Pakistan Beli J-10 China, Jet Tempur Israel yang Dibuang 34 Tahun Silam
loading...
A
A
A
TEL AVIV - Pakistan telah mengumumkan kesepakatan untuk membeli 25 unit jet tempur J-10 China . Jet tempur ini pembuatannya diyakini didasarkan pada pesawat Lavi yang dibuat dan dibatalkan produksinya oleh Israel 34 tahun yang lalu.
Menteri Dalam Negeri Pakistan Sheikh Rashid Ahmad mengumumkan pembelian 25 jet tempur tersebut, yang katanya akan berfungsi sebagai penyeimbang bagi pesawat tempur baru Dassault Rafale Prancis yang akan segera diterjunkan oleh rivalnya; India.
Menurut Forbes, Selasa (4/1/2022), baik China maupun Pakistan tidak secara resmi mengomentari pernyataan Ahmad mengenai pemberlian jet tempur J-10, yang diyakini banyak pakar didasarkan pada teknologi yang dikembangkan oleh Israel Aircraft Industries pada 1980-an.
Pengembangan proyek multi-miliar dolar Lavi yang kontroversial dihentikan pada Agustus 1987 ketika kabinet Perdana Menteri Yitzhak Shamir saat itu voting 13:12 untuk menghentikan proyek. Penghentian itu mengadopsi kompromi yang diusulkan oleh wakil
perdana menteri saat itu, Shimon Peres, untuk mengakhirinya sambil mengalokasikan USD100 juta ke Israel Aerospace Industries untuk pengembangan "teknologi masa depan".
Biaya yang terus meningkat dan tekanan Amerika Serikat (AS) menghancurkan proyek tersebut, dengan pemerintahan Ronald Reagan sangat mendesak penghentian proyek, memberi tahu Israel bahwa AS akan membantunya mempertahankan penelitian dan pengembangan teknologi tingkat tinggi setelah Lavi dihapus.
Dalam sebuah surat yang dikirim sebelum pembatalan proyek, AS menawarkan untuk membantu Israel mengembangkan infrastruktur penelitian dan pengembangan untuk industri pertahanan. Itu juga menawarkan untuk terus membantu membiayai penerbangan uji coba Israel dari prototipe Lavi untuk mengembangkan sistem avionik.
Pada tahun 1988, Menteri Pertahanan Israel saat itu; Yitzhak Rabin, membantah laporan Sunday Times dari London bahwa Israel telah setuju untuk menjual teknologi rudal canggih ke China, dan untuk membantu Beijing mengembangkan pesawat tempur menggunakan teknologi yang berasal dari Lavi.
Kedua negara belum memiliki hubungan diplomatik resmi pada saat itu. Jet tempur J-10 melakukan penerbangan pertamanya pada tahun 1998.
Menulis di Haaretz pada tahun 2017, Moshe Arens, salah satu pendukung utama proyek Lavi di pemerintahan Shamir, berpendapat bahwa pembatalan tersebut adalah hasil dari "manipulasi politik di belakang layar" dan menuduh perwakilan Angkatan Udara berbohong kepada kabinet mengenai kelayakan proyek.
Sebagai tanggapan, Kobi Richter, mantan kepala Departemen Senjata Angkatan Udara, menulis bahwa pembatalan proyek jet tempur Lavi telah menyelamatkan negara dari Holocaust ekonomi dan kesalahan kritis dalam membangun kekuatan militernya.
Armada pesawat tempur Israel secara eksklusif terdiri dari jet tempur AS. Februari lalu, Israel mengumumkan bahwa mereka membeli empat pesawat pengisian bahan bakar baru dan skuadron lain—ketiga Israel—dari 25 pesawat tempur siluman F-35.
Menteri Dalam Negeri Pakistan Sheikh Rashid Ahmad mengumumkan pembelian 25 jet tempur tersebut, yang katanya akan berfungsi sebagai penyeimbang bagi pesawat tempur baru Dassault Rafale Prancis yang akan segera diterjunkan oleh rivalnya; India.
Menurut Forbes, Selasa (4/1/2022), baik China maupun Pakistan tidak secara resmi mengomentari pernyataan Ahmad mengenai pemberlian jet tempur J-10, yang diyakini banyak pakar didasarkan pada teknologi yang dikembangkan oleh Israel Aircraft Industries pada 1980-an.
Pengembangan proyek multi-miliar dolar Lavi yang kontroversial dihentikan pada Agustus 1987 ketika kabinet Perdana Menteri Yitzhak Shamir saat itu voting 13:12 untuk menghentikan proyek. Penghentian itu mengadopsi kompromi yang diusulkan oleh wakil
perdana menteri saat itu, Shimon Peres, untuk mengakhirinya sambil mengalokasikan USD100 juta ke Israel Aerospace Industries untuk pengembangan "teknologi masa depan".
Biaya yang terus meningkat dan tekanan Amerika Serikat (AS) menghancurkan proyek tersebut, dengan pemerintahan Ronald Reagan sangat mendesak penghentian proyek, memberi tahu Israel bahwa AS akan membantunya mempertahankan penelitian dan pengembangan teknologi tingkat tinggi setelah Lavi dihapus.
Dalam sebuah surat yang dikirim sebelum pembatalan proyek, AS menawarkan untuk membantu Israel mengembangkan infrastruktur penelitian dan pengembangan untuk industri pertahanan. Itu juga menawarkan untuk terus membantu membiayai penerbangan uji coba Israel dari prototipe Lavi untuk mengembangkan sistem avionik.
Pada tahun 1988, Menteri Pertahanan Israel saat itu; Yitzhak Rabin, membantah laporan Sunday Times dari London bahwa Israel telah setuju untuk menjual teknologi rudal canggih ke China, dan untuk membantu Beijing mengembangkan pesawat tempur menggunakan teknologi yang berasal dari Lavi.
Kedua negara belum memiliki hubungan diplomatik resmi pada saat itu. Jet tempur J-10 melakukan penerbangan pertamanya pada tahun 1998.
Menulis di Haaretz pada tahun 2017, Moshe Arens, salah satu pendukung utama proyek Lavi di pemerintahan Shamir, berpendapat bahwa pembatalan tersebut adalah hasil dari "manipulasi politik di belakang layar" dan menuduh perwakilan Angkatan Udara berbohong kepada kabinet mengenai kelayakan proyek.
Sebagai tanggapan, Kobi Richter, mantan kepala Departemen Senjata Angkatan Udara, menulis bahwa pembatalan proyek jet tempur Lavi telah menyelamatkan negara dari Holocaust ekonomi dan kesalahan kritis dalam membangun kekuatan militernya.
Armada pesawat tempur Israel secara eksklusif terdiri dari jet tempur AS. Februari lalu, Israel mengumumkan bahwa mereka membeli empat pesawat pengisian bahan bakar baru dan skuadron lain—ketiga Israel—dari 25 pesawat tempur siluman F-35.
(min)