereja dan gaya hidup mewah para pemimpinnya," bunyi keterangan di situs FBI.

Situs tersebut menambahkan: “Selain itu, diduga bahwa anak perempuan direkrut untuk bekerja sebagai asisten pribadi, atau 'pastoral', untuk Quiboloy dan bahwa para korban menyiapkan makanannya, membersihkan tempat tinggalnya, memberinya pijatan dan diminta untuk berhubungan seks dengan [dia] dalam apa yang oleh para pastoral disebut 'tugas malam'.”

Quiboloy diperkirakan masih berada di Kota Davao.

Dia menghadapi tuntutan pidana di AS setelah dewan hakim federal mendakwanya atas dugaan skema yang memaksa gadis-gadis dan wanita muda untuk berhubungan seks dengannya di bawah ancaman "kutukan abadi".

Quiboloy adalah sosok yang berpengaruh. Dia baru-baru ini mendukung pencalonan calon presiden Ferdinand “Bongbong” Marcos Jr dan calon wakil presidennya, Wali Kota Davao City Sara Duterte, putri Presiden Rodrigo Duterte.

Dalam sebuah pernyataan kepada media lokal, penasihat hukum Quiboloy, Ferdinand Topacio, mempertanyakan waktu pengumuman yang menunjukkan bahwa dakwaan dewan hakim federal dibuat pada 10 November 2021, di mana surat perintah telah dikeluarkan.

Konferensi pers online Topacio disiarkan melalui Sonshine Media Network International (SMNI), cabang media dari sekte Quiboloy. Itu juga disiarkan melalui halaman Facebook Quiboloy, yang memiliki lebih dari 1 juta pengikut.

Topacio mengatakan publikasi FBI tentang poster "buruan" dimaksudkan untuk mempermalukan kepala dan pendiri sekte agama tersebut.

“Tidak perlu menanyakan informasi kepada publik mengenai keberadaan Pastor Quiboloy karena [dia] tidak bersembunyi. [Seseorang] harus bersembunyi di bawah [sebuah] batu untuk tidak mengetahui di mana pastor berada,” katanya kepada media lokal.

Dia menambahkan bahwa Quiboloy hanya berada di Kota Davao dan masih dapat disaksikan secara langsung di televisi.

Namun, Topacio menegaskan pihaknya akan menunggu proses ekstradisi kliennya, bukan secara sukarela datang ke AS untuk menghadapi pengadilan.
(min)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1315 seconds (0.1#10.140)