Hotel Terapung Dhaka, Penjaga Impian Kaum Miskin Bangladesh
loading...
A
A
A
“Jika saya tinggal di kamar bersama di mana saja di Dhaka, saya harus menghabiskan uang dua kali lipat. Jadi, hotel terapung ini merupakan solusi yang baik bagi saya. Saya tidak perlu mengeluarkan uang untuk berkendara setiap hari,” ungkap dia.
Bagi Abdul Hakim yang berusia 62 tahun, kamar di atas sungai itu telah menjadi rumahnya selama beberapa dekade.
Penjual buah itu tiba di Dhaka sekitar 40 tahun yang lalu dan sebagian besar waktu itu tinggal di ruangan hotel apung dengan 15 tempat tidur.
Ia berasal dari desa di distrik Pabna, 160 kilometer dari ibu kota, dan dengan menabung uang akomodasinya, dia mampu menyekolahkan kelima anaknya.
“Untuk bermalam di sini, saya hanya perlu membayar setengah dolar,” ungkap dia.
Dia menjelaskan, “Putri sulung saya menyelesaikan kelulusannya dari satu perguruan tinggi di Pabna. Jika saya menghabiskan lebih banyak untuk akomodasi, saya tidak akan dapat menyediakan uang untuk pendidikan anak-anak.”
Bagi Abdul Hakim yang berusia 62 tahun, kamar di atas sungai itu telah menjadi rumahnya selama beberapa dekade.
Penjual buah itu tiba di Dhaka sekitar 40 tahun yang lalu dan sebagian besar waktu itu tinggal di ruangan hotel apung dengan 15 tempat tidur.
Ia berasal dari desa di distrik Pabna, 160 kilometer dari ibu kota, dan dengan menabung uang akomodasinya, dia mampu menyekolahkan kelima anaknya.
“Untuk bermalam di sini, saya hanya perlu membayar setengah dolar,” ungkap dia.
Dia menjelaskan, “Putri sulung saya menyelesaikan kelulusannya dari satu perguruan tinggi di Pabna. Jika saya menghabiskan lebih banyak untuk akomodasi, saya tidak akan dapat menyediakan uang untuk pendidikan anak-anak.”
(sya)