Ukraina Menolak Ditakut-takuti AS soal Invasi Mengerikan Rusia
loading...
A
A
A
KIEV - Ukraina menolak peringatan mengerikan atas potensi invasi Rusia yang dikeluarkan para pejabat Amerika Serikat (AS). Kiev merasa lebih kuat dengan dukungan banyak negara dan menegaskan musuhlah yang harus takut.
Para pejabat AS mengatakan Kremlin telah mengumpulkan 110.000 tentara di sepanjang perbatasan dengan tetangganya yang pro-Barat tetapi penilaian intelijen belum menentukan apakah Presiden Vladimir Putin benar-benar memutuskan untuk menyerang.
Mereka menilai bahwa Putin menginginkan semua opsi tersedia untuknya, dari invasi militer terbatas di wilayah Donbas yang pro-Rusia di Ukraina timur hingga invasi skala penuh.
Kiev—yang didukung oleh beberapa sekutu Eropa—secara konsisten berusaha untuk mengecilkan kekhawatiran akan serangan yang akan segera terjadi ketika mencoba untuk mencegah kerusakan lebih lanjut pada ekonominya yang sedang berjuang.
"Hari ini, Ukraina memiliki tentara yang kuat, dukungan internasional yang belum pernah terjadi sebelumnya, dan kepercayaan orang Ukraina di negara mereka. Musuhlah yang harus takut pada kita," kata pemerintah Ukraina, yang dilansir news.com.au, Senin (7/2/2022).
Sebelumnya, para pejabat AS memperkirakan bahwa invasi Rusia ke Ukraina akan menyebabkan 25.000 hingga 50.000 warga sipil tewas, bersama dengan 5.000 hingga 25.000 tentara Ukraina dan 3.000 hingga 10.000 tentara Rusia.
Penasihat Keamanan Nasional Gedung Putih Jake Sullivan memperingatkan bahwa invasi tersebut bisa terjadi paling cepat besok.
“Itu bisa terjadi paling cepat besok atau bisa memakan waktu beberapa minggu lagi,” kata Sullivan, yang dilansir Reuters.
"[Presiden Rusia Vladimir] Putin telah menempatkan dirinya dalam posisi dengan penempatan militer untuk dapat bertindak agresif terhadap Ukraina kapan saja sekarang," ujarnya.
Komentar Sullivan ini kontradiksi dengan pernyataan juru bicara Gedung Putih Jen Psaki beberapa hari sebelumnya yang mengatakan bahwa pemerintah tidak bisa memprediksi langkah Presiden Rusia Vladimir Putin atas apa yang akan dilakukannya terhadap Ukraina.
Psaki, saat itu, juga menegaskan akan berhenti menggunakan kata "segera" ketika membuat pernyataan tentang dugaan invasi Moskow terhadap Kiev.
Moskow sudah berkali-kali menyangkal memiliki rencana untuk menginvasi tetangganya dan menuduh negara-negara Barat, terutama AS, memprovokasi Kiev untuk perang.
Sullivan, dalam program acara Fox News Sunday mengatakan bahwa pemerintah Amerika tetap berharap bahwa Rusia akan bergerak untuk meredakan situasi melalui diplomasi.
“Kuncinya adalah bahwa Amerika Serikat perlu dan siap untuk segala kemungkinan itu dan sejalan dengan sekutu dan mitra kami,” katanya. "Kami telah memperkuat dan meyakinkan sekutu kami di sisi timur.”
Sullivan bersikeras bahwa pengerahan 1.700 tentara AS ke Polandia, bagian dari pengerahan 3.000 personel ke Eropa, bukanlah langkah untuk meningkatkan ketegangan di kawasan itu.
Padahal, Ukraina sendiri yang beberapa hari sebelumnya menuduh langakh seperti itu menambah ketegangan semakin memanas.
"Pasukan yang dikerahkan, bukan dikirim untuk melawan pasukan Rusia di Ukraina," katanya.
"Mereka ada di sana untuk membela sekutu NATO kami dan untuk mengirim pesan yang jelas ke Rusia bahwa agresi terhadap sekutu akan disambut dengan tanggapan yang kaku," katanya.
