Terungkap, Pembelot Korsel Pernah Membelot dari Korut
loading...
A
A
A
SEOUL - Seseorang yang melarikan diri ke Korea Utara (Korut) dari Korea Selatan (Korsel) diduga warga Korea Utara yang sebelumnya telah melintasi perbatasan dan memasuki Korsel.
Pernyataan itu diungkapkan Kementerian Pertahanan Korsel ke media pada Senin (3/1/2022).
Orang tersebut terlihat melintasi penghalang perbatasan ke Korut pada Sabtu malam (1/1/2022). Identitasnya tidak diungkapkan.
“Mengenai penyeberangan perbatasan, pihak berwenang menganggap orang tersebut adalah pembelot Korea Utara dan sedang dalam proses memverifikasi fakta terkait,” papar kementerian itu dalam pernyataan kepada kantor berita Yonhap, Senin.
Pembelot itu dilaporkan diyakini sebagai seorang pria yang memanjat pagar di area yang sama di perbatasan bersama dan memasuki Korea Selatan pada November 2020.
Pada Minggu, Korea Selatan mengirim pesan ke Korea Utara di perbatasan melalui jalur komunikasi militer terkait insiden itu.
“Insiden itu menimbulkan kekhawatiran di Seoul, yang berjanji memperketat keamanan perbatasan pada akhir 2020 dalam upaya mencegah penyeberangan ilegal,” ungkap laporan Yonhap.
Sementara itu,Presiden Korea Selatan (Korsel) Moon Jae-in mengatakan perdamaian yang berarti dengan Korea Utara tidak dapat dicapai tanpa semacam kesepakatan formal.
Kesepakatan damai antara kedua negara tidak ditandatangani pada akhir Perang Korea pada 1950-an.
“Saya tidak akan menghentikan upaya melembagakan perdamaian berkelanjutan,” ungkap Moon dalam pesan Tahun Baru pada Senin (3/1/2021).
Menurut kantor berita Yonhap, presiden tampaknya mengacu pada kemungkinan adopsi deklarasi yang secara resmi akan mengakhiri Perang Korea.
Konflik, yang berkecamuk antara 1950 dan 1953, berakhir dengan gencatan senjata yang ditengahi secara internasional dan pembentukan zona demiliterisasi yang memisahkan Korea Utara dan Korea Selatan.
Kesepakatan damai formal dipandang sebagai elemen kunci dalam normalisasi hubungan antara Pyongyang dan Seoul.
“Jika kita melanjutkan dialog dan kerja sama, komunitas internasional akan merespons,” ujar Moon, yang masa jabatannya selama lima tahun berakhir pada Mei.
Dia menjelaskan, “Pemerintah akan mengejar normalisasi hubungan antar-Korea dan jalan perdamaian yang tidak dapat diubah sampai akhir.”
“Perdamaian adalah prasyarat penting untuk kemakmuran. Tapi, perdamaian cenderung goyah jika tidak dilembagakan,” tutur dia.
Pernyataan itu diungkapkan Kementerian Pertahanan Korsel ke media pada Senin (3/1/2022).
Orang tersebut terlihat melintasi penghalang perbatasan ke Korut pada Sabtu malam (1/1/2022). Identitasnya tidak diungkapkan.
“Mengenai penyeberangan perbatasan, pihak berwenang menganggap orang tersebut adalah pembelot Korea Utara dan sedang dalam proses memverifikasi fakta terkait,” papar kementerian itu dalam pernyataan kepada kantor berita Yonhap, Senin.
Pembelot itu dilaporkan diyakini sebagai seorang pria yang memanjat pagar di area yang sama di perbatasan bersama dan memasuki Korea Selatan pada November 2020.
Pada Minggu, Korea Selatan mengirim pesan ke Korea Utara di perbatasan melalui jalur komunikasi militer terkait insiden itu.
“Insiden itu menimbulkan kekhawatiran di Seoul, yang berjanji memperketat keamanan perbatasan pada akhir 2020 dalam upaya mencegah penyeberangan ilegal,” ungkap laporan Yonhap.
Sementara itu,Presiden Korea Selatan (Korsel) Moon Jae-in mengatakan perdamaian yang berarti dengan Korea Utara tidak dapat dicapai tanpa semacam kesepakatan formal.
Kesepakatan damai antara kedua negara tidak ditandatangani pada akhir Perang Korea pada 1950-an.
“Saya tidak akan menghentikan upaya melembagakan perdamaian berkelanjutan,” ungkap Moon dalam pesan Tahun Baru pada Senin (3/1/2021).
Menurut kantor berita Yonhap, presiden tampaknya mengacu pada kemungkinan adopsi deklarasi yang secara resmi akan mengakhiri Perang Korea.
Konflik, yang berkecamuk antara 1950 dan 1953, berakhir dengan gencatan senjata yang ditengahi secara internasional dan pembentukan zona demiliterisasi yang memisahkan Korea Utara dan Korea Selatan.
Kesepakatan damai formal dipandang sebagai elemen kunci dalam normalisasi hubungan antara Pyongyang dan Seoul.
“Jika kita melanjutkan dialog dan kerja sama, komunitas internasional akan merespons,” ujar Moon, yang masa jabatannya selama lima tahun berakhir pada Mei.
Dia menjelaskan, “Pemerintah akan mengejar normalisasi hubungan antar-Korea dan jalan perdamaian yang tidak dapat diubah sampai akhir.”
“Perdamaian adalah prasyarat penting untuk kemakmuran. Tapi, perdamaian cenderung goyah jika tidak dilembagakan,” tutur dia.
(sya)