Korut Kembali Minta Amerika Akhiri Kebijakan Bermusuhan
loading...
A
A
A
SEOUL - Korea Utara memperbaharui seruan kepada Amerika Serikat (AS) untuk mencabut "kebijakan bermusuhan" terhadap Pyongyang. Seruan ini dilayangkan Korut di tengah serangkaian uji coba rudal yang mereka lakukan sejak awal tahun.
"Sudah menjadi rahasia umum bahwa kegagalan situasi di Semenanjung Korea untuk dengan mudah keluar dari pusaran ketegangan yang diperparah hanya terletak pada kebijakan bermusuhan AS terhadap DPRK," kata Kementerian Luar Negeri Korut dalam sebuah pernyataan bahasa Inggris, seperti dikutip dari kantor berita Yonhap, Rabu (2/2/2022).
DPRK adalah singkatan dari Republik Rakyat Demokratik Korea, nama resmi Korut. Dalam pernyataan itu, Pyongyang juga mengutuk AS karena melakukan latihan perang bersama dengan Korsel dan mengklaim bahwa langkah itu telah menimbulkan ancaman besar bagi keamanan Utara.
"AS akan disarankan untuk menghentikan ancaman militernya terhadap negara kita dan menarik, sebelum hal lain, kebijakan permusuhannya terhadap DPRK, daripada mempublikasikan apa yang disebut 'solusi diplomatik' dan 'dialog'," tambah pernyataan tersebut.
Akhir pekan lalu, Korut meluncurkan rudal balistik jarak menengah yang kemudian diidentifikasi sebagai "rudal balistik jarak menengah dan jarak jauh tipe Hwasong 12." Peluncuran tersebut menandai uji coba rudal ketujuh Korut tahun ini.
AS langsung mengutuk peluncuran rudal itu. Komando Indo-Pasifik AS mengatakan bahwa peluncuran itu tidak menimbulkan ancaman bagi Amerika atau sekutunya. "Amerika Serikat mengutuk tindakan ini dan meminta DPRK untuk menahan diri dari tindakan destabilisasi lebih lanjut," kata Komando Indo-Pasifik AS.
"Sementara kami telah menilai bahwa peristiwa ini tidak menimbulkan ancaman langsung terhadap personel AS, wilayah, atau sekutu kami, kami akan terus memantau situasi," sambung pernyataan itu seperti dilansir dari TASS.
Komando Indo-Pasifik AS menambahkan bahwa Amerika sedang berkonsultasi dengan Korea Selatan (Korsel) dan Jepang, serta sekutu regional dan mitra regional lainnya atas peluncuran tersebut. Korut menembakkan apa yang tampaknya menjadi rudal paling kuat yang telah diujinya sejak Presiden AS Joe Biden menjabat. Ini menjadi peluncuran ketujuh dalam sebulan terakhir.
"Sudah menjadi rahasia umum bahwa kegagalan situasi di Semenanjung Korea untuk dengan mudah keluar dari pusaran ketegangan yang diperparah hanya terletak pada kebijakan bermusuhan AS terhadap DPRK," kata Kementerian Luar Negeri Korut dalam sebuah pernyataan bahasa Inggris, seperti dikutip dari kantor berita Yonhap, Rabu (2/2/2022).
DPRK adalah singkatan dari Republik Rakyat Demokratik Korea, nama resmi Korut. Dalam pernyataan itu, Pyongyang juga mengutuk AS karena melakukan latihan perang bersama dengan Korsel dan mengklaim bahwa langkah itu telah menimbulkan ancaman besar bagi keamanan Utara.
"AS akan disarankan untuk menghentikan ancaman militernya terhadap negara kita dan menarik, sebelum hal lain, kebijakan permusuhannya terhadap DPRK, daripada mempublikasikan apa yang disebut 'solusi diplomatik' dan 'dialog'," tambah pernyataan tersebut.
Akhir pekan lalu, Korut meluncurkan rudal balistik jarak menengah yang kemudian diidentifikasi sebagai "rudal balistik jarak menengah dan jarak jauh tipe Hwasong 12." Peluncuran tersebut menandai uji coba rudal ketujuh Korut tahun ini.
AS langsung mengutuk peluncuran rudal itu. Komando Indo-Pasifik AS mengatakan bahwa peluncuran itu tidak menimbulkan ancaman bagi Amerika atau sekutunya. "Amerika Serikat mengutuk tindakan ini dan meminta DPRK untuk menahan diri dari tindakan destabilisasi lebih lanjut," kata Komando Indo-Pasifik AS.
"Sementara kami telah menilai bahwa peristiwa ini tidak menimbulkan ancaman langsung terhadap personel AS, wilayah, atau sekutu kami, kami akan terus memantau situasi," sambung pernyataan itu seperti dilansir dari TASS.
Komando Indo-Pasifik AS menambahkan bahwa Amerika sedang berkonsultasi dengan Korea Selatan (Korsel) dan Jepang, serta sekutu regional dan mitra regional lainnya atas peluncuran tersebut. Korut menembakkan apa yang tampaknya menjadi rudal paling kuat yang telah diujinya sejak Presiden AS Joe Biden menjabat. Ini menjadi peluncuran ketujuh dalam sebulan terakhir.
(esn)