AS Tekan China untuk Longgarkan Aturan COVID-19 bagi Para Diplomat
loading...
A
A
A
BEIJING - Amerika Serikat (AS) mendesak China untuk melonggarkan aturan karantina COVID-19 bagi para diplomat. Desakan ini muncul setelah Beijing menuduh Washington berusaha menyabotase Olimpiade Musim Dingin.
China, yang kini tengah mengejar kebijakan nol COVID-19, telah memberlakukan karantina wajib setidaknya 14 hari untuk penumpang internasional yang masuk dan telah berulang kali mengunci area utama.
Juru bicara Departemen Luar Negeri Ned Price mengatakan, AS telah mengadakan diskusi dengan China mengenai aturan karantina dan pengujian yang "berlawanan dengan hak istimewa dan kekebalan diplomatik".
"Kami telah merekomendasikan apa yang kami anggap sebagai serangkaian opsi yang masuk akal, bahwa kami akan konsisten dengan langkah-langkah mitigasi COVID-19. Dan, pada saat yang sama menyelaraskan dengan norma-norma diplomatik internasional," kata Price kepada wartawan, seperti dikutip dari Channel News Asia, Kamis (27/1/2022).
Menurutnya, tidak ada perubahan status operasional kedutaan di Beijing meskipun ada kekhawatiran. Global Times yang dikelola pemerintah China sebelumnya memperingatkan terhadap otorisasi apa pun oleh Departemen Luar Negeri untuk membiarkan karyawan atau keluarga pergi, menyebut China "tempat teraman di dunia".
“Keberangkatan seperti itu "hanya menciptakan kepanikan, memfitnah pekerjaan anti-epidemi China dan mengganggu keberhasilan tuan rumah Olimpiade Musim Dingin China," katanya.
China juga mengatakan kepada Amerika Serikat untuk berhenti "mencampuri" Olimpiade dalam panggilan telepon pada Rabu waktu Washington antara Menteri Luar Negeri Wang Yi dan Menteri Luar Negeri Antony Blinken.
Amerika Serikat telah mengumumkan bahwa para diplomatnya akan memboikot pembukaan Olimpiade pada 4 Februari karena masalah hak asasi manusia, sebuah langkah yang diikuti oleh beberapa sekutu AS.
Amerika Serikat menuduh China melakukan genosida terhadap Uyghur, dengan lebih dari 1 juta orang yang sebagian besar Muslim ditahan di kamp-kamp.
China, yang kini tengah mengejar kebijakan nol COVID-19, telah memberlakukan karantina wajib setidaknya 14 hari untuk penumpang internasional yang masuk dan telah berulang kali mengunci area utama.
Juru bicara Departemen Luar Negeri Ned Price mengatakan, AS telah mengadakan diskusi dengan China mengenai aturan karantina dan pengujian yang "berlawanan dengan hak istimewa dan kekebalan diplomatik".
"Kami telah merekomendasikan apa yang kami anggap sebagai serangkaian opsi yang masuk akal, bahwa kami akan konsisten dengan langkah-langkah mitigasi COVID-19. Dan, pada saat yang sama menyelaraskan dengan norma-norma diplomatik internasional," kata Price kepada wartawan, seperti dikutip dari Channel News Asia, Kamis (27/1/2022).
Menurutnya, tidak ada perubahan status operasional kedutaan di Beijing meskipun ada kekhawatiran. Global Times yang dikelola pemerintah China sebelumnya memperingatkan terhadap otorisasi apa pun oleh Departemen Luar Negeri untuk membiarkan karyawan atau keluarga pergi, menyebut China "tempat teraman di dunia".
“Keberangkatan seperti itu "hanya menciptakan kepanikan, memfitnah pekerjaan anti-epidemi China dan mengganggu keberhasilan tuan rumah Olimpiade Musim Dingin China," katanya.
China juga mengatakan kepada Amerika Serikat untuk berhenti "mencampuri" Olimpiade dalam panggilan telepon pada Rabu waktu Washington antara Menteri Luar Negeri Wang Yi dan Menteri Luar Negeri Antony Blinken.
Amerika Serikat telah mengumumkan bahwa para diplomatnya akan memboikot pembukaan Olimpiade pada 4 Februari karena masalah hak asasi manusia, sebuah langkah yang diikuti oleh beberapa sekutu AS.
Amerika Serikat menuduh China melakukan genosida terhadap Uyghur, dengan lebih dari 1 juta orang yang sebagian besar Muslim ditahan di kamp-kamp.
(esn)