Diam-diam, Arab Saudi Bangun Rudal Balistik Sendiri dengan Bantuan China
loading...
A
A
A
RIYADH - Arab Saudi secara aktif mengejar pembuatan rudal balistik dengan bantuan dari China. CNN melaporkan informasi itu pada Kamis (23/12/2021).
Badan-badan intelijen Amerika Serikat (AS) mengatakan citra satelit membuktikan Saudi ingin membangun rudal balikstik sendiri daripada membeli senjata dari China.
Kekhawatirannya adalah inisiatif tersebut dapat menyebabkan Iran, saingan berat Arab Saudi, menolak tekanan untuk berhenti mengejar program nuklir dan rudalnya.
Citra satelit konon menunjukkan fasilitas manufaktur rudal Saudi dan lokasi uji coba rudal balistik.
Pertanyaannya adalah bagaimana Iran akan bereaksi. Saat ini Iran sedang melakukan negosiasi ulang dengan kekuatan Barat terkait kesepakatan nuklir 2015.
"Produksi rudal balistik dalam negeri oleh Arab Saudi menunjukkan setiap upaya diplomatik untuk mengendalikan proliferasi rudal perlu melibatkan aktor regional lainnya, seperti Arab Saudi dan Israel, yang memproduksi rudal balistik mereka sendiri," papar Jeffrey Lewis, ahli senjata sekaligus profesor di Institut Studi Internasional Middlebury, mengatakan kepada CNN.
Program rudal Saudi dengan bantuan teknis China juga dapat mempengaruhi upaya pemerintahan Presiden AS Joe Biden untuk mencairkan hubungan dengan Beijing.
Dalam pernyataan kepada CNN, juru bicara Kementerian Luar Negeri China mengabaikan perkembangan tersebut.
"Kerja sama semacam itu tidak melanggar hukum internasional dan tidak melibatkan proliferasi senjata pemusnah massal," ungkap perwakilan China itu dalam pernyataan singkat.
AS telah mengetahui program rudal Saudi yang berasal dari pemerintahan mantan Presiden Donald Trump.
Di era Trump, AS membiarkan masalah itu berlalu, dengan demikian memberikan persetujuan diam-diam kepada Saudi terkait kerja sama dengan China.
“Biasanya, AS akan menekan Arab Saudi untuk tidak mengejar kemampuan ini, tetapi indikator pertama bahwa Saudi mengejar kemampuan ini secara asli muncul selama era Trump. Pemerintahan Trump tidak tertarik bertikai dengan Riyadh atas masalah ini," ungkap Ankit Panda, ahli kebijakan nuklir dan senjata di Carnegie Endowment for International Peace.
Badan-badan intelijen Amerika Serikat (AS) mengatakan citra satelit membuktikan Saudi ingin membangun rudal balikstik sendiri daripada membeli senjata dari China.
Kekhawatirannya adalah inisiatif tersebut dapat menyebabkan Iran, saingan berat Arab Saudi, menolak tekanan untuk berhenti mengejar program nuklir dan rudalnya.
Citra satelit konon menunjukkan fasilitas manufaktur rudal Saudi dan lokasi uji coba rudal balistik.
Pertanyaannya adalah bagaimana Iran akan bereaksi. Saat ini Iran sedang melakukan negosiasi ulang dengan kekuatan Barat terkait kesepakatan nuklir 2015.
"Produksi rudal balistik dalam negeri oleh Arab Saudi menunjukkan setiap upaya diplomatik untuk mengendalikan proliferasi rudal perlu melibatkan aktor regional lainnya, seperti Arab Saudi dan Israel, yang memproduksi rudal balistik mereka sendiri," papar Jeffrey Lewis, ahli senjata sekaligus profesor di Institut Studi Internasional Middlebury, mengatakan kepada CNN.
Program rudal Saudi dengan bantuan teknis China juga dapat mempengaruhi upaya pemerintahan Presiden AS Joe Biden untuk mencairkan hubungan dengan Beijing.
Dalam pernyataan kepada CNN, juru bicara Kementerian Luar Negeri China mengabaikan perkembangan tersebut.
"Kerja sama semacam itu tidak melanggar hukum internasional dan tidak melibatkan proliferasi senjata pemusnah massal," ungkap perwakilan China itu dalam pernyataan singkat.
AS telah mengetahui program rudal Saudi yang berasal dari pemerintahan mantan Presiden Donald Trump.
Di era Trump, AS membiarkan masalah itu berlalu, dengan demikian memberikan persetujuan diam-diam kepada Saudi terkait kerja sama dengan China.
“Biasanya, AS akan menekan Arab Saudi untuk tidak mengejar kemampuan ini, tetapi indikator pertama bahwa Saudi mengejar kemampuan ini secara asli muncul selama era Trump. Pemerintahan Trump tidak tertarik bertikai dengan Riyadh atas masalah ini," ungkap Ankit Panda, ahli kebijakan nuklir dan senjata di Carnegie Endowment for International Peace.
(sya)