Putra Diktator Marcos Jadi Capres Unggulan Filipina

Senin, 07 Februari 2022 - 15:16 WIB
loading...
Putra Diktator Marcos Jadi Capres Unggulan Filipina
Ferdinand Bongbong Marcos, putra mendiang diktator Ferdinand Marcos, jadi capres unggulan di Filipina. Foto/REUTERS
A A A
MANILA - Putra mendiang diktator Ferdinand Marcos telah muncul sebagai calon presiden (capres) yang diunggulkan di Filipina . Kritikus menilai kemunculan Ferdinand Marcos Jr (64) yang dikenal sebagai Bongbong bertujuan untuk mengembalikan kejayaan keluarganya.

Diktator Marcos lengser puluhan tahun silam oleh revolusi "people power".

Bongbong akan memulai kampanyenya secara resmi pada Selasa (8/2/2022). Sejauh ini, putra sang mantan diktator unggul dua digit dalam berbagai jajak pendapat, tiga bulan menjelang pemilu 9 Mei 2022.

Dorongannya untuk menjadi presiden telah dibantu oleh apa yang dikatakan oleh para analis politik sebagai upaya public relation selama beberapa dekade untuk mengubah persepsi publik tentang keluarga dan pendukungnya.



Para kritikus menuduh Marcos Jr mencoba menulis ulang sejarah keluarganya.

“Apa yang kita saksikan saat ini tidak lain adalah kontra-revolusi,” kata Richard Heydarian, seorang penulis dan akademisi yang berspesialisasi dalam politik, seperti dikutip Reuters, Senin (7/2/2022).

“Marcos ada di sini untuk menghapus revolusi (people power) 1986, dan untuk mengembalikan kejayaan dan sepenuhnya merehabilitasi citra rezim Marcos.”

Sejak keluarga kembali dari pengasingan pada 1990-an, Marcos Jr telah menjabat sebagai gubernur dan anggota kongres provinsi utara Ilocos Norte sebelum akhirnya memenangkan kursi Senat pada 2010.

Saudara perempuannya adalah seorang senator dan mantan gubernur serta mantan anggota Kongres. Sedangkan ibunya; Imelda, yang gagal mencalonkan diri sebagai presiden pada tahun 1992, terpilih menjadi anggota Kongres selama empat periode.

Kembalinya seorang Marcos ke Malacanang [istana kepresidenan Filipin], tidak terpikirkan oleh jutaan orang Filipina, tetapi lebih dari separuh lebih dari 60 juta pemilih di negara itu berusia 40 tahun ke bawah, dan tidak hidup melalui rezim Marcos serta penindasan dan penjarahannya.

Ferdinand Marcos Sr, dengan Imelda di sisinya, adalah presiden selama hampir dua dekade, memerintah sebagai diktator sebelum dia digulingkan dalam revolusi “people power" pada tahun 1986 yang telah menjadi terkenal di seluruh dunia.

Marcos Sr dan Imelda, yang dikenal dengan koleksi besar karya seni, perhiasan dan sepatunya, dituduh mengumpulkan lebih dari USD10 miliar saat dia menjabat.

Menurut Amnesty International, selama pemerintahannya, 70.000 orang dipenjara, 34.000 orang disiksa, dan 3.240 orang dibunuh.

Lebih dari 11.100 korban pelanggaran hak asasi manusia (HAM) selama rezim Marcos dibayar kompensasi menggunakan jutaan dari rekening bank Marcos di Swiss, bagian dari kekayaan haram keluarga yang dipulihkan oleh pemerintah.

Di antara mereka adalah Loretta Ann Rosales, seorang aktivis politik yang disiksa dan dilecehkan secara seksual selama rezim Marcos dan sekarang menjadi salah satu dari beberapa pengadu yang berusaha menghalangi Marcos Jr dari pemilihan presiden.

“Kami pikir kami telah menyingkirkan keluarga Marcos,” kata Rosales, yang juga mantan ketua Komisi HAM. "Saya ingin dia didiskualifikasi."

Marcos Jr telah mempertanyakan data Amnesty dan menolak narasi lama tentang penindasan dan pemerintah yang gagal dalam pemerintahan ayahnya.

Dia dan keluarganya telah menghindari pertanyaan tentang kekejaman di masa lalu dan malah menggembar-gemborkan apa yang diklaim pendukung mereka sebagai "zaman keemasan".

Marcos Jr telah memuji ayahnya, menyebutnya "idola", sambil mengungkapkan kekaguman atas "gaya kerjanya", kualitasnya sebagai pemimpin yang kuat, dan cintanya terhadap orang Filipina. Dia mengeklaim mewarisi sifat-sifat ayahnya tersebut.

“Dia memiliki pemahaman yang sangat jelas tentang apa yang perlu dilakukan dan bagaimana melakukannya, dan saya pikir itu adalah kualitas terbaiknya sebagai seorang pemimpin,” kata Bongbong dalam wawancara YouTube tahun lalu.

“Masalah yang kita miliki sekarang adalah kita kekurangan kepemimpinan.”

Wawancara YouTube berjudul "The Greatest Lesson Bongbong Marcos Learned From His Father" telah dilihat 13 juta kali sejak ditayangkan pada bulan September.

“Dia melakukannya dengan sangat baik karena kita menghadapi pandemi disinformasi ini,” kata Victor Manhit, seorang analis di kelompok think tank Stratbase.

“Dia mendominasi wacana politik di media sosial.”

Organisasi pemeriksa fakta Vera Files mengatakan dalam laporan bulan Desember bahwa Marcos Jr adalah penerima manfaat utama dari disinformasi online untuk merapikan citranya sambil mendiskreditkan saingannya menjelang dimulainya periode kampanye resmi.

“Karena Anda dikelilingi di media sosial oleh akun yang sama mengatakan hal yang sama tentang Marcos (Sr) sebagai pemimpin yang baik—baik hati, revolusioner, semua narasi itu—bahkan jika kedengarannya pisang dan tidak didasarkan pada fakta, Anda lebih mungkin untuk percaya itu benar,” kata Marie Fatima Gaw, profesor peneliti di Universitas Filipina.

Marcos Jr mengatakan dia tidak terlibat dalam kampanye negatif.

Dia kalah dalam pemilihan wakil presiden 2016 dari pengacara HAM Leni Robredo, yang juga bertarung dalam pemilihan presiden tahun ini, bersama dengan superstar tinju Manny Pacquiao, Wali Kota Manila Francisco Domagoso, dan senator Panfilo Lacson.

Bagi Raphie Respicio (48), seorang pengemudi sepeda roda tiga dan pemandu wisata di benteng keluarga Marcos di Ilocos Norte, kritik apa pun terhadap Marcos Jr tidak akan melemahkan dukungannya terhadap mantan senator itu.

"Dia telah melakukan banyak hal di sini...dan dia membantu pengemudi sepeda roda tiga mencari nafkah melalui pariwisata," kata Respicio. “Kami 100 persen untuk Bongbong.”
(min)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1413 seconds (0.1#10.140)