Taliban Tembak Mati Gadis Cilik Afghanistan yang Bersiap Kabur ke Kanada

Sabtu, 18 Desember 2021 - 02:31 WIB
loading...
Taliban Tembak Mati...
Nazifa, gadis 10 tahun yang ditembak mati pasukan Taliban di Kandahar, Afghanistan. Dia dan keluarganya sebenarnya sedang bersiap untuk melarikan diri ke Kanada. Foto/Screenshot Global News
A A A
KANDAHAR - Pasukan Taliban menembak mati gadis Afghanistan yang baru berusia 10 tahun. Gadis cilik itu ditembak ketika dia dan keluarganya sedang bersiap untuk melarikan diri ke Kanada.

Korban bernama Nazifa. Dia tewas ketika tembakan diletuskan di dekat pos pemeriksaan Taliban di Kandahar pada malam 10 Desember 2021.

Keluarga Nazifa hendak kabur ke Kanada di bawah program imigrasi untuk warga Afghanistan yang pernah bekerja untuk pasukan Kanada.



Pembunuhan gadis cilik itu telah dikonfirmasi ayahnya dan kelompok veteran Kanada "Aman Lara" saat diwawancarai Global News.

Sang ayah telah bekerja untuk militer Kanada di Kandahar hingga 2011. Keluarga Nazifa telah disetujui untuk dimukimkan kembali oleh Kanada, tetapi terjebak di Afghanistan karena kurangnya upaya evakuasi.

"Saya dapat mengonfirmasi bahwa keluarga ini memang memiliki persetujuan untuk datang ke Kanada, dan mereka tidak berhasil tepat waktu, dan itu adalah contoh yang sangat menyentuh tentang apa yang bisa terjadi," kata Kynan Walper, juru bicara Aman Lara.

Ayah Nazifa, Bashir, mengatakan putrinya adalah siswi berprestasi dan sedang belajar bahasa Inggris untuk mempersiapkan kehidupan barunya di Kanada. Bashir meminta untuk diidentifikasi hanya dengan nama depannya demi alasan keamanan.

Korban kembali dari acara pernikahan keluarga sekitar pukul 23.00 malam pada hari Jumat ketika mobil yang dia tumpangi melewati pos pemeriksaan Taliban, tetapi kemudian mendapat tembakan.

Kendaraan itu menabrak sebuah gedung dan terbakar. Nazifa tewas seketika dan tiga lainnya terluka.

Juru bicara Menteri Imigrasi Kanada Sean Fraser, Alexander Cohen, menyebut pembunuhan itu "tragis dan memilukan."

“Kami mengutuk tindakan kekerasan yang tidak masuk akal oleh Taliban ini, dan pikiran kami bersama keluarganya pada saat yang sangat sulit ini,” kata Cohen yang dilansir Jumat (17/12/2021).

Kubu Konservatif mengatakan komite parlemen yang dibentuk pekan lalu oleh partai-partai oposisi akan memeriksa apa yang terjadi pada gadis cilik itu dan keluarganya.

"Kami membutuhkan jawaban dari pemerintah federal mengapa keluarga ini tidak bisa keluar dari Afghanistan tepat waktu," kata pemimpin Konservatif, Erin O'Toole.

Tidak jelas mengapa Taliban menembak kendaraan keluarga itu. Bashir mengatakan mereka mungkin menjadi sasaran karena dia bekerja untuk pasukan Kanada dan Amerika Serikat (AS), tetapi ada juga indikasi bahwa itu adalah akibat dari kelalaian Taliban.

Saudara ipar Bashir, Mohammad, mengatakan pengemudi kendaraan mengira dia telah diizinkan melewati pos pemeriksaan, tetapi ketika dia melakukannya, Taliban mulai menembak.

Bashir mengatakan keluarganya berada di Kandahar untuk mempersiapkan aplikasi mereka untuk paspor Afghanistan, yang mereka butuhkan untuk memasuki negara tetangga seperti Pakistan dan menuju Kanada.

