China Kesal AS Tarik Staf Diplomatik di Tengah Pengetatan Aturan Pandemi
loading...
A
A
A
BEIJING - China menyatakan keprihatian serius dan ketidakpuasan terhadap Amerika Serikat (AS) atas laporan internal Departemen Luar Negeri untuk mengizinkan kepergian diplomat dan keluarganya dari negara itu di tengah pengetatan tindakan anti-pandemi.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri China Zhao Lijian mengatakan peraturan anti-virus China sejalan dengan perjanjian internasional yang mengatur perlakuan terhadap personel diplomatik dan negara itu tidak diragukan lagi adalah negara teraman di dunia saat ini.
China telah menerapkan kebijakan "tanpa toleransi" yang ketat terhadap COVID-19 , termasuk penguncian jutaan orang, larangan bepergian, mewajibkan penggunaan masker, pengujian massal, dan pengawasan kesehatan oleh aplikasi ponsel cerdas.
Kelas-kelas tatap muka, termasuk di sekolah internasional, dipindah menjadi kelas online dan hubungan perjalanan antara Beijing serta sebagian besar negara lainnya ditangguhkan. Persyaratan terbaru meminta pengujian siapa pun yang membeli obat batuk, demam, atau pilek.
Langkah-langkah tersebut dianggap berhasil mencegah wabah besar COVID-19, meskipun telah berdampak signifikan pada ekonomi lokal dan kualitas hidup.
“Meninggalkan tempat yang aman seperti itu hanya akan secara signifikan meningkatkan risiko infeksi bagi staf AS,” kata Zhao kepada wartawan pada briefing harian Rabu (26/1/2022).
“Kami menemukan keputusan AS membingungkan dan tidak dapat dibenarkan,” imbuhnya seperti dilansir dari AP.
Tidak jelas apakah ada staf kedutaan AS atau keluarganya yang telah meninggalkan China dalam beberapa hari terakhir, sementara Beijing memberlakukan penguncian di beberapa bagian kota menjelang pembukaan Olimpiade Musim Dingin 4 Februari di Ibu Kota dan sekitarnya.
Dalam sebuah pernyataan yang dikirim melalui email, seorang juru bicara Departemen Luar Negeri AS yang tidak disebutkan namanya mengatakan status operasi misi diplomatik AS di RRC tidak berubah, menggunakan inisial untuk Republik Rakyat China.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri China Zhao Lijian mengatakan peraturan anti-virus China sejalan dengan perjanjian internasional yang mengatur perlakuan terhadap personel diplomatik dan negara itu tidak diragukan lagi adalah negara teraman di dunia saat ini.
China telah menerapkan kebijakan "tanpa toleransi" yang ketat terhadap COVID-19 , termasuk penguncian jutaan orang, larangan bepergian, mewajibkan penggunaan masker, pengujian massal, dan pengawasan kesehatan oleh aplikasi ponsel cerdas.
Kelas-kelas tatap muka, termasuk di sekolah internasional, dipindah menjadi kelas online dan hubungan perjalanan antara Beijing serta sebagian besar negara lainnya ditangguhkan. Persyaratan terbaru meminta pengujian siapa pun yang membeli obat batuk, demam, atau pilek.
Langkah-langkah tersebut dianggap berhasil mencegah wabah besar COVID-19, meskipun telah berdampak signifikan pada ekonomi lokal dan kualitas hidup.
“Meninggalkan tempat yang aman seperti itu hanya akan secara signifikan meningkatkan risiko infeksi bagi staf AS,” kata Zhao kepada wartawan pada briefing harian Rabu (26/1/2022).
“Kami menemukan keputusan AS membingungkan dan tidak dapat dibenarkan,” imbuhnya seperti dilansir dari AP.
Tidak jelas apakah ada staf kedutaan AS atau keluarganya yang telah meninggalkan China dalam beberapa hari terakhir, sementara Beijing memberlakukan penguncian di beberapa bagian kota menjelang pembukaan Olimpiade Musim Dingin 4 Februari di Ibu Kota dan sekitarnya.
Dalam sebuah pernyataan yang dikirim melalui email, seorang juru bicara Departemen Luar Negeri AS yang tidak disebutkan namanya mengatakan status operasi misi diplomatik AS di RRC tidak berubah, menggunakan inisial untuk Republik Rakyat China.