Dikepung Pasukan Khusus AS, Bos ISIS al-Qurayshi Ledakkan Diri
loading...
A
A
A
ATMEH - Pasukan khusus Amerika Serikat (AS) mengepung rumah pemimpin ISIS Abu Ibrahim al-Hashimi al-Qurayshi dalam operasi kontra-terorisme di Suriah, kemarin. Namun, bos ISIS penerus Abu Bakr al-Baghdadi itu memilih meledakkan diri.
Jumlah pasukan khusus Amerika yang mengepung rumah al-Qurayshi di barat laut Suriah mencapai dua lusin.
Ledakan tersebut membunuh dirinya dan keluarganya.
Al-Qurayshi adalah salah satu orang yang paling dicari di dunia atas keterlibatannya sebagai pemimpin kelompok teroris ISIS.
Dalam operasi kontra-terorisme, helikopter serang AS mengangkut pasukan komando operasi khusus AS ke sebuah rumah di Atmeh di barat laut Suriah dalam serangan dini hari yang berisiko.
Operasi diluncurkan setelah intelijen mengungkapkan lokasi al-Qurayshi.
Menurut tetangga al-Qurayshi kepada New York Times yang dilansir Jumat (4/2/2022), terjadi ketegangan dalam operasi tersebut.
Pasukan Amerika, dengan pengeras suara, mengeluarkan peringatan dalam bahasa Arab agar semua orang di rumah itu menyerah. Tiba-tiba, sebuah ledakan mengguncang bangunan rumah tersebut.
Presiden AS Joe Biden–yang menyaksikan serangan itu terjadi secara real time dari meja Situation Room di Gedung Putih– mengatakan pada hari Kamis bahwa pemimpin kelompok Islamic State (IS atau lebih dikenal sebagai ISIS) telah “dikeluarkan dari medan perang” oleh pasukan AS di Suriah.
“Tadi malam atas arahan saya, pasukan militer AS di barat laut Suriah berhasil melakukan operasi kontra-terorisme untuk melindungi rakyat Amerika dan sekutu kami, dan membuat dunia menjadi tempat yang lebih aman,” kata Biden dalam sebuah pernyataan.
“Berkat keterampilan dan keberanian angkatan bersenjata kami, kami telah keluar dari medan perang Abu Ibrahim al-Hashimi al-Qurayshi–pemimpin ISIS. Semua orang Amerika telah kembali dengan selamat dari operasi itu,” imbuh Biden.
Al-Qurayshi, kata Biden, tewas ketika dia meledakkan bom, membunuh dirinya sendiri dan anggota keluarganya.
Menurut CNN, tubuh mereka terlempar dari gedung dan ke tanah di dekatnya karena kekuatan ledakan yang mengejutkan.
“Ketika pasukan kami mendekat untuk menangkap teroris, dalam tindakan terakhir dari pengecut yang putus asa, tanpa memperhatikan kehidupan keluarganya sendiri atau orang lain di dalam gedung, dia memilih untuk meledakkan dirinya sendiri daripada diadili atas kejahatan yang dia lakukan," papar Biden.
"Dalam meledakkan bom, Qurashi membawa beberapa anggota keluarganya, seperti yang dilakukan pendahulunya," imbuh Biden.
Biden mengatakan serangan pasukan khusus diluncurkan daripada serangan udara untuk meminimalkan korban sipil.
“Mengetahui bahwa teroris ini telah memilih untuk mengelilingi dirinya dengan keluarga, termasuk anak-anak, kami membuat pilihan untuk mengejar serangan pasukan khusus dengan risiko yang jauh lebih besar bagi rakyat kami sendiri, daripada menargetkan dia (Qurashi) dengan serangan udara,” katanya.
Seorang pejabat senior AS mengatakan kepada AFP bahwa semua korban dalam serangan itu disebabkan oleh tindakan teroris ISIS.
Juga dikenal sebagai Amir Mohammed Said Abd al-Rahman al-Mawla, al-Qurayshi dengan cepat dikenal karena kebrutalannya, yang membuatnya mendapat julukan mengerikan yakni,"The Destroyer" atu "Penghancur".
Menurut profil yang dibuat oleh kelompok think-tank Counter Extremism Project, al-Qurayshi, yang juga dikenal sebagai "Profesor", dianggap oleh ISIS sebagai pembuat kebijakan brutal yang bertanggung jawab untuk menghilangkan mereka yang menentang pendahulunya; Abu Bakr al-Baghdadi, sebelum mengambil alih kepemimpinan setelah kematian al-Baghdadi pada 2019.
Pentagon mengungkapkan serangan oleh pasukan operasi khusus AS pada Rabu malam atau Kamis dini hari, menggambarkannya sebagai "berhasil" dan mengatakan bahwa tidak ada korban di pihak Amerika.
"Lebih banyak informasi akan diberikan saat tersedia," kata juru bicara Pentagon John Kirby dalam sebuah pernyataan singkat.
Tiga belas orang, termasuk anak-anak dan wanita, dilaporkan tewas dalam operasi kontra-terorisme, yang terjadi di sekitar rumah dua lantai di Atmeh dekat perbatasan antara Suriah dan Turki.
Serangan pasukan khusus AS di wilayah Idlib, barat laut Suriah, memberikan kemunduran terbesar bagi kelompok "jihadis" itu sejak pendahulu al-Qurashi yang lebih terkenal, Abu Bakr al-Baghdadi, tewas dalam operasi serupa pada 2019.