Penasihat presiden Ukraina, Mikhail Podolyak, mengatakan dalam sebuah pernyataan hari Minggu bahwa peluang menemukan solusi diplomatik untuk de-eskalasi adalah secara substansial lebih tinggi di kawasan daripada eskalasi lebih lanjut.
Para pejabat AS mengatakan Kremlin telah mengumpulkan 110.000 tentara di sepanjang perbatasan dengan tetangganya yang pro-Barat tetapi penilaian intelijen belum menentukan apakah Presiden Vladimir Putin benar-benar memutuskan untuk menyerang.
Mereka menilai bahwa Putin menginginkan semua opsi tersedia untuknya, dari invasi militer terbatas di wilayah Donbas yang pro-Rusia di Ukraina timur hingga invasi skala penuh.
Kiev—yang didukung oleh beberapa sekutu Eropa—secara konsisten berusaha untuk mengecilkan kekhawatiran akan serangan yang akan segera terjadi ketika mencoba untuk mencegah kerusakan lebih lanjut pada ekonominya yang sedang berjuang.
"Hari ini, Ukraina memiliki tentara yang kuat, dukungan internasional yang belum pernah terjadi sebelumnya, dan kepercayaan orang Ukraina di negara mereka. Musuhlah yang harus takut pada kita," kata pemerintah Ukraina, yang dilansir news.com.au, Senin (7/2/2022).
Sebelumnya, para pejabat AS memperkirakan bahwa invasi Rusia ke Ukraina akan menyebabkan 25.000 hingga 50.000 warga sipil tewas, bersama dengan 5.000 hingga 25.000 tentara Ukraina dan 3.000 hingga 10.000 tentara Rusia.
Penasihat Keamanan Nasional Gedung Putih Jake Sullivan memperingatkan bahwa invasi tersebut bisa terjadi paling cepat besok.
“Itu bisa terjadi paling cepat besok atau bisa memakan waktu beberapa minggu lagi,” kata Sullivan, yang dilansir Reuters.
"[Presiden Rusia Vladimir] Putin telah menempatkan dirinya dalam posisi dengan penempatan militer untuk dapat bertindak agresif terhadap Ukraina kapan saja sekarang," ujarnya.
Komentar Sullivan ini kontradiksi dengan pernyataan juru bicara Gedung Putih Jen Psaki beberapa hari sebelumnya yang mengatakan bahwa pemerintah tidak bisa memprediksi langkah Presiden Rusia Vladimir Putin atas apa yang akan dilakukannya terhadap Ukraina.
Psaki, saat itu, juga menegaskan akan berhenti menggunakan kata "segera" ketika membuat pernyataan tentang dugaan invasi Moskow terhadap Kiev.
Moskow sudah berkali-kali menyangkal memiliki rencana untuk menginvasi tetangganya dan menuduh negara-negara Barat, terutama AS, memprovokasi Kiev untuk perang.
Sullivan, dalam program acara Fox News Sunday mengatakan bahwa pemerintah Amerika tetap berharap bahwa Rusia akan bergerak untuk meredakan situasi melalui diplomasi.
“Kuncinya adalah bahwa Amerika Serikat perlu dan siap untuk segala kemungkinan itu dan sejalan dengan sekutu dan mitra kami,” katanya. "Kami telah memperkuat dan meyakinkan sekutu kami di sisi timur.”
Sullivan bersikeras bahwa pengerahan 1.700 tentara AS ke Polandia, bagian dari pengerahan 3.000 personel ke Eropa, bukanlah langkah untuk meningkatkan ketegangan di kawasan itu.
Padahal, Ukraina sendiri yang beberapa hari sebelumnya menuduh langakh seperti itu menambah ketegangan semakin memanas.
"Pasukan yang dikerahkan, bukan dikirim untuk melawan pasukan Rusia di Ukraina," katanya.
"Mereka ada di sana untuk membela sekutu NATO kami dan untuk mengirim pesan yang jelas ke Rusia bahwa agresi terhadap sekutu akan disambut dengan tanggapan yang kaku," katanya.
Penasihat presiden Ukraina, Mikhail Podolyak, mengatakan dalam sebuah pernyataan hari Minggu bahwa peluang menemukan solusi diplomatik untuk de-eskalasi adalah secara substansial lebih tinggi di kawasan daripada eskalasi lebih lanjut.
(min)