PBB: Kehancuran Total Topan Rai karena Sikap Meremehkan
loading...
A
A
A
NEW YORK - PBB menyatakan, kehancuran yang disebabkan oleh Topan Rai di Filipina , salah satunya disebabkan oleh sikap sangat meremehkan dalam penilaian awal. Saat ini, setidaknya ada 9 juta orang yang terkena dampak serius Topan Rai.
Jumlah ini tiga kali lipat dari perkiraan awal. "Satu bulan sejak pendaratan pertama Super Typhoon Rai, kami menyadari bahwa kami telah sangat meremehkan skala kehancuran," kata Koordinator Residen PBB di Filipina, Gustavo Gonzalez pada AFP, seperti dikutip dari Channel News Asia, Jumat (21/1/2022).
Dalam pengarahan virtual itu, Gonzalez mengatakan, lebih dari 1,5 juta rumah rusak atau hancur dalam badai - hampir sepertiga lebih banyak dari Topan Super Haiyan 2013.
“Lebih banyak sumber daya sangat dibutuhkan. Hanya 40 persen dari dana yang telah diterima,” kata Gonzalez. Ia menyerukan solidaritas dengan Filipina untuk menghindari topan menjadi "krisis yang terlupakan".
Daerah yang dilanda topan sudah berjuang dengan COVID-19, kemiskinan dan kekurangan gizi telah membuat ekonomi mereka "benar-benar rata". "Ini adalah wilayah yang sangat rapuh," tambah Gonzalez.
Sebuah kampanye PBB untuk mengumpulkan USD107,2 juta bantuan bagi para korban diluncurkan seminggu setelah badai melanda wilayah selatan dan tengah kepulauan itu pada 16 Desember. Badai itu menyebabkan 406 orang tewas dan ratusan ribu kehilangan tempat tinggal.
Kelompok-kelompok kemanusiaan telah bekerja sama dengan pemerintah untuk mendistribusikan paket makanan, air minum, tenda dan bahan untuk membangun kembali rumah. Namun skala bencana, kurangnya listrik dan komunikasi di beberapa daerah, serta menipisnya kas pemerintah pasca penanganan COVID-19 menghambat upaya penyaluran bantuan.
Lonjakan infeksi yang dipicu oleh Omicron juga memaksa pekerja bantuan ke dalam isolasi dan membuat perjalanan menjadi lebih sulit. “Hujan terus-menerus di wilayah itu menambah kesengsaraan. Kita berbicara tentang krisis di dalam krisis, kata Gonzalez.
Rai, topan terkuat yang melanda Filipina tahun lalu, meningkat lebih cepat dari yang diperkirakan, kata para pejabat sebelumnya. Para ilmuwan telah lama memperingatkan bahwa topan menguat lebih cepat ketika dunia menjadi lebih hangat karena perubahan iklim yang didorong oleh manusia.
Filipina – peringkat tertingi di antara negara-negara yang paling rentan terhadap dampaknya - dilanda rata-rata 20 badai setiap tahun. Pada tahun 2013, Topan Haiyan adalah badai terkuat yang pernah mendarat, menyebabkan lebih dari 7.300 orang tewas atau hilang.
Jumlah ini tiga kali lipat dari perkiraan awal. "Satu bulan sejak pendaratan pertama Super Typhoon Rai, kami menyadari bahwa kami telah sangat meremehkan skala kehancuran," kata Koordinator Residen PBB di Filipina, Gustavo Gonzalez pada AFP, seperti dikutip dari Channel News Asia, Jumat (21/1/2022).
Dalam pengarahan virtual itu, Gonzalez mengatakan, lebih dari 1,5 juta rumah rusak atau hancur dalam badai - hampir sepertiga lebih banyak dari Topan Super Haiyan 2013.
“Lebih banyak sumber daya sangat dibutuhkan. Hanya 40 persen dari dana yang telah diterima,” kata Gonzalez. Ia menyerukan solidaritas dengan Filipina untuk menghindari topan menjadi "krisis yang terlupakan".
Daerah yang dilanda topan sudah berjuang dengan COVID-19, kemiskinan dan kekurangan gizi telah membuat ekonomi mereka "benar-benar rata". "Ini adalah wilayah yang sangat rapuh," tambah Gonzalez.
Sebuah kampanye PBB untuk mengumpulkan USD107,2 juta bantuan bagi para korban diluncurkan seminggu setelah badai melanda wilayah selatan dan tengah kepulauan itu pada 16 Desember. Badai itu menyebabkan 406 orang tewas dan ratusan ribu kehilangan tempat tinggal.
Kelompok-kelompok kemanusiaan telah bekerja sama dengan pemerintah untuk mendistribusikan paket makanan, air minum, tenda dan bahan untuk membangun kembali rumah. Namun skala bencana, kurangnya listrik dan komunikasi di beberapa daerah, serta menipisnya kas pemerintah pasca penanganan COVID-19 menghambat upaya penyaluran bantuan.
Lonjakan infeksi yang dipicu oleh Omicron juga memaksa pekerja bantuan ke dalam isolasi dan membuat perjalanan menjadi lebih sulit. “Hujan terus-menerus di wilayah itu menambah kesengsaraan. Kita berbicara tentang krisis di dalam krisis, kata Gonzalez.
Rai, topan terkuat yang melanda Filipina tahun lalu, meningkat lebih cepat dari yang diperkirakan, kata para pejabat sebelumnya. Para ilmuwan telah lama memperingatkan bahwa topan menguat lebih cepat ketika dunia menjadi lebih hangat karena perubahan iklim yang didorong oleh manusia.
Filipina – peringkat tertingi di antara negara-negara yang paling rentan terhadap dampaknya - dilanda rata-rata 20 badai setiap tahun. Pada tahun 2013, Topan Haiyan adalah badai terkuat yang pernah mendarat, menyebabkan lebih dari 7.300 orang tewas atau hilang.
(esn)