Lihat Juga: Negara Pendiri BRICS yang Mulai Ragu Tinggalkan Dolar AS, Salah Satunya Musuh Amerika Serikat
Jumlah pasukan khusus Amerika yang mengepung rumah al-Qurayshi di barat laut Suriah mencapai dua lusin.
Ledakan tersebut membunuh dirinya dan keluarganya.
Al-Qurayshi adalah salah satu orang yang paling dicari di dunia atas keterlibatannya sebagai pemimpin kelompok teroris ISIS.
Dalam operasi kontra-terorisme, helikopter serang AS mengangkut pasukan komando operasi khusus AS ke sebuah rumah di Atmeh di barat laut Suriah dalam serangan dini hari yang berisiko.
Operasi diluncurkan setelah intelijen mengungkapkan lokasi al-Qurayshi.
Menurut tetangga al-Qurayshi kepada New York Times yang dilansir Jumat (4/2/2022), terjadi ketegangan dalam operasi tersebut.
Pasukan Amerika, dengan pengeras suara, mengeluarkan peringatan dalam bahasa Arab agar semua orang di rumah itu menyerah. Tiba-tiba, sebuah ledakan mengguncang bangunan rumah tersebut.
Presiden AS Joe Biden–yang menyaksikan serangan itu terjadi secara real time dari meja Situation Room di Gedung Putih– mengatakan pada hari Kamis bahwa pemimpin kelompok Islamic State (IS atau lebih dikenal sebagai ISIS) telah “dikeluarkan dari medan perang” oleh pasukan AS di Suriah.
“Tadi malam atas arahan saya, pasukan militer AS di barat laut Suriah berhasil melakukan operasi kontra-terorisme untuk melindungi rakyat Amerika dan sekutu kami, dan membuat dunia menjadi tempat yang lebih aman,” kata Biden dalam sebuah pernyataan.
“Berkat keterampilan dan keberanian angkatan bersenjata kami, kami telah keluar dari medan perang Abu Ibrahim al-Hashimi al-Qurayshi–pemimpin ISIS. Semua orang Amerika telah kembali dengan selamat dari operasi itu,” imbuh Biden.
Al-Qurayshi, kata Biden, tewas ketika dia meledakkan bom, membunuh dirinya sendiri dan anggota keluarganya.
Menurut CNN, tubuh mereka terlempar dari gedung dan ke tanah di dekatnya karena kekuatan ledakan yang mengejutkan.
“Ketika pasukan kami mendekat untuk menangkap teroris, dalam tindakan terakhir dari pengecut yang putus asa, tanpa memperhatikan kehidupan keluarganya sendiri atau orang lain di dalam gedung, dia memilih untuk meledakkan dirinya sendiri daripada diadili atas kejahatan yang dia lakukan," papar Biden.
"Dalam meledakkan bom, Qurashi membawa beberapa anggota keluarganya, seperti yang dilakukan pendahulunya," imbuh Biden.
Biden mengatakan serangan pasukan khusus diluncurkan daripada serangan udara untuk meminimalkan korban sipil.
“Mengetahui bahwa teroris ini telah memilih untuk mengelilingi dirinya dengan keluarga, termasuk anak-anak, kami membuat pilihan untuk mengejar serangan pasukan khusus dengan risiko yang jauh lebih besar bagi rakyat kami sendiri, daripada menargetkan dia (Qurashi) dengan serangan udara,” katanya.
Seorang pejabat senior AS mengatakan kepada AFP bahwa semua korban dalam serangan itu disebabkan oleh tindakan teroris ISIS.
Juga dikenal sebagai Amir Mohammed Said Abd al-Rahman al-Mawla, al-Qurayshi dengan cepat dikenal karena kebrutalannya, yang membuatnya mendapat julukan mengerikan yakni,"The Destroyer" atu "Penghancur".
Menurut profil yang dibuat oleh kelompok think-tank Counter Extremism Project, al-Qurayshi, yang juga dikenal sebagai "Profesor", dianggap oleh ISIS sebagai pembuat kebijakan brutal yang bertanggung jawab untuk menghilangkan mereka yang menentang pendahulunya; Abu Bakr al-Baghdadi, sebelum mengambil alih kepemimpinan setelah kematian al-Baghdadi pada 2019.
Pentagon mengungkapkan serangan oleh pasukan operasi khusus AS pada Rabu malam atau Kamis dini hari, menggambarkannya sebagai "berhasil" dan mengatakan bahwa tidak ada korban di pihak Amerika.
"Lebih banyak informasi akan diberikan saat tersedia," kata juru bicara Pentagon John Kirby dalam sebuah pernyataan singkat.
Tiga belas orang, termasuk anak-anak dan wanita, dilaporkan tewas dalam operasi kontra-terorisme, yang terjadi di sekitar rumah dua lantai di Atmeh dekat perbatasan antara Suriah dan Turki.
Serangan pasukan khusus AS di wilayah Idlib, barat laut Suriah, memberikan kemunduran terbesar bagi kelompok "jihadis" itu sejak pendahulu al-Qurashi yang lebih terkenal, Abu Bakr al-Baghdadi, tewas dalam operasi serupa pada 2019.
Lihat Juga: Negara Pendiri BRICS yang Mulai Ragu Tinggalkan Dolar AS, Salah Satunya Musuh Amerika Serikat
(min)