Varian Omicron Merebak, Ribuan Penerbangan di Seluruh Dunia Dibatalkan
loading...
A
A
A
WASHINGTON - Lebih dari 1.300 penerbangan di seluruh dunia dibatalkan para hari Minggu (26/12/2021). Akibatnya banyak pelancong yang menderita karena gagal terbang untuk menghabiskan libur Natal dan akhir tahun.
Menurut situs pelacak penerbangan FlightAware sebanyak 5.700 penerbangan telah dibatalkan pada Malam Natal, Hari Natal dan lusa seperti dilansir dari BBC.
Maskapai penerbangan dari China dan Amerika Serikat (AS) tampaknya menjadi yang paling terpukul. Gangguan diperkirakan akan berlanjut hingga hari Senin esok.
Perusahaan beralasan kekurangan staf akibat varian Omicron yang menyebar dengan cepat. Mereka mengatakan pembatalan penerbangan dikarenakan hasil tes COVID-19 awak maskapai positif, atau dipaksa untuk mengisolasikan diri.
Meskipun temuan awal bahwa Omicron lebih ringan daripada varian lainnya, para ilmuwan khawatir dengan banyaknya infeksi yang tercatat.
Menurut FlightAware lebih dari 450 penerbangan ke atau dari bandara AS telah dibatalkan pada hari Minggu. Maskapai penerbangan AS yang paling terpukul adalah Delta, United dan JetBlue.
"Lonjakan kasus Omicrona telah berdampak langsung pada awak penerbangan dan orang-orang yang menjalankan operasi kami," United Airlines memberikan peringatakan sebelumnya.
Pihak maskapai juga menambahkan bahwa mereka menghubungi penumpang yang terkena dampak sebelum mereka datang ke bandara.
Omicron sekarang adalah strain dominan di AS.
Namun, maskapai tunggal yang paling terpengaruh tampaknya China Eastern dengan lebih dari 350 penerbangan dibatalkan pada hari Minggu.
Bandara di kota Xi'an, China utara telah melaporkan hampir 100 pembatalan penerbangan. Ini adalah jumlah tertinggi sejauh ini.
Lebih dari 13 juta orang di Xi'an baru-baru ini diperintahkan untuk tinggal di rumah ketika pihak berwenang berusaha untuk mengatasi wabah COVID-19 di sana.
Bandara Heathrow di London telah melihat 56 penerbangan dibatalkan pada hari Minggu sejauh ini.
Secara keseluruhan, maskapai global telah membatalkan sekitar 5.700 penerbangan sejak Jumat lalu.
Menurut Universitas Johns Hopkins Amerika hampir 5,4 juta orang telah meninggal karena virus Corona baru di seluruh dunia. Ada lebih dari 279 juta kasus yang dikonfirmasi.
Menurut situs pelacak penerbangan FlightAware sebanyak 5.700 penerbangan telah dibatalkan pada Malam Natal, Hari Natal dan lusa seperti dilansir dari BBC.
Maskapai penerbangan dari China dan Amerika Serikat (AS) tampaknya menjadi yang paling terpukul. Gangguan diperkirakan akan berlanjut hingga hari Senin esok.
Perusahaan beralasan kekurangan staf akibat varian Omicron yang menyebar dengan cepat. Mereka mengatakan pembatalan penerbangan dikarenakan hasil tes COVID-19 awak maskapai positif, atau dipaksa untuk mengisolasikan diri.
Meskipun temuan awal bahwa Omicron lebih ringan daripada varian lainnya, para ilmuwan khawatir dengan banyaknya infeksi yang tercatat.
Menurut FlightAware lebih dari 450 penerbangan ke atau dari bandara AS telah dibatalkan pada hari Minggu. Maskapai penerbangan AS yang paling terpukul adalah Delta, United dan JetBlue.
"Lonjakan kasus Omicrona telah berdampak langsung pada awak penerbangan dan orang-orang yang menjalankan operasi kami," United Airlines memberikan peringatakan sebelumnya.
Pihak maskapai juga menambahkan bahwa mereka menghubungi penumpang yang terkena dampak sebelum mereka datang ke bandara.
Omicron sekarang adalah strain dominan di AS.
Namun, maskapai tunggal yang paling terpengaruh tampaknya China Eastern dengan lebih dari 350 penerbangan dibatalkan pada hari Minggu.
Bandara di kota Xi'an, China utara telah melaporkan hampir 100 pembatalan penerbangan. Ini adalah jumlah tertinggi sejauh ini.
Lebih dari 13 juta orang di Xi'an baru-baru ini diperintahkan untuk tinggal di rumah ketika pihak berwenang berusaha untuk mengatasi wabah COVID-19 di sana.
Bandara Heathrow di London telah melihat 56 penerbangan dibatalkan pada hari Minggu sejauh ini.
Secara keseluruhan, maskapai global telah membatalkan sekitar 5.700 penerbangan sejak Jumat lalu.
Menurut Universitas Johns Hopkins Amerika hampir 5,4 juta orang telah meninggal karena virus Corona baru di seluruh dunia. Ada lebih dari 279 juta kasus yang dikonfirmasi.
(ian)