“Saya meminta pemerintah Kanada untuk membantu kami keluar dari negara ini, dan mengeluarkan kami dari ketakutan yang kami alami sekarang ini,” kata Bashir, berbicara melalui seorang penerjemah.

Bashir mengatakan dia adalah seorang tukang kayu untuk pasukan Kanada dari 2006 hingga 2011.

Walper mengatakan keluarga itu telah disetujui untuk datang ke Kanada tetapi termasuk di antara banyak yang tidak dapat meninggalkan Afghanistan.

"Saya dapat mengonfirmasi bahwa orang ini adalah anggota keluarga pelamar utama yang memiliki hubungan dengan pasukan Kanada," katanya. “Dia telah bekerja bersama pasukan Kanada dan pekerjaan itu menempatkan mereka pada risiko yang signifikan.”

Aman Lara membenarkan bahwa keluarga itu ada dalam daftar pengungsi yang coba dibantu, dan mengatakan kematian korban menunjukkan risiko akibat penundaan upaya pemukiman kembali Afghanistan.

“Ada seorang gadis berusia 10 tahun yang tertembak...ketika dia seharusnya dalam perjalanan ke Kanada. Ini dapat dihindari dan itu pasti akan terjadi, dan itu akan terjadi lebih banyak lagi," kata Walper.

“Kami perlu melakukan yang lebih baik, dan saya mengerti bahwa semua orang berusaha, tetapi kami perlu melakukan yang lebih baik, kami perlu mengambil ini,” katanya.

“Kita perlu menyelesaikan kemacetan, di mana pun mereka berada, apakah itu melalui penerbangan, apakah itu melalui pergerakan darat, apakah itu melalui kerja sama dengan negara lain, kita perlu melanjutkan ini dengan urgensi baru jadi ini tidak terjadi lagi.”

Sementara pemerintah Kanada mengatakan akan memukimkan kembali warga Afghanistan yang membantu misi militer di Kandahar, empat bulan setelah Taliban merebut Kabul, kurang dari 3.800 telah tiba. Sebanyak 1.755 lainnya telah datang ke Kanada melalui program kemanusiaan.

Ribuan lainnya masih terdampar di negara itu karena penangguhan penerbangan evakuasi, dan langkah-langkah pengendalian perbatasan di negara-negara tetangga yang mencegah mereka melarikan diri.

Cohen mengatakan ribuan pelamar telah sepenuhnya diproses tetapi meninggalkan negara itu sangat menantang karena campur tangan Taliban dan pergeseran persyaratan dalam dokumentasi baik dari Taliban dan negara-negara di kawasan tersebut.

“Kami terus bekerja dengan sekutu kami, dan serangkaian mitra lainnya, untuk menemukan rute baru bagi warga Afghanistan untuk meninggalkan negara itu dan menuju Kanada," ujarnya.

Saat mencari pengakuan internasional dan dimulainya kembali bantuan asing, Taliban telah bersumpah untuk tidak membalas terhadap mantan musuhnya. Tetapi mengingat sejarah panjang Taliban dalam membunuh warga Afghanistan yang mendukung pasukan internasional, penduduk setempat yang bekerja untuk militer Kanada khawatir mereka akan menjadi sasaran.

Wakil Komisaris Tinggi PBB untuk Hak Asasi Manusia, Nada Al-Nashif, mengatakan minggu ini bahwa meskipun ada amnesti yang diumumkan oleh Taliban, ada tuduhan yang dapat dipercaya atas lebih dari 100 pembunuhan terhadap mantan pasukan keamanan nasional Afghanistan dan lainnya yang terkait dengan mantan pasukan keamanan nasional Afghanistan.

"Setidaknya 72 pembunuhan dikaitkan dengan Taliban, dan dalam beberapa kasus mayat-mayat itu ditampilkan di depan umum," katanya.
(min)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1537 seconds (0.1#10.